Makna Dibalik Perayaan Maulid Nabi

Oleh: Latiffah Hanum

HANCUR badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua”. Artinya, budi pekerti dan amal kebaikan akan dikenang meski seseorang sudah meninggal dunia. Peribahasa ini mengingatkan kita kepada tokoh besar agama Islam yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah wafat sebelumnya namun tetap dikenang sebagai sosok berbudi pekerti yang luar biasa.

Allah memuji budi pekerti Rasulullah yang dinyatakan dalam Al- Quran “Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki budi pekerti yang agung. ”(Q.S Al-Qalam:4 ). Karena keluhuran budi pekerti beliau, maka Allah jadikan semua perkataan, perbuatan, dan ketetapan beliau sebagai landasan hukum bagi umat Islam yang kedua setelah Al-Quran.

Perayaan Maulid Nabi merupakan wujud nyata untuk mengenang beliau. Dimana, Maulid Nabi adalah hari lahirnya Nabi Muhammad Sawyang jatuh setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal dalam penanggalan Hijriyah. Perayaan ini me­miliki nilai dan makna tersendiri. Per­tama, nilai spiritual. Setiap insan meluapkan kegembiraan dengan memperingati kelahiran Nabi Saw sebagai wujud ekspresi penghormatan terhadap be­liau. Hal ini sudah menjadi tradisitahunan yang berkembang di masyara­kat Islam jauh setelah Nabi Muhammad Saw wafat. Dengan memperingati maulid mengingatkan kita akan perintah bershalawat kepada Nabi Saw.

Kedua, nilai moral. Nilai moral dapat dipetik dengan menyimak akhlak terpuji  dan mempraktikkan sifat – sifat terpuji yang dimiliki oleh Nabi Saw. Karena sesungguhnya Nabi Muhammad Saw adalah sosokuswatun hasanah atau suri tauladan yang baik. Allah berfirman “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu (suri tauladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(Q.S Al-Ahzaab:21).

Untuk mengaktualisasi suri tauladan yang baik yang dimiliki Nabi Muhammad SAW sebagai umat Islam, hal yang harus diketahui adalah empat sifat Rasulullah SAW yakni, siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.

1. Siddiq

Siddiq adalah sifat Nabi Muhammad SAW yang memiliki arti “benar atau jujur”. Sebagai seorang pemimpin, ia senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang kepemimpinannya. Sikap jujur berarti selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dan perbuatan.

Di zaman sekarang sifat jujur sangat sulit ditemukan pada setiap orang di negara ini. Dilihat dari berbagai bidang kehidupan, sebagai contoh dikalangan pemerintah sikap tidak jujur adalah korupsi dan  penyuapan. Mereka senantiasa mencari kesenangan sendiri tanpa memikirkan orang lain.  Selain itu, sikap tidak jujur yang sudah menyebar luas di masyarakat adalah menyontek, khususnya bagi mereka yang berada di lingkungan sekolah dan perkuliahan. Biasanya sikap tidak jujur juga diterapkan di bidang bisnis dan perdagangan. Padahal Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam berdagang. Rasulullah selalu mengelompokkan harga barang sesuai dengan kualitasnya. Barang yang kualitasnya baik akan dihargai lebih mahal dibandingkan dengan kualitas yang biasa saja. Berbeda dengan pedagang sekarang ini, mereka senantiasa menaikkan harga setinggi – tingginya demi mendapatkan keuntungan yang sebesar - besarnya tanpa melihat kualitas barangnya.

2. Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik – baiknya. Oleh karena itulah  Nabi Muhammad mendapat gelar Al – Amin dari suku Quraisy yang artinya orang yang dapat dipercaya . Apapun yang beliau ucapkan , dipercayai dan diyakini penduduk Mekkah karena beliau terkenal sebagai seorang yang tidak pernah berdusta. Rasulullah Saw juga dapat dipercaya terutama dalam tugas kerasulan, seperti menerima wahyu, memelihara keutuhannya, dan menyampaikan kepada manusia tanpa penambahan dan pengurangan atau penukaran sedikitpun. Beliau juga bersifat amanah dalam arti terpelihara dari hal- hal yang dilarang oleh Allah Swt baik lahir maupun batin.

