Sales Area Head PT PGN Bandar Lampung, Wendi Purwanto, mengatakan di Lampung, pihaknya menyasar pemerintah kabupaten/kota dan provinsi untuk sosialisasi penggunaan BBG pada kendaraan sekaligus sebagai contoh dan pilot project.
"Mobil dinas Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Kadistamben) Provinsi Lampung akan menjadi pilot project dan percontohan penggunaan kendaraan Bahan Bakar Gas (BBG). Kendaraan BBG itu akan dimulai rencananya pada Desember 2016 ini," katanya dalam kunjungan rombongan awak media dari Medan ke kantor PGN Bandar Lampung, Rabu (7/12).
Didampingi Sales Area Head PT PGN Medan Syaeful Hadi, menjelaskan saat ini baru tiga mobil BBG milik PGN yang jadi contoh dan sosialisasi. SPBG di Lampung sendiri terletak di Jalan Soekarno Hatta KM9 Bandar Lampung. Untuk pasar sendiri, ia optimis penggunaan BBG bisa menjangkau semua pihak.
"Kita sebenarnya mau seperti Trans Jakarta itu, karena semuanya pakai BBG. Untuk marketnya sendiri saya lihat cukup menarik. Memang di Lampung baru tersedia dan baru satu unit SPBG. Sedangkan di Jakarta sudah banyak tersedia SPBG ini," ucapnya.
PGN Bandar Lampung sendiri saat ini sudah bekerjasama dengan dua Pemko, Pemprov dan dua angkutan travel di Lampung ke Bakauhuni untuk sosialisasi BBG.
"Setelah mobil tersebut menjadi contoh memakai BBG , nantinya akan dipasangkan stiker bahwa kendaraan itu menggunakan BBG untuk bahan bakarnya. Kita juga mendapatkan empat unit konverter kit itu dari pusat sebagai pendukung kerjasama kita dengan Pemko dan Pemprov itu," ungkapnya.
Hemat
Menurutnya, penggunaan gas untuk kendaraan lebih hemat ketimbang BBM. Apalagi, jika dari harga juga BBG memiliki selisih harga 30 persen dari premium. Untuk per liternya, BBG ini dijual Rp4.500.
"Sementara harga Premium sekitar Rp6.400. Lebih hemat pakai BBG. Tapi memang, untuk konverter kit nya sendiri yang masih mahal. Karena konverter itu bisa mencapai Rp 30 juta per unit. Itu juga kemungkinan yang masih jadi pertimbangan masyarakat," jelasnya.
Meski sudah menggunakan konverter kit untuk BBG pada kendaraan, tetap masih bisa pakai BBM. Misalkan, katanya, jika dalam perjalanan BBG di mobil habis, maka secara otomatis akan langsung terkonek lagi ke BBM.
"Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, selain hemat. BBG ini juga di dalam mesin mobil itu juga sangat bagus. Karena tidak seperti BBM, yang harus bercampur dengan angin untuk merubahnya menjadi gas dalam pembakaran di mesin mobil. Pakai BBG, mesin sudah langsung tersalurkan ke pembakaran," jelasnya.
Sedangkan untuk industri, pihaknya juga sudah menyosialisasikan hal tersebut. Tetapi mereka juga masih mempertimbangkan nilai investasi harga konverter kit itu yang mahal. Sebab, PGN hanya melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan pada konverter yang digunakan tersebut karena memang harus disertifikasi.
"Kalau pelanggan industri kita sudah. Bahkan sudah ada yang meminta ke kita. Mereka masih memperhitungkannya. Kalau untuk konverter kit itu bisa dibeli dimana saja," terangnya. (wita)