Malam Amal dan Imlek Bersama

Beramal dengan Prinsip Bhineka Tunggal Ika

Medan, (Analisa). Malam Amal dan Imlek yang digelar Komunitas Masyarakat Peduli Amal dan Kemanusiaan (Kompak), Minggu (21/2) mengumpulkan dana kemanusiaan yang diberikan kepada seluruh elemen masyarakat tanpa memandang suku, agama, dan ras (SARA). 

Ketua Panitia, Iwan Hartono Alam mengatakan acara tersebut berawal dari inisiatif tokoh-tokoh sosial Sumut untuk membentuk suatu perkumpulan berlandaskan kemanusiaan. Karena itu terbentuk Masyarakat Peduli Kemanusiaan (MPK) yang bersifat sosial dan tidak berpolitik. MPK dibentuk untuk menggalang dan mengumpulkan tokoh yang memiliki rasa kemanusiaan dan peduli kepada sesama. 

"Kita menyadari banyak saudara kita yang kehidupan sosial ekonominya masih kurang beruntung, dan juga masih ada panti asuhan dan rumah jompo serta tempat-tempat ibadah yang kurang terawat disebabkan karena kekurangan dana dan biaya. Maka kita terpanggil untuk berbuat sesuatu bagi mereka," ujarnya. 

Ia mengatakan seluruh dana yang terkumpul dalam acara tersebut sepenuhnya akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan layak untuk dibantu tanpa membedakan SARA dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika sebagai bingkai negara Republik Indonesia. 

"Kami menjamin semua dana akan tersalurkan kepada orang yang tepat. Karena sebelumnya sudah disurvei oleh panitia. Bantuan diberikan kepada seluruh elemen masyarakat dan rumah ibadah baik vihara, panti asuhan, balai pengobatan, masjid, gereja dan kelenteng," tambahnya.

Jaga Toleransi

Dr Sofyan Tan, Anggota DPR RI yang turut hadir pada malam amal tersebut mengatakan pengaitan Imlek dengan amal merupakan hal yang pantas untuk dilaksanakan. Menurutnya setiap perayaan hari besar selalu identik dengan rasa syukur kepada tuhan. Sebagai wujud syukur itu perlu ada tindakan amal guna membantu orang lain. 

"Kita tahu di luar sana banyak orang yang menderita, tidak satu pun agama yang tidak mengajarkan belas kasihan kepada orang lain. Jadi kegiatan amal yang dikaitkan dengan perayaan hari besar menurut saya adalah hal yang tepat," ujarnya. 

Menurutnya melalui kegiatan amal yang dilakukan tanpa memandang SARA, bisa meredam tindak kekerasan, intoleransi dan diskriminasi yang saat ini semakin marak terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Diskriminasi terjadi karena berbagai hal seperti ketidaktegasan pemerintah dalam menegakkan hukum, kesenjangan sosial serta kurangnya dialog antarpemuka agama.

"Bangsa kita harus bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Misalnya masalah kesenjangan sosial secara ekonomi, caranya adalah bagaimana tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai suku dan agama bisa bersatu dalam memberikan kontribusi sosial. Kegiatan amal lintas etnis dan agama seperti ini menjadi salah satu bentuk untuk menyelesaikan masalah itu. Jadi sangat perlu ditingkatkan," tambahnya. 

Selain Dr Sofyan Tan, sejumlah tokoh juga hadir dalam acara tersebut antara lain Anggota DRPD Sumut, Brilian Moktar, Anggota DPRD Medan, Wong Chun Sen, Ketua PSMTI Sumut Tongariodjo Angkasa, tokoh masyarakat Juswan Jiu, Ketua Dewan Penasihat PSMTI Sumut, Eddy Djuandi. (amal/rian)

()

Baca Juga

Rekomendasi