Dunia Bagaikan Penjara

Imam Muslim salah seorang ahli hadist dalam suatu riwayatnya yang bersumber dari Rasulullah bersabda, “Ad Dunyaa sijnun almu’minin, wa jannatul kafir” (Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir),

Bila kita mempelajari hadist, maka hadist tidak hanya dilihat dari makna tekstualnya semata, tetapi juga berkaitan erat dengan makna lainya sehingga akan didapati ‘kekayaan’ makna dari hadist tersebut. Sehingga wajar jika ucapan Rasulullah Saw tersebut merupakan ‘wahyu’ yang datang dari Allah.

Merujuk hadits di atas dunia ini bagaikan penjara bagi orang mukmin, benarkah? Maka jawabannya adakah benar. Tetapi jangan dikhayalkan bahwa penjara yang dimaksudkan di sini adalah ruangan yang tetutup yang di dalamnya hanya ada sebuah tempat tidur dan wc yang menyatu dan terali besi sebagai pembatasnya, dan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang yang divonis hakim bersalah.

Penjara yang dimaksud di sini adalah sebuah kiasan bahwa dunia ini kalau tidak dibatasi akan membuat kita terlena. Tetapi tidak bagi orang-orang yang mukmin. Dunia baginya sebatas ‘lompatan’ untuk kebahagian akhirat. Oleh karena itu mereka tidak terlalu ngotot untuk mencari kesenangan yang ada di dunia ini. Tetapi tidak bagi para orang kafir. Menurut mereka kehidupan dan kebahagian dunia harus dikejar dengan kekuatan yang ada pada kita. Jalannya punya boleh dilakukan sesuai dengan keinginan apakah lewat jalan yang halal atau yang batil. Yang penting, materi didapatkan.

Akibatnya, setelah mereka meninggal, mereka baru sadar bahwa apa yang mereka laku­kan selama ini adalah sesuatu yang mem­buat iblis tertawa, karena ia mendapat teman di akhirat nanti.

Dunia adalah fana dan akhirat adalah kekal. Banyak orang yang terjebak kepada kemolekan dunia, padahal ia akan hancur dan tidak percaya kepada akhirat padahal ia adalah kekal.

Akibatnya, bisikan Iblis menjadi nyanyian kesenang mereka yang menganggap bahwa dunia ini adalah surga. Setiap bujukan dan hasutan menjadi rujukan yang harus mereka kerjakan. Akibatnya mereka menjadi lalai dan durhaka kepada Allah, sanga Maha Pencipta. Namun bagi orang mukmin, dunia ini adalah ibarat tempat untuk ‘istirahat’ di sana kita bisa minum, makan dan beribadah. Tetapi mereka juga harus memaklumi bahwa minuman yang mereka minum harus didapatkan dari yang halal begitu juga makanan yang mereka makan. Mereka beribadah karena dengan ibadahlah hidup mereka menjadi tenang dan damai. Mereka yakin bahwa dunia ini tidak kekal, sehingga mereka hanya sekedar meraih apa yang menjadi hajatan mereka yang intinya adalah untuk tetap beribadah kepada Allah.

Setiap godaan yang sampai mereka tepis. Mereka tidak mau terbujuk rayu dengan janji-janji para syetan karena mereka tahu janji-janji itu adalah kamuflase semata. Tetapi janji Allah lah yang benar.

Coba apa yang dikatakan Iblis merujuk Surat Ibrahim ayat 22, bahwa ketika ahli Neraka sudah dilemparkan ke dalamnya, Iblis sudah diadili, maka naiklah ia ke atas mimbar yang terbuat dari api yang disediakan di dalam Neraka.

Lalu Iblis mulai berpidato, “Assamu’alaikuma

Wahai sekalian para kafir dan munafik yang celaka! Sebagaimana saudara-saudara ketahui, bahwa janji allah adalah benar. Begitu juga dengan kematian, kiamat, padang mahsyar, perhitungan amal dan tentang vonis hukuman serta ganjaran.

Sungguh meleset dugaanmu. Semula kalian mengira bahwa dengan mengikutiku kalian akan selamat. Kalian terlalu percaya diri, semua ini tidak akan terjadi. Oleh karena itu, apa pun tuntutan kalian kenyataan telah terjadu atas diri kalian dan diriku sendiri. Kita telah ditempatkan di ruangan yang amat panas ini.

Hari ini aku kemukakan kepada kalian semua atas pertanggungjawabku. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada kekuasaan bagiku atas diri kalian. Dulu aku tidak menjanjikan kese­lama­tan bagi kalian. Aku hanya mengang­gu, mengajak dan menyuruh kalian untuk bermak­siat. Karena kalian mengikutiku, maka hari ini kalian merasakan akibatnya. Untuk itu, jangan mencercaku. Cercalah diri kalian sendiri. Ketika aku menyuruh kalian berbuat maksiat dan kalian menurutiku, aku langsung lepas tangan darimu, karena sesungguhnya aku sendiri takut kepada allah penguasa alam semesta.

Sungguh tepat cercaanmu itu untuk dirimu sendiri, karena masing-masing dari kalian bertanggungjawab atas apa yang dikerjakan. Kenapa dulu kalian enggan beribadah kepada allah? Kenapa kalian mengikutiku? Padahal kalian mengetahui bahwa aku sebagai musuhmu yang nyata!

Kini kalian tidak bisa menuntut apa-apa dari­ku. Aku tidak bisa menyelamatkan kalian. Sebaliknya, kalian tidak mungkin menyela­matkan diriku. Oleh karena itu detik ini ku kata­­kan secara resmi bahwa aku tidak bertang­gungjawab kepada kalian. Sebab tidak ada seorang pun yang mau menanggung dosa orang lain. Kalian adalah diri kalian dengan segala dosa. Begitu juga aku. Wassaamu’alaikum

Setelah penduduk Neraka mendengar pidato pertanggungjawaban Iblis tersebut mereka berteriak-teriak mengutuknya. Malaikat Zabaniyah turun, lalu menghajarnya. Penghuni Nerakapun ikut mengeroyoknya. Iblis diseret dari atas mimbar dan dihajar dengan tombak besi, sehingga benar-benar tidak berdaya. Kemudian ia dilemparkan di Neraka terbawah untuk selama-lamanya.

Di tengah hiruk pikuk mengutuk Iblis, malaikat Zabaniyah berteriak, “Hai manusia-manusia durhaka, tiada waktu istirahat untuk kalian, tiada mati, kecuali terus menerus merasakan kesengsaraan dan siksa selama-lamanya. (Kisah-kisah Penuh Hikmah, Ibnu Mahalli Abdullah Umar dan Ahmad Suhaimy)

Kisah ini menceritakan kepada kita bahwa selama ini orang-orang yang kafir banyak dijan­jikan oleh syetan dan iblis. Pada waktu itu mereka percaya dan akhirnya mereka termasuk dalam kelompok-kelompok pendurhaka ini. Na­mun pada saat di mana dikelompokkan antara orang yang mukmin dan kafir maka di saat itulah, Iblis sang raja diraja mencoba memper­tanggungjawabkan apa yang ia lakukan selama ini. Dan jawaban yang muncul adalah membuat para pengikutnya harus menelan pil pahit yang tidak berkesudahan. Mereka tertipu dan akhirnya mereka sadar bahwa bujukan Iblis telah membuat mereka ingkar. Tetapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan datang terlambat. Masing-masing kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita perbuat di dunia ini.

Mari kita bermohon kepada Allah, agar kitalah orang-orang yang menjadikan dunia sebagai penjara dan jangan sampai kita ‘menciptakan’ dunia ini sebagai surga kita, yaitu hanya mengejar kenikmatan sesat.

()

Baca Juga

Rekomendasi