Menepati amanah merupakan moral yang mulia, Allah Swt menegaskan “Dan orang – orang yang memelihara amanat –amanat ( yang dipikulnya) dan janjinya”.(Q.S Al-Mu’minun:8).Hal ini menggambarkan bahwa seseorang yang  menepati amanah dianggap sebagai orang mukmin yang beruntung .

Dikaitkan dengan kehidupan seka­rang, penerapan sifat amanah sulit diterapkan oleh setiap orang sama halnya dengan sifat siddiq. Sebagai contoh, dalam bidang pemerintahan, para pemimpin sulit menjaga amanah yang diberikan rakyat. Karena terlalu banyak janji – janji yang mereka utarakan namun tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mereka senantiasa menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan masing – masing. Sama halnya dengan adanya kemajuan teknologi . Sifat amanah juga sulit diterapkan seperti menjaga rahasia. Sekarang sulit menemukan orang yang bisa menjaga rahasia, karena kebanyakan suatu rahasia yang diterima dari orang terdekat dibeberkan melalui media massa.

3. Tabliq

Tabliq artinya menyampaikan. Segala  firman Allah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw selalu disampaikan kepada umat manusia. Beliau selalu menekankan tentang pentingnya prasangka baik, sebab pada dasarnya setiap orang selalu merasa bahwa dirinya memang lebih baik. Rasulullah pun tidak mudah marah . Dengan cara damai begitulah beliau mendekati dan mengenalkan risalah yang dibawa dan tidak ada unsur paksaan sama sekali. Mustahil bahwa Nabi Saw bersifat kitman atau menyembunyikan risalah yang diterima kepada umat manusia. Karena jika hal itu terjadi, tentu umat muslim tidak mempunyai pedoman hidup yang bersumber dari Allah Swt.

4. Fathanah

Fathanah artinya cerdas.Mustahil bahwa Nabi Saw bersifat  jahlun (bodoh) karena dengan sifatnya yang cerdas, beliau dapat berhujah, berdialog, terutama dengan para penentangnya. Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah sangat arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan didasari dengan pertimbangan dan pemikiran yang cukup matang.Beliau mampu  memahami , mengerti dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat fathanah dapat dipandang sebagai strategi hidup setiap muslim, karena untuk mencapai sang pencipta, seorang muslim harus mengoptimalkan segala potensi yang diberikan olehnya. Potensi yang paling berharaga yang diberikan Allah kepada manusia adalah akal (intelektualitas).

Allah Swt. bahkan memberi peringatan keras kepada orang – orang yang senantiasa tidak menggunakan akalnya yang ditegaskan dalam Al- Quran  “ Dan tidak seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang – orang yang tidak mempergunakan akalnya”.(Q.S Yunus :100 ). Dengan adanya sifat Rasulullah yang cerdas,  memotivasi umat muslim untuk selalu berfikir kreatif.

Ketiga, nilai sosial. Nilai  persatuan akan terjalin dengan berkumpul bersama dalam rangka bermaulid ,dimana setiap insan melantunkan shalawat,dzikir dan membaca Al- Quran secara bersama – sama. Hal ini juga memperkuat tali silaturahmi antara umat muslim yang satu dengan yang lain.

Itulah makna memperingati hari lahirnya Rasulullah Saw. Dengan diperingatinya Maulid Nabi umat Islam diharapkan bisa mengingat kembali keteladanan Rasulullah SAW dalam merintis dan mengembangkan  ajaran Islam. Dan senantiasa selalu berikhtiar secara konstan dalam mengamalkan ajaran- ajaran serta akhlak beliau. Karena sesungguhnya tradisi peringatan hari lahirnya beliau tidak hanya sebatas pada seremonial belaka, tetapi mengandung makna yang filosofis.

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2016, UIN-SU

()

Baca Juga

Rekomendasi