Medan, (Analisa). Gubernur Sumatera Utara, HT Erry Nuradi, mendukung penuh pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung dengan kapasitas 10 megawatt (MW) di perairan Danau Toba. Proyek ini dikerjakan Korea Environmental Industry and Technology Instute (KEITI).
“Kami menyambut baik tindak lanjut rencana pembangunan PLTS terapung di Danau Toba. Ini sangat baik karena dapat menambah pasokan listrik ramah lingkungan bagi Sumut. Direncanakan, Maret 2018 mulai beroperasi,” kata Erry saat menerima kunjungan tim KEITI di Kantor Gubsu, Medan, Selasa (6/12).
Hadir Senior Advisor KEITI Kyung Nam Shin, Associate Research KEITI Myung Sub Shin, Manager LSIS Je Hak Son, Yong Heum Lee dan mitra lokal. Gubsu didampingi Kepala Badan Lingkungan Hidup Hidayati dan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Edy Salim.
Sebagai tindak lanjut kunjungan sebelumnya, KEITI yang menggandeng LSIS (salah satu anak perusahaan LG) melakukan studi kelayakan pembangunan PLTS terapung di Danau Toba, bulan ini. Hasil studi kelayakan itu akan diserahkan ke pihak-pihak terkait termasuk Pemprovsu pada 15 Januari 2017.
Gubsu menilai, pembangunan PLTS terapung memiliki nilai penting mengingat danau kebanggaan Sumut ini menjadi pusat perhatian nasional setelah ditetapkan sebagai kawasan strategis pengembangan pariwisata nasional.
Untuk itu, Erry menyatakan dukungan Pemprovsu untuk realisasi pembangunan PLTS terapung, termasuk di antaranya kemudahan pengurusan perizinan yang dibutuhkan.
Senior Advisor KEITI Kyung Nam Shin mengaku yakin pembangunan PLTS terapung akan mendatangkan banyak manfaat dan tidak sulit pembiayaannya. “Untuk implementasi proyek, kami butuh dukungan Gubernur, terkait perizinan dan Amdal,” katanya.
Dijelaskannya, Direktur PLN menyarankan pihaknya menyerahkan hasil studi kelayakan ke Pemprovsu. Diawali 10 MW, dalam jangka seminggu akan ditambah kapasitasnya.
“Kami akan menyerahkan studi kelayakan, 15 Januari 2017, dan mengharapkan umpan balik dari PLN pada Februari. Rencananya, MoU (nota kesepahaman) dengan PLN tentang harga pembelian dilaksanakan pada Februari,” jelasnya.
Konstruksi dimulai September 2017 hingga Februari 2018. Pada awal Maret 2018, PLTS terapung dengan kapasitas 10 MW sudah beroperasi secara komersil.
Pihaknya didukung pendanaan dari Bank Korea dengan bunga sangat rendah. “Untuk poyek awal kami menyiapkan anggaran senilai 200 juta dolar ASdan bisa dikembangkan untuk selanjutnya. KEITI merupakan lembaga di bawah Kementerian Lingkungan Hidup Korea yang mengidentifikasi proyek-proyek di bidang perubahan iklim,” katanya. (nai)