Oleh: Muhammad Arifin
MENJELANG matahari terbenam. Suasana di Rumah Susun (Rusun) Kayu Putih terlihat ramai. Anak-anak satu per satu turun menyusuri anak tangga. Suara riuh terdengar. Ada yang berlari ke sana kemari, bermain ayunan, atau sekadar duduk sambil ngobrol di taman.
Suasana makin ramai, ketika waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB, Rabu (14/12) lalu. Ibu-ibu rumah tangga ikut juga turun. Mereka membawa anak-anak yang masih balita. Ada juga masih digendong. Puluhan ibu dan anak-anaknya berbaur, beraktivitas sore hari sembari menunggu azan Magrib. Keramaian semakin terasa karena banyak pedagang keliling menjajakan dagangan. Ada Bakso bakar, es krim, dan makanan lain. Semua mengundang penghuni untuk membeli.
Tidak hanya di taman bermain. Keramaian juga terlihat di lantai II dan lorong-lorong Rusun Kayu Putih lainnya. Di setiap tingkat, ada lahan di pertengahan yang cukup lebar dan bisa dimanfaatkan anak-anak bermain atau warga bersosialisasi.
Rusun Kayu Putih terletak di Jalan Kayu Putih No 2-4 Medan kelurahan Tanjung Mulia, Medan Deli. Rusun yang dikelola Pemko Medan ditangani Dinas Perumahanan dan Pemukiman Kota Medan. Ada enam blok Rusun Kayu Putih. Sayangnya, hanya tiga blok yang dioperasionalkan, tiga lain tak berpenghuni. Padahal, membangun rusun tidak murah. Miliaran dana digelontorkan dari APBD Kota Medan maupun dari APBN pemerintah pusat.
Jika dihitung, tiga blok yang tidak dihuni keseluruhan memiliki 288 pintu, lebar perpintu 3x3 m. Di dalamnya, terdapat satu ruang kamar tidur, ruangan tamu, dapur dan tempat menjemur pakaian. Bagi keluarga kecil yang baru menikah atau yang memiliki satu atau dua anak kecil dinilai mencukupi. Maka tidak heran, banyak yang tinggal di rusun adalah keluarga yang masih memiliki anak-anak kecil.
Untuk menghuni rusun memiliki syarat yang cukup ketat. Seperti harus memiliki Kartu Keluarga (KK), Buku Nikah, KTP dan minimal jumlah keluarga lima orang. Terdiri dari orangtua, dan tiga anak. Sedangkan tarif Rusun ditentukan posisi lantainya. Semakin tinggi semakin murah. Daftar Harga Sewa Rusun UPT Rusunawa Kayu Putih yang ditunjukkan pengelola yakni lantai II Rp230.000, lantai III Rp220.000,- lantai IV Rp210.000,- dan Lantai V Rp173.000,- sedangkan lantai dasar dikhususnya bagi penyandang disabilitas dan lansia dengan harga bervariasi.
Ditemani staf UPT Rusun Kayu Putih, Yayan penulis menelusuri lorong-lorong rusun. Melihat sejumlah fasilitas yang ada. Salah satunya melihat fasilitas.
Kelara, yang tinggal di lantai mengaku sudah enam bulan tinggal di Rusun Kayu Putih. Awalnya pernah tinggal di Perumahan PT Pelindo. Tetapi, sejak suami meninggal dirinya bersama seorang anak memilih tinggal di Rusun. Diakui, ada kenyamanan tinggal di rusun. Seperti kebersihan yang terjaga dan tempatnya yang nyaman. Kelara hanya berharap agar pintu kamar mandi diperbaiki.
Mendengar keluhan, Yayan mengaku, UPT Rusun Kayu Putih sebagai pengelola tentunya akan bertanggungjawab terhadap segala kerusakan.
Sejak Menikah
Rusun menjadi pilihan utama tinggal disampaikan Rani, warga Jalan Letda Sudjono Medan. Dia tinggal di rusun sejak menikah. Selain biaya tidak terlalu mahal, fasilitas yang dirasakan juga lengkap. "Saya sejak menikah sudah tinggal di Rusun. Ada sekitar 2 tahunan. Tempatnya nyaman, fasilitas lengkap serta lokasi Rusun dekat dengan tempat suami bekerja. Air juga bersih," ucapnya.
Selain Rani, Yana juga mengaku sudah lama tinggal di Rusun. Dirinya mengaku, di rusun sangat nyaman dan tentunya sangat dekat ketika hendak bepergian ke pusat kota. Apalagi, di rusun juga ada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sehingga perlu ongkos untuk menyekolah anak.
Dia mengaku selama tiga tahun tidak memiliki kendala karena memang pengelola Rusun Kayu Putih sangat memerhatikan fasilitas, seperti kebersihan yang terjaga di setiap lorong, lokasi parkir nyaman, aman dan fasilita beribadah tersedia.
Diceritakannya, ketika mendaftar menjadi penghuni Rusun menyertai persyaratan, selain KK, KTP, buku nikah, harus ada tandatangan kepling dan slip gaji.
Staf UPT Rusun Kayu Putih, Yayan mengaku, untuk kebersihan ada sekitar 5 tenaga yang bertanggungjawab di setiap blok. Mereka juga bertugas mengurus perkarangan, sedangkan untuk yang menangani penghuni baru tentunya sudah ada staf yang bekerja. Diakui, banyak warga yang ingin menghuni Rusun, tetapi kebanyakan mereka tidak memenuhi syarat karena tidak memiliki surat-surat kependudukan sehingga akhirnya mereka pun mundur sendiri.
Terbengkalai
Terkait adanya tiga blok rusun yang hingga kini tidak berpenghuni. Dirinya tidak mengetahui tetapi memang diakui banyak masyarakat kecewa karena ketiga blok yang sudah dibangun tersebut tidak kunjung dioperasikan.
Pantauan Analisa, Rusun Kayu Putih berdiri kokoh. Namun, sangat disayangkan, kemegahan tersebut ternyata tidak bisa dimanfaatkan maksimal. Salah satunya, ada tiga blok Rusun yang terlantar. Padahal, bangunan sudah selesai dan siap dihuni. Di Blok E dan F tertulis Kementerian Perumahan Rakyat, tetapi disayangkan bangunan bercat coklat tua dan muda belum dioperasional. Kini, di sekelilingnya ditumbuhi rumput dan ilalang yang tinggi. Informasi dari petugas operasional Rusun, dua blok tersebut telah rampung pembangunannya sejak 2014.
Satu blok lagi, yakni Blok D dibangun sekitar tahun 2000 an bersamaan dengan blok lain yang sudah ditinggali, tetapi tidak kunjung dimanfaatkan dengan alasan tidak ada aliran listrik.
Apapun kondisinya, Rusun ini belum menunjukkan pengelolaan yang maksimal. Pemerintah pusat melalui Pemko Medan seharusnya berusaha sekuat tenaga untuk memberikan perumahan murah bagi rakyat. Apalagi, akhir-akhir ini banyak warga di pinggiran rel yang digusur dengan alasan pembangunan jalur kereta api. Mereka berusaha pindah ke Rusun. Sangat disayangkan niat tidak kesampaian. Saat mendaftar sudah penuh. Tetapi, ketika melihat ada yang kosong. Mereka memperoleh jawaban tidak memuaskan dan akhirnya mengurungkan niat tinggal di rusun tersebut.