“Hari Raya Magha Puja 2559 Be/ 2016”

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Sahabat kini tiba saatnya umat Buddha bersama-sama merenungkan kembali, bahwa lebih dari 25 abad yang lampau pernah terjadi suatu peristiwa yang maha agung dalam riwayat hidup Buddha Gotama, yang menandai cikal bakal berkembangannya Buddha Dham­ma didunia. Tepatnya yaitu pada bulan Purnama Sidhi di Taman Tupai Veluvana Arama yang memiliki empat keistime­wa­an yang dikenal sebagai “Caturanga­sa­nipata”, empat keistimewaan tersebut yaitu:

1) Berkumpulnya 1250 Bhikkhu

2) Mereka semua telah mencapai ting­kat kesucian tertinggi (Arahat) yang me­miliki kemampuan Abhinna

3) Mereka ditahbis sendiri oleh Sang Buddha dengan cara Ehi Bhikkhu Upa­sampada

4) Mereka hadir tanpa diundang dan tanpa kesepakatan.

Pada pertemuan yang agung tersebut Sang Bhagava membabarkan Ovadapa­patimokkha yang merupakan inti dari Ajaran Buddha;

Khanti paramang tapo titikkha Nib­banam paramam vadanti Buddha Na hi pabbajjito parupaghati Samano hoti param vihethayanto yang artinya kesa­baran me­rupakan pelaksanaan Dhamma yang ter­ting­gi, para Buddha bersabda Nibbana ada­lah yang tertinggi, jika se­seorang yang telah menjadi Samana masih menyakiti dan merugikan orang lain maka sesung­guhnya dia bukanlah seorang Samana. Sabba Papassa akaranam Kusalassa upa­sampada Sacitta pariyo­dapanam Etam Buddhanasasanam; Janganlah berbuat jahat, perbanyak keba­jikan, sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran para Buddha”.

Makna hari Magha Puja dapat menjadi media perenungan bagi umat Buddha untuk menghayati, memahami, membina diri dan mawas diri terhadap ajaran Buddha. Agar dapat menjadi panduan untuk diterapkan didalam diri demi tercapainya kehidupan yang lebih baik.  Poin pertama dalam isi Ovadapapatimokkha yaitu ten­tang pentingnya kesabaran, kesabaran me­rupakan suatu tatanan yang dapat mem­ban­tu dalam mengendalikan suatu amarah didalam diri, jika hal tersebut tidak diken­dalikan maka akan dapat mendorong pada tindakan buruk yang membuat penderi­taan dan kerugian yang dihasilkan pada akhirnya tidak hanya akan berdampak buruk pada orang lain saja namun juga akan berdampak buruk pada diri sendiri. Batin dan pikiran juga akan tercemari oleh hal-hal yang buruk sehingga kesengsaraan dan penderitaan tidak dapat terhindar lagi. Melatih diri agar tenang dan sabar me­miliki pengaruh besar terhadap tindakan yang lebih terarah, upaya untuk menyakiti maupun merugikan orang lain pun dapat lebih terminimalisir dengan baik.

Kita harus ingat bahwa, setiap makhluk juga memiliki hak yang sama dalam merasakan kebahagiaan, mengembang­kan sifat welas asih kepada siapapun me­rupakan suatu hal yang sangat mulia, yang dipuji para bijak­sana. Pada poin pertama ini setiap umat Buddha juga dapat belajar dalam mening­katkkan Bodhicitta didalam diri.

Poin kedua dalam isi Ovadapapa­timokkha yaitu janganlah berbuat jahat, tambahkan kebajikan, sucikan hati dan pikiran. Dari uraian tersebut tentu sudah jelas bahwa Buddha Gotama sudah menunjukan tahapan yang harus dimiliki dan dilakukan oleh para sekha untuk memperoleh kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan perlu didahului dalam pe­ningkatan kebajikan bukan sebaliknya (kejahatan), karena dengan banyaknya kebajikan yang telah dilakukan secara otomatis akan dapat membantu mema­tangkan dan memberikan efek pening­katan pikiran dan kesadaran semakin lebih eling terhadap tindakan buruk yang akan dilakukan, dengan demikian pikiran dan kesadaran baik akan tetap terjaga selalu sehingga ketenangan hati pun secara otomatis akan muncul. Memiliki rasa malu dan takut pada tindakan-tindakan buruk, terkendali dalam berperilaku (memiliki moralitas) akan menambah do­rongan kuat pada diri dalam mengkon­disikan hal-hal baik semakin lebih me­ndominasi pada pola pikir, berucap dan berbuat. Dari tahapan ini juga upaya pengembangan bhavana kita akan dapat semakin lebih maju lagi. Utthanavato satimato sucikammassa nisammakarino sannatassa ca dhammajivino appamat­tassa yasobhivaddhati yang artinya se­seorang yang penuh semangat dan selalu sadar, murni dalam perbuatannya serta memiliki pengendalian diri dan selalu hidup sesuai dengan dhamma, selalu menjaga kewaspadaan maka kebaha­gia­annya akan semakin bertambah” (Appa­mada Vagga II-24).

Tetaplah selalu berusaha untuk meng­optimalkan prinsip kebaikan, karena ke­baika-kebaikan yang telah kita lakukan akan semakin menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran luhur se­makin bertambah. Satu kunci sederhana dalam usaha mewujudkan kebahagiaan adalah dengan selalu mengingat prinsip Hukum Kamma yaitu “Sesuai dengan benih yang ditaburkan, demikian pula buah yang akan dipetiknya (Samyutta Nikaya I-22). Ye keci osadha loke, Vijjanti vividha bahu Dhammosad­hasa­mam natthi, etam pivatha bhikkhavo “Dari semua obat didunia ini, yang banyak dan beraneka jenis tidak ada satu pun yang menyamai obat dhamma. Karena itu, O…para Bhikkhu minumlah obat ini. (Millinda Panha.335)

Selamat Hari Raya Magha Puja 2559 BE/ 2016, Semoga kita semakin maju dalam Buddha Dhamma, semoga semua makhluk turut berbahagia.

Saddhu…Sadhu…Sadhu…

()

Baca Juga

Rekomendasi