Karo, (Analisa). Presiden Joko Widodo tetap memantau perkembangan penanganan pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
Hal ini ditandai dengan kedatangan tenaga ahli Kepresidenan, BNPB dan tim Kementerian PU-PERA ke Kabupaten Karo diterima Bupati Karo, Terkelin Brahmana, SH di ruang rapat Bupati Karo Kabanjahe, belum lama ini.
Tim yang berkunjung itu, Staf Presiden Yuni Rusdinar sebagai Wakil Deputi I bidang pengendalian pembangunan program prioritas, Ferdi Alfriska dan Adde Reza Arafat. Dari BNPB diwakili Ir. Gatot Sudjono sebagai Kabudit Pemulihan dan Peningkatan Sosial, Drs Darwin Sitinjak, MM, sebagai Kabsubdit Estimasi Pembiayaan, Afif Alfian, SE sebagai Kasi Pemulihan Ekonomi dan Rambat Prasetya Adi sebagai Kasi Estimasi Pembiayaan Pembangunan. Mewakili tim Rekompak Kementerian PU-PERA, Wijang Wijanarko, Teguh Muh Abduh dan Sentot Sederajat.
Sekdakab Karo, dr. Saberina MARS menyampaikan permasalahan yang dihadapi Karo saat ini, dalam penanganan pengungsi erupsi Gunung Sinabung, yakni masalah pengungsi yang sudah mengungsi, pengungsi yang tidak mengungsi dan masalah ada pengungsi yang sudah direlokasi dan belum direlokasi.
Saat ini, ada 3 desa yang direlokasi ke Desa Relokasi Siosar, yaitu Desa Bekerah, Simacem dan Suka Meriah. Namun baru 180 kepala keluarga yang mendapatkan lahan pertanian melalui proses pengungsian, sedang sisanya masih dalam proses. Sekolah darurat juga sudah dibangun di Siosar.
Relokasi tahap kedua untuk warga empat desa lain dengan jumlah 1.683 kepala keluarga. Keempat desa itu, Gurukinayan, Kuta Tonggal, Berastepu, dan Gamber. Rencananya, tahap kedua, empat desa ini akan relokasi mandiri.
Terkendala
Sekdakab secara khusus meminta bantuan kepada BNPB, agar membantu Pemkab Karo dalam mempercepat pemberian bantuan dana untuk penanganan pengungsi Sinabung, mengingat dana bantuan dari pusat terkendala akibat proses pertanggungjawaban dana bantuan 2013-2015 belum mendapat persetujuan dari BNPB.
Bupati Karo, Terkelin Brahmana menyampaikan sesuai dengan permintaan pemerintah pusat dan Provinsi Sumatera Utara agar Kabupaten Karo menampung dan menaikkan anggaran untuk penanganan pengungsi Sinabung, saat ini Pemerintah Kabupaten Karo sudah menaikkan anggaran bencana.
Namun, saat ini masih ada kendala yang dihadapi, yaitu mengenai kartu sakti seperti kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sejahtera, dan Kartu Indonesia Sehat belum seluruhnya dapat diberikan kepada para pengungsi. Padahal, mereka ini merupakan prioritas.
“Semua ini sudah disampaikan kepada Kementerian Sosial dan hingga saat ini masih dalam proses, untuk itu diminta agar staf kepresidenan dapat memfasilitasi hal itu,” katanya.
Terkait relokasi tahap kedua, ini masih disosialisasikan dan dirembukkan dengan masyarakat desa. Saat ini tinggal masyarakat dari Desa Gamber yang belum disosialisasikan, mengingat warga desanya masih banyak yang terpencar sehingga perlu dikumpulkan terlebih dahulu sebelum disosialisasikan.
Terkait menggenai laporan penggunaan anggaran dana siap pakai dari BNPB, hal ini sudah disampaikan BPBD Kabupaten Karo kepada BNPB namun masih belum mendapat tanggapan apakah pertanggungjawaban itu sudah sesuai dengan standar yang diminta oleh BNPB. Masalah laporan pertanggungjawaban yang terkendala ini, mengakibatkan dana siap pakai untuk tahap selanjutnya belum bisa dicairkan dari BNPB.
“Saya minta agar masalah ini dapat dibantu solusinya dan dana bantuan dari BNPB dapat dipercepat,”ujar Terkelin.
Kurang Representatif
Dansatgas tanggap bencana erupsi Gunung Sinabung, Dandim 0205 TK Letkol Agus Sitepu menyampaikan permasalahan yang dihadapi di lapangan, seperti masalah tempat pengungsian yang kurang representatif sehingga masih ada pengungsi yang tidur beralaskan tanah. Sarana dan prasarana seperti tempat tidur, MCK, air bersih dan lokasi pengungsian masih tetap menjadi kendala.
Dana dari BPBD Kabupaten Karo untuk keperluan logistik juga sudah 5 bulan mengalami kendala sehingga Dansatgas, Wakapolres dan Bupati Karo, harus mengupayakan bantuan dari pihak ketiga untuk menangani masalah dari setiap posko pengungsian.
Menanggapi hal itu, tenaga ahli staf kepresidenan Yuni Rusdinar menyampaikan penanganan, Sinabung memang berbeda dengan penanganan Merapi atau daerah lainnya.
Sinabung sudah memakan waktu yang lama dan pusat memahami kesulitan yang dialami Pemkab Karo. Untuk itu, pusat dan daerah harus lebih antisipatif untuk masalah-masalah yang ada, katanya.
“Saat ini kita harus fokus pada masalah pengungsi dan kedatangan tim kali ini atas perintah presiden untuk mendengar secara langsung masalah yang saat ini sedang dihadapi, untuk mengetahui apa solusi yang harus dihadapi. Untuk itu, buat rencana yang terbaik untuk daerah,” katanya.
Buat Format
Terkait masalah dana siap pakai yang belum dicairkan dari BNPB, Yuni meminta kepada BNPB agar membuat suatu format pertanggungjawaban yang harus diikuti Pemkab Karo, sehingga hal seperti ini yaitu ketidaksinkronan pertanggungjawaban yang dibuat daerah dengan standar yang diminta BNPB, sehingga ke depannya hal seperti ini tidak terjadi lagi.
Menanggapi permasalahan dana siap pakai yang belum dapat dicairkan karena terkendalanya pertanggungjawaban dana 2013-2015 yang belum dapat diterima BNPB, pihak BNPB kemudian berkoordinasi dengan Deputi BNPB di Jakarta.
Hasil koordinasi yang disampaikan Gatot Sudjono, dana siap pakai untuk penanganan bencana memang ada asal pertanggungjawaban benar maka tidak ada masalah. Setiap dana yang ada memang harus dipertanggungjawabkan. Jika ada laporan mingguan dan bulanan maka tidak akan ada masalah.
Menanggapi hal itu, Sekdakab Karo meminta kepada setiap SKPD yang terkait dalam penggunaan dana agar segera memperbaiki semua surat-surat yang ada untuk segera dibawa ke Jakarta. (dik)