BANYAK cara yang dapat kita lakukan untuk senantiasa mensyukuri karunia kenikmatan Tuhan yang tiada berbatas. Salah satunya adalah dengan berzikir. Ya, zikir merupakan ibadah yang memiliki banyak keutamaan bagi orang Islam yang mau mengamalkannya. Dengan zikir, insya Allah kita akan mampu mengarungi kehidupan ini dengan tenang dan damai. Karena Allah akan selalu bersama orang-orang yang senang menyebut nama dan sifat-sifat mulia-Nya.
Dalam buku ini, M. Fauzi Rachman memaparkan serangkaian zikir penenang jiwa, yang terdiri atas 8 kalimat thayyibah (kalimat yang baik). Kedelapan kalimat thayyibah tersebut yaitu basmalah, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, al-hauqalah, istighfar dan shalawat, sekaligus cara kita meneladani makna atau artinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kalimat zikir yang pertama adalah basmalah. Kalimat basmalah berbunyi bismillahirrahmaanirrahiim. Kalimat ini memiliki kekuatan dan keutamaan yang besar bagi umat Islam yang mau mengamalkan dan memahami maknanya. Di antara fungsi basmalah adalah sebagai penjagaan dari godaan setan. Misalnya, ketika kita hendak beraktivitas, jika kita mengawalinya dengan membaca basmalah, maka atas izin-Nya, kita akan terhindar dari berbagai godaan setan. Rasulullah Saw. pernah menjelaskan bahwa ketika seseorang keluar dari rumahnya dan mengucapkan bismillahi tawakkaltu laa haula walaa quwwata illaa billaah, maka ia akan dicukupkan, diberi petunjuk, dan dipalingkan dari godaan setan (hal 26).
Tasbih (membaca subhanallah) juga termasuk bacaan zikir yang memiliki manfaat besar bagi umat Islam. Jika dirunut artinya, kalimat subhanallah mengandung arti ketinggian dan kesucian Allah dari berbagai kekurangan. Disadari atau tidak, terkadang sebagian orang kerap mengeluh dan berburuk sangka kepada Allah dengan berbagai dugaan yang keliru. Oleh karena itulah, melalui bacaan tasbih ini, kita sedang berupaya menyucikan Allah dari segala keburukan yang tak pantas disandang oleh-Nya (hal 44).
Abu Hasan Al-Naisaburi mengutip banyak perkataan tentang keutamaan bertasbih. Di antaranya, “Jika engkau menginginkan selamat dari api neraka, bertasbihlah dengan membaca subhana faqinaa ‘adzaabannaar (Mahasuci Engkau, peliharalah kami dari siksa neraka). Dan ketika kita ingin dibebaskan dari cobaan berupa bencana, kita dianjurkan membaca tasbih seperti tasbihnya Nabi Yunus, yakni: Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka innii kuntu minadzhoolimiin, yang artinya “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim” (hal 48).
Kalimat zikir penenang jiwa selanjutnya adalah tahmid. Berzikir dengan tahmid adalah mengucapkan Alhamdulillaah. Abu Ja’far ibn Jarir menjelaskan bahwa kata Al-hamd pada bacaan tasbih artinya bersyukur secara ikhlas kepada Allah semata, tidak kepada sembahan selain-Nya. Sementara itu, Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin menjelaskan bahwa Al-Hamd artinya pujian kepada Allah atas kebaikan yang dilakukan-Nya, sebagai pilihan-Nya, dengan disertai pengagungan dan pemuliaan (hal 53-54).
Membaca tahmid merupakan bukti bahwa kita mau mensyukuri beragam kenikmatan yang telah dikaruniakan oleh-Nya kepada kita. Menurut penulis buku ini, syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hati terdalam, betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, disertai ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta pada-Nya serta dorongan untuk bersyukur dengan lidah dan perbuatan. Melalui perbuatan, kita dapat bersykur pada Allah dengan menghayati makna syukur. Syukur, juga memiliki arti “menggunakan anugerah Ilahi tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya” (hal 56).
Buku ini dapat dijadikan salah satu penuntun bagi umat Islam untuk lebih memahami arti zikir yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Tak hanya memahami tapi juga melafadzkan sekaligus meneladani (dalam kehidupan sehari-hari) kandungan makna zikir tersebut.
Peresensi: Sam Edy Yuswanto, alumnus STAINU Kebumen