Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Sahabat kini tiba saatnya umat Buddha bersama-sama merenungkan kembali, bahwa lebih dari 25 abad yang lampau pernah terjadi suatu peristiwa yang maha agung dalam riwayat hidup Buddha Gotama, yang menandai cikal bakal berkembangannya Buddha Dhamma didunia. Tepatnya yaitu pada bulan Purnama Sidhi di Taman Tupai Veluvana Arama yang memiliki empat keistimewaan yang dikenal sebagai “Caturangasanipata”, empat keistimewaan tersebut yaitu:
1) Berkumpulnya 1250 Bhikkhu
2) Mereka semua telah mencapai tingkat kesucian tertinggi (Arahat) yang memiliki kemampuan Abhