BUDAYA spiritual di India masih kuat, mereka terkadang mencampuradukkan kecerdasan bocah jenius dengan dimensi spiritual. Hal itu juga dialami Akrit. Ketenaran dan kemampuan Akrit mendapat sorotan dunia ketika dia bertekad untuk menemukan obat kanker dengan menggunakan teori terapi gen.
Walaupun jenius, Akrit dinilai masih harus mempelajari banyak hal. Dan itu tidak bisa didapatkannya hanya dengan mengamati praktik pembedahan. Kini Akrit berumur 23 tahun dan telah menamatkan pendidikan jurusan Bioengineering dari IIT Kanpur. Bocah yang bernama lengkap Akrit Pran Jaswal itu dilaporkan sudah dapat berjalan dan berbicara pada usia 10 bulan, seperti dikutip dari Mymultiplesclerosis. co.uk, belum lama ini.
Kecerdasan lain Akrit Jaswal diperoleh ketika dia mulai bisa membaca dan menulis pada usia dua tahun. Dia bisa membaca dan menulis pada usia dua tahun. Pada umur lima tahun bacaannya pun bukan buku cerita, melainkan Shakespeare dalam bahasa Inggris. Akrit memiliki IQ 146, tertinggi dari anak seusianya di India. Kehebatan Akrit tidak hanya sampai disitu, dia juga menjadi dokter bedah termuda dunia pada umur tujuh tahun.
Hal itu dibuktikannya ketika suatu hari, seorang gadis kecil di India mengalami luka bakar parah, sehingga membuat jari-jarinya menyatu dengan telapak tangan. Bentuk tangan bocah delapan tahun itu terlihat mengepal bagai bola.
Keluarga anak itu miskin, tak mampu membiayai operasi yang mahal. Namun, mereka kemudian mendengar rumor yang beredar terkait seorang anak laki-laki yang dijuluki "dokter bedah" cilik. Bocah laki-laki itu memiliki reputasi di wilayahnya sebagai anak jenius di bidang medis.
Akrit terus mengasah kemampuan dan "anugerah" yang dimilikinya. Dan pada usia yang juga masih sangat muda, 12 tahun, dia bercita-cita akan menemukan obat kanker.
Kedokteran atau spiritual?
Sekarang usianya beranjak dewasa, 23 tahun. Akrit meneliti teori menggunakan terapi gen dalam memerangi penyakit kanker. Akrit dimentor dan dibiayai Mr B.R. Rahi, Kepala Sekolah Secondary Education di Dharmashala.
Pada saat berusia 12 tahun bocah jenius itu belajar sains di Candigarh College dan merupakan mahasiswa termuda yang pernah mengeyam pendidikan di Indian University. Pada 2014, ayah Akrit meninggalkan keluarganya setelah lelah berjuang selama enam tahun untuk mendapatkan pengakuan kecerdasan anaknya dari birokrasi India.
Ayahnya juga berjuang untuk mendapatkan dana dan sumber lain yang diperlukan untuk penelitian kanker Akrit. Banyak orang yang bertanya-tanya apakah mungkin bocah berusia tujuh tahun memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan pembedahan, yang biasanya dipelajari di sekolah medis selama bertahun-tahun?
Jawabannya mungkin saja. Menurut apa yang selama ini terjadi dalam sejarah, terobosan ilmiah tidak hanya diperoleh dari pembelajaran atau sekolah formal, tetapi juga bisa muncul dari wawasan dan inspirasi. (ysc/hoc/hdt/es)