Hujan Itu Berkah

Oleh: Fadmin Prihatin Malau. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Qaaf ayat 9 yang artinya, “Dan dari langit Kami turunkan dari langit air memberi berkah (keberkahan), lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen.”

Firman Allah SWT ini kurang dipahami dalam kehidupan sehari-hari. Boleh jadi para petani sangat meyakini firman Allah SWT ini karena pada ayat 10 dan 11 Firman Allah SWT yang artinya, “Dan pohon Kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun sebagai rezeki bagi hamba-hamba (kami) dan Kami hidupkan dengan (air). Seperti itulah kejadiannya kebangkitan (dari kubur).”

Dalam kehidupan sehari-hari ketika hujan banyak yang mengge­rutu. Hujan, Kota Medan banjir. Hujan, terjadi longsor. Hujan, masyarakat kecewa karena tidak bisa beraktivitas. Hujan, para ibu rumahtangga mengeluh karena pakaian di jemuran tidak kering.

Selalu, selalu dan selalu hujan disalahkan. Hujan, seharusnya mengucapkan alhamdulillah kare­na Allah SWT menurunkan rahmat kepada semua makhluk di bumi ini. Dalam ilmu pertanian, hujan sangat penting agar semua tanaman tumbuh subur dan menjadikan hidup semua makhluk yang nyawa.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf ayat 11 yang artinya, “Dan yang menurun­kan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidup­kan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluar­kan (dari dalam kubur).”

Hujan, rahmat bagi semua makhluk, bukan musibah. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syuura ayat 28 yang arti­nya,“Dan Dialah Yang menurun­kan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.”

Terbukti dalam ilmu pertanian, air hujan menyuburkan semua jenis tanaman di bumi. Hujan bukan pembawa bencana. Jika hujan maka kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Medan dilanda banjir dan berbagai daerah di Indonesia dilanda tanah longsor. Selalu disebut penyebabnya karena intensitas hujan yang besar. Pada hal sesungguhnya hujan, melahir­kan kebaikan (manfaat) bagi semua makhluk di bumi ini.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 30 yang artinya, “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Fakta Ilmiah Tentang Hujan Sesuai Al-Qur’an

Fakta ilmiah tentang hujan ternyata sesuai dengan isi kandu­ngan Al-Qur’an. Terbukti air hujan berfungsi menghidupkan segala sesuatu menjadi hidup yakni hewan, tanaman dan manusia. Tidak benar menyalahkan hujan penyebab Kota Medan banjir.

Dalam kajian ilmiah, intensitas hujan turun ke bumi selalu sama. Perhitungannya sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detik­nya. Ternyata jumlah air menguap dari bumi sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Subhannallah lebih 14 abad yang lalu Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf ayat 11 yang artinya, “Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diper­lukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).”

Kata menurut kadar (yang diper­lukan) terbukti secara ilmiah bahwa hujan secara terus-menerus bersir­kulasi dalam sebuah siklus seim­bang menurut “ukuran” terten­tu. Begitu juga dengan pengukuran kecepatan turunnya hujan. Terbukti dari ketinggian dari 10.000 sampai 12.000 meter dari permukaan laut, hujan dengan kecepatan rata-rata­nya sekitar 8 sampai 10 km per jam ketika mencapai ke tanah. Hal ini karena bentuk tetesan hujan me­ning­katkan efek gesekan atmos­fer dan mempertahankan kelajuan tete­san air hujan pada kecepatan tertentu.

Proses terbentuknya tetesan air hujan dalam ukuran tertentu sehingga air hujan yang turun ke bumi tidak merusak benda-benda yang ada di bumi. Semua dengan ukuran, kecepatan dan ketinggian tertentu. Kajian ilmiah tentang hujan, tentang proses terjadinya hujan sangat ilmiah dan semuanya terukur maka kata Allah menurun­kan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan).

Secara ilmiah pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Per­ta­ma, bahan baku hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul men­jadi awan. Akhirnya, tetesan-tete­san hujan muncul. Pengetahuan alam tentang hujan secara jelas ada dalam Al-Qur’an bahwa tahapan­nya tertulis dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 48 yang artinya, “Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentang­kannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang dikehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”

Sesungguhnya Surah Ar-Rum ayat 48 dalam Al-Qur’an ini petunjuk ilmiah dalam kajian tentang hujan. Ternyata proses terjadinya hujan sama dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an.

Proses terjadinya hujan dimulai dari gelembung-gelembung udara yang berasal dari buih-buih di lautan secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-parti­kel air tersembur ke udara, me­nguap ke langit, secara ilmu fisika disebut proses aerosol yakni parti­kel-partikel yang terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer.

Selanjutnya partikel-partikel itu membentuk awan dengan me­ngum­pulkan uap air. Perhatikan Surah Ar-Rum ayat 48 Allah SWT mengatakan “Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan.”

Proses selanjutnya awan terben­tuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Tetesan-tetesan air yang sangat kecil atau berdiameter antara 0,01-0,02 mm maka awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa sehingga langit tertutup oleh awan.

Masih dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 48 Allah SWT mengatakan, “Angin itu mengge­rakkan awan dan Allah memben­tangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal.”

Subhannallah, Al-Qur’an maha benar. Tahap ketiga secara ilmiah partikel-partikel air yang menge­lilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Kemudian tetesan-tetesan itu menjadi lebih berat dari udara. Akibatnya tetesan-tetesan itu meninggalkan awan dan menjadi hujan turun ke bumi.

Surah Ar-Rum ayat 48 Allah SWT mengatakan, “Lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang dikehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”

Ternyata Surah Ar-Rum ayat 48 itu menjelaskan secara jelas setiap tahap dalam proses pemben­tukan hujan. Proses yang dijelaskan dalam Al-Qur’an ternyata dalam kajian ilmiah ilmu fisika semuanya benar setelah diuji dengan fakta ilmiah. Namun, akhir dari Surah Ar-Rum ayat 48 Allah berkata, “apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang dikehen­daki­nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”

Nah, seharusnya umat Islam yang beriman kepada Allah SWT ketika hujan turun ke bumi bergem­bira, bukan sebaliknya berkeluh kesah dan mengatakan hujan penyebab banjir dan tanah longsor.

Penulis Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan, mantan Sekretaris Majelis Kebudayaan PW. Muhammadiyah Sumatera Utara

()

Baca Juga

Rekomendasi