Cerpen

Rumahku Kebanjiran

Oleh: Sisi Rosida. Aku hari ini tidak sekolah, sebab rumahku kebanjiran. Tadi malam hujan turun dengan lebatnya, hingga air sungai meluap. Banjir menggenangi daerah sekitar rumahku. Kami sibuk memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi, agar tidak terendam air. Tetangga sebelah rumahku juga kebanjiran.  

Kulihat adikku senang bermain air sampai bajunya basah. Ibu  menyuruhku menjaga Adik paling kecil. Sebab Ibu takut kalau Adik jatuh sakit karena terlalu lama bermain air. Maka Aku pun melarang adikku dan menggendongnya. Akulah terus menjaga adikku.

Kulihat air tak juga surut. Airnya keruh dan kotor. Sampah-sampah plastik dan dan daun-daun kering mengotori ruang tamu. Air juga masuk ke dalam kamarku. Kamarku menjadi kotor dan berbau lumpur. Tetangga di sekitar rumahku juga sibuk menguras air.

Melihat hal itu, dalam hati aku berfikir, dari manakah datangnya air. Kata Ayah, air sungai meluap. Aku pun semakin bingung, mengapa air sungai bisa meluap? Mengapa terjadi banjir? Lalu sambil menggendong adik, Aku mendatangi Ibu yang sedang memindahkan barang-barang.

“Bu, rumah kita mengapa bisa kebanjiran?” tanyaku.

“Iya, Nak. Sebab, hujan semalaman itu membuat air sungai meluap.” Jawab Ibu.

“Kenapa bisa meluap, Bu?”

“Karena sungai tidak bisa lagi menampung air yang datang dari hulu. Makanya air meluap, lalu menggenangi perkampungan kita, Nak.”

“Berarti di hulu banyak airnya ya, Bu?”

“Air dari gunung mengalir ke hulu, lalu mengaliri sungai kita, sampai meluap ke sekitar rumah kita.”

“Kok sekarang bisa banjir, Bu? Padahal  selama ini rumah kita tidak pernah kebanjiran.”

“Itu karena banyak orang yang membuang sampah sembarangan.”

“Maksudnya, Bu?”

“Jangan buang sampah ke dalam parit, apalagi ke sungai.”

Aku jadi sedih melihat rumahku kebanjiran. Semuanya terendam air, mulai dari sepatu sekolahku, buku sekolahku, hingga tempat tidurku pun terendam air.

“Nak, sepatu dan buku-buku sekolahmu pindahkan ke atas meja makan.” Suruh Ibu.

“Iya, Bu.” Kataku sambil memindahkan barang-barang yang terendam air.

Aku memindahkan buku-buku sekolahku ke atas meja makan.  Setelah itu, sepatu ku letakkan di atas kursi. Ibu membantu Ayah menguras air di ruang tamu. Aku pun ikut membantu Ayah, sampai akhirnya air tidak lagi menggenangi rumah kami.

Setelah membersihkan rumah, aku selalu mengingat pesan Ibuku. Agar tidak membuang sampah sembarangan. ***

()

Baca Juga

Rekomendasi