Menurut Hasil Penelitian

Se­mut dan Tumbuhan Hidup Saling Bergantung

HASIL penelitian terkini ilmuwan dari University of Munich yang terbit di jurnal Nature Plants menunjukkan bahwa semut-semut di Fiji bercocok tanam.

Manusia bukan­lah satu-satunya makh­luk hidup di Bumi yang mengenal teknik ber­cocok tanam. Ternyata, semut merupa­kan makhluk hidup pertama yang menge­nal dan mempraktikkan kegiatan tersebut.

Dengan merekonstruksi sejarah evolusi semut dan tanaman, peneliti menyim­pul­kan hubungan antara ke­duanya berawal se­kitar tiga juta tahun lalu, jauh sebelum manusia modern, petani paling produktif, hidup.

Manusia disebutkan sudah mengenal tek­nik bercocok tanam sejak sekitar 10.000 tahun yang lalu, tetapi ber­dasarkan hasil te­muan  para ah­li, koloni semut telah me­­laku­kan teknik bercocok ta­nam lebih lama dari manusia, yaitu sejak tiga juta tahun lalu.

"Semut bisa dibilang lebih cerdas dari per­kiraan kita, kita sebut mereka orga­nis­me super karena mereka mem­bentuk jari­ngan-jaringan mirip dengan otak ma­nu­sia," ujar Kirsti Abbott, peneliti dari Uni­­versity of New England, Australia.

Coba saksikan film kartun anak-anak berjudul A Bugs Life? Film itu mengi­sah­kan kehidupan dalam dunia semut yang ter­kenal hidup bergo­tong-royong. Mereka se­lalu bekerja sama dalam berak­tivitas, se­perti mencari dan membawa makanan untuk disimpan dan disantap ber­sama.

Berdasarkan hasil studi terbaru yang dikutip Phys, kisah A Bugs Life sepertinya terjadi juga di dunia nyata.

Koloni semut di Kepu­lauan Fiji, Phili­dris nagasau diketahui menanam buah-bua­han tropis mereka sendiri.

Koloni semut ini mengum­pulkan benih buah dari enam jenis tanaman Squa­mel­laria, lalu benih diletakkan di celah yang mereka temukan pada pohon tersebut.

Simbiosis mutualisme

Mereka secara rutin me­ngunjungi dan memeriksa bi­bit yang sedang ditanam lalu membentuk ruang ko­song di dalam pohon.

Ruang kosong ini digu­na­kan para semut untuk buang air besar. Kotoran semut ini ber­fungsi sebagai pupuk dan dapat me­nyub­urkan tanaman muda dan membantu pertum­buhannya. Ketika tanamannya ber­­kem­bang, ruang kosong bisa digunakan menjadi tempat bersarang dan berlindung bagi koloni semut.

Squamellaria disebut tum­buhan epifit, jenis flora yang tumbuh dengan menum­pang pada tumbuhan lain. Jenis tum­buhan itu biasanya me­nempel pada pohon, ber­gan­­tung pada dukungan struk­tural mereka namun tidak untuk air atau makanan, yang mereka ekstrak dari udara dan hujan.

Simbiosis antara semut dan tumbuhan telah diamati sebelumnya. Hubungan se­mut dan tumbuhan layaknya simbiosis mutualisme yang artinya saling bergan­tung dan salah satunya tidak bisa hidup tanpa yang lain.

Menurut News Scientist, para ilmuwan menemukan bahwa tanaman Squamellaria sepenuhnya bergantung pada semut untuk tumbuh dan me­nyuburkan benih mereka.

Pada saat yang bersamaan, semut Phili­dris nagasau juga tidak dapat hidup tanpa ma­­kanan dan perlindungan yang dise­diakan tanam­an.

Fenomena semut Fiji ini adalah contoh dokumentasi pertama yang menjelaskan hubungan mutualisme antara tanaman dan semut.

Fiji mungkin bukan satu-satunya tem­pat di mana se­mut bercocok tanam. Aus­tralia juga dikabarkan memi­liki populasi se­mut yang mengumpulkan buah-buahan serta tanaman tertentu. Namun, hingga kini belum dapat dipas­tikan kenapa semut hanya tertarik de­ngan tanam­an tertentu dan bukan yang lainnya. (cnn/lat/iqsc/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi