Oleh: MH Heikal. Nama lengkapnya Adrianus Wilhelmus Smith. Lebih popular dikenal sebagai Arie Smit. Dia lahir di Zaandam, Belanda pada tanggal 15 April 1916. Anak ketiga dari delapan bersaudara. Arie Smit mulai belajar seni di Akademi Seni di Rotterdam pada 1924, ketika keluarganya pindah kesana.
Pada tahun 1938, Arie bergabung dengan tentara kerajaan Belanda untuk dikirim ke Batavia. Sejak tiba di Batavia, dia ditempatkan pada divisi seni. Tugasnya membuat dokumen visual di belakang medan pertempuran.
Awal tahun 1942 Jepang menguasai Indonesia, Arie dan beberapa temannya dijebloskan ke dalam penjara yang dibangunnya sendiri. Dia lalu dibawa ke Burma (Myanmar) sebagai romusha. Dia menghabiskan masa tiga setengah tahun dikamp kerja paksa. Untuk membangun jalan, jembatan dan rel kereta api.
Kemerdekaan Indonesia diakui Belanda pada 27 Oktober 1949. Semua warga negara Belanda harus memilih antara kewarganegaraan Belanda atau Indonesia dalam waktu dua tahun. Arie Smit sempat mempertimbangkan untuk pindah ke Afrika Selatan. Dia lebih memutuskan untuk tinggal di Indonesia. Akhirnya, menjadi warga negara Indonesia pada tahun 1951.
Arie Smit datang ke Bali sejak tahun 1956. Dengan kata lain telah menetap di Bali selama 60 tahun, hingga akhir hayatnya. Arie Smit mempunyai semangat yang tinggi. Terutama dalam mengajarkan masyarakat Desa Penestan, Ubud, untuk berkreativitas di atas kanvas lukisan. Pada sekitar tahun 1960-an, Arie Smit mendirikan aliran yang dia sebut sebagai Young Artist. Sampai kini, warga Desa Penestan Ubud, sebagian besar menekuni aktivitas senilukis aliran Young Artist.
Lukisan Arie Smit memiliki bentuk sederhana atau naif. Gaya ini mungkin mempengaruhi anggota Young Artist. Gaya Young Artist yang sekarang populer dalam lukisan Bali diperkenalkan oleh pelukis Belanda ini. Sebagain pelukis asing lainnya juga terinspirasi seniman Bali untuk mengadopsi teknik barat. Lukisan tradisional Bali masih dibuat, dan Arie Smit mempengaruhi secara dominan.
Lukisan yang dihasilkan naif, tapi kuat dalam warna. Termasuk para pengikutnya menggunakan warna yang tidak biasa untuk objek. Seperti merah untuk laut, biru untuk kulit, kuning untuk langit dan sebagainya. Arie Smit mengakui, dia sangat terinspirasi dari Paul Signac, Paul Gauguin, dan Paul Cezanne.
Lukisannya menampilkan permainan warna yang khas, dengan warna-warna cerah. Kehidupan masyarakat Bali serta adat-budayanya dia tuangkan dalam banyak lukisannya. Seperti dalam Bali Landscape (2011), Afternoon in Bali (2001) dan Di Bali (2006). Tentu, dalam lukisan itu, pura menjadi ciri khas, dimana mayoritas masyarakat Bali yang beragama Hindu.
Sejak kedatangannya di Bali dia telah pindah tempat lebih dari 30 kali, dengan alasan: “untuk melihat apa yang ada di balik bukit berikutnya”. Arie Smit merupakan sosok seniman yang selalu mencari ketenangan dan kejernihan dalam hidup.
Dia menyukai tempat yang sunyi. Sikap personal ini sangat bertolak belakang dengan karya-karyanya. Menampilkan hampir semuanya kaya dengan warna yang terang dan cerah. Tema dari karya-karyanya mengikuti alur jalan.
Arie Smit pada masa enerjiknya dinilai sangat kreatif menghasilkan banyak karya seni bermutu. Bahkan menjadi pajangan koleksi Museum Neka di Ubud, Bali dan Penang Museum di Malaysia. Dia juga telah pernah menggelar pameran. Diberbagai kota besar di mancanegara antara lain, seperti di Jakarta, Singapura, Honolulu dan Tokyo.
Berkat prestasinya dalam bidang seni lukis yang sangat menonjol. Kemudian kepedulian terhadap masyarakat Bali dalam mengajarkan senilukis. Dia berhasil mendapatkan Anugrah Seni Dharma Kusuma. Anugrah ini merupakan penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah Provinsi Bali tahun 1992.
Selain itu dia pernah mendapat Anugrah Lempad. Dari Museum Senilukis Klasik Gunarsa yang bekerja sama dengan Sanggar Dewata Indonesia (SDI). Serta penghargaan Wija Kusuma dari Pemkab Gianyar.
Arie Smit menghembuskan nafas terakhir pada 23 Maret 2016 pada usia 99 tahun. Setelah dirawat secara intesif akibat penyakit tua yang dideritanya. Arie Smit sosok pelukis Indonesia kelahiran Belanda yang sering terlupakan dalam peta senilukis. Kini, untuk mengenangnya, dibangun “Rumah Memorabilia Arie Smit” di Vila Sanggingan, Ubud, Bali.