SIAPA sangka seorang pria tak tamat pendidikan sekolah dasar mampu menghasilkan omzet hampir jutaan rupiah per bulan? Banyak yang mengira putus sekolah akan membuahkan masa depan suram.
Tidak bagi Deny, pria paruh baya berumur setengah abad yang tinggal di Jalan Karya Wisata. Dia mampu menampik anggapan sepele orang-orang kepadanya dan membuktikan dengan tekad serta kemampuannya dapat meraih sukses melebihi teman-temannya yang berpendidikan lebih tinggi.
Deny memulai profesinya sebagai pembuat eskrim rumahan sejak 15 tahun lalu. Diakuinya, Ia hanya sempat mengenyam bangku sekolah hanya sampai kelas II SD. Selanjutnya, ia bekerja serabutan untuk menopang hidup setelah menikahi istrinya pada tahun 1986, tepatnya ketika ia masih berusia 21 tahun. Berbagai pekerjaan seperti pembawa becak, kuli bangunan, buruh korek parit, upah ladang sempat dilakoninya. Pada tahun 1988 ia mendapat tawaran apik dari tetangganya untuk belajar membuat eskrim rumahan.
"Dulu rumah saya tepas, sekarang Alhamdulillah sudah gedung. Tahun 1988 saya masih bekerja di ladang. Lalu pada 1989, tetangga saya berniat baik menawarkan mengajarkan saya membuat eskrim. Tetangga kami dulu memang tukang eskrim," cerita si bapak berkulit coklat gelap ini.
Dari hasil belajar tersebut, Deny mampu menyerap ilmu dengan baik dan mulai ikut menjual eskrim keliling. Waktu itu, ia juga berhutang sebagai modal untuk mencoba membeli alat pembuat eskrim dan sepeda sebagai sarana untuk menjual eskrim. Ia mengayuh sepedanya mulai dari Medan Johor hingga Pancur batu, dari pagi hingga petang.
Setelah lima tahun menjalani pekerjaan sebagai penjual eskrim keliling, pada tahun 1994 ia jatuh sakit dan sempat berhenti bekerja. Sebelum akhirnya sukses memulai karir mandiri sebagai pembuat eskrim rumahan, Deny juga sempat menjadi pedagang roti keliling tak lama paskasembuh dari penyakitnya. Ia hanya menjadi agen penjual roti, dan pekerjaan ini bertahan hingga tiga tahun.
"Tahun 1997 saya berhenti dari agen roti keliling dan balik lagi menekuni eskrim. Saya sempat menghayal ingin punya usaha eskrim sendiri pada saat itu. Ilmu pun tidak ada karena saya tidak tamat SD, jadi saya hanya bisa berangan-angan. Tetapi, pelan-pelan saya kumpulkan uang. Lalu saya bisa membeli dinamo berbentuk seperti parutan kelapa untuk memutar mesin pembuat eskrim agar tidak manual lagi, itu pada tahun 1999," kenangnya.
Karena tekadnya yang kuat ingin memiliki usaha eskrim rumahan sendiri, Deny memberanikan diri meminjam uang di beberapa bank di Medan. Namun apalah daya, Deny yang tidak sekolah itupun tak dipercaya untuk meminjam uang sebesar Rp5 juta pada tahun 2000 silam. Pihak bank berdalih Deny tak akan bisa membayar dengan pinjaman sebesar itu. Tak gampang menyerah, Deny pun berusaha berhutang kepada kakak kandungnya sebesar Rp6 juta.
Dengan modal pinjaman itu, Deny langsung membeli tiga alat baru untuk pembuatan eskrim. "Saya mulai serius usaha sendiri pada tahun 2000 silam. Sempat pada 2004, pihak Angkasa Pra II datang ke tempat usaha saya dan menawarkan pinjaman. Tetapi saya menolak, karena saya sudah terkadung tidak selera pernah ditolak dan tidak dipercaya dulu," ujarnya mengenang tawaran yang ditolaknya itu.
Tak Ragu
Tak hanya pihak bank, para distributor es batangan, kelapa dan bahan-bahan pembuatan eskrim lainnya juga sempat tak mau bekerjasama dengan bapak tiga anak ini. Pada 2002, ia tak dipercayai para pemasok es batangan. Untuk mengambil empat batang es pun ia menghadapi kesulitan. Tetapi saat ini, jangankan empat batang, untuk mengambil puluhan batang es pun para pemasok tak ragu lagi meletakkannya di tempat usaha eskrim rumahan miliknya. Deny juga selalu menyisihkan rejekinya tiap bulan untuk menambah satu kulkas. Sekarang sudah ada total 22 kulkas untuk membekukan eskrim buatannya.
Deny mengaku eskrimnya terbuat dari bahan-bahan alami tanpa pengawet. Eskrim tersebut hanya tahan paling lama empat hari setelah dibekukan. Bahan-bahan tersebut di antaranya, tepung tapioka, tepung maizena, gula pasir, susu fullkrim, pemanis buatan, pasta berbagai varian rasa, es batu, garam dan kelapa. Ia tak perlu lagi repot-repot ke pasar belanja bahah-bahan tersebut, sekarang para distributor sudah memberi kepercayaan kepada Deny. Kesemua barang itu rutin diantar ke rumahnya sesuai jumlah yang dibutuhkan.
Eskrim Deny yang sehari-hari dapat menghabiskan 40 hingga 70 batang es, 500 an buah kelapa, 50 kilogram tepung, 150 kilogram gula dan garam itu terbagi dalam tujuh rasa, yakni vanila, duren, nangka, coklat, alpukat, stroberi dan jagung.
Saat ini, ia mampu meraup omzet hingga Rp7 juta dalam sehari. Jadi, dalam sebulan ia bisa mengantongi kurang lebih Rp200 juta. Harga eskrimnya sendiri bervariasi tergantung kualitas. Untuk kualitas unggulan ia membandrol Rp60 ribu untuk 2,5kilogram dan untuk kualitas di bawahnya dipatok Rp40 ribu per 2,5 kilogram nya. Sedangkan untuk acara pesta pernikahan dan ulang tahun, Deny menetapkan Rp500 ribu per 15 kilogram atau satu tong eskrim. Pilihan rasanya pun disesuaikan dengan keinginan konsumen.
"Ada 30 pedagang eskrim keliling yang mengambil eskrim di tempat saya. Tak hanya di Medan, saya juga sudah punya langganan tetap di Stabat, Tanjung Beringin dan Brandan. Kami mengirim eskrim ke sana kira-kira 400 kilogram dua hari sekali," jelas kakek bercucu satu ini seraya menambahkan saat ini ia memiliki delapan karyawan, salah seorang di antaranya anak kandungnya sendiri.
Tujuh lainnya berasal dari luar kota, seperti Ponorogo dan Rantau Parapat. Di awal karirnya, Deny hanya bertiga dengan anak dan istrinya merintis usaha rumahan tersebut. Pekerjaan membuat eskrim dimulai pada pukul 06.30 WIB, kemudian pukul 09.00 WIB istirahat. Lalu satu jam setelahnya pekerjaan dilanjutkan hingga jam tiga sore. Kegiatannya dibagi-bagi seperti ada yang memarut kelapa, memasak tepung dan melayani pelanggan. “Usaha eskrim kami hanya libur saat musim hujan dan bulan puasa serta Lebaran. Liburnya bisa sampai dua minggu,” tuturnya.
Di mata karyawannya, Deny sudah seperti bapak. Gaji karyawan pun disesuaikan antara yang sudah menikah dan masih lajang. Ia juga menyediakan tempat tinggal gratis bagi empat pekerjanya yang berasal dari luar daerah. Dari hasil usaha eskrim beromzet jutaan rupiah ini, Deny dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Saat ini, ia juga sudah memiliki dua unit rumah, empat ruko dan satu mobil pribadi.
"Ke depannya saya berharap usaha eskrim ini omzetnya lebih meningkat lagi. Belum puas sampai di sini, saya punya keinginan bekerjasama dengan pihak kantin-kantin di sekolah dan perkantoran di Medan untuk memasukan eskrim rumahan ini. Meskipun tidak tamat sekolah, tetapi tetap berusaha untuk sukses dan optimis dalam hidup. Tanamkan kejujuran dan disiplin kerja sebagai kunci kesuksesan," tutup Deny sambil memperlihatkan eskrim buatannya di dalam kulkas. (Sari Ramadhani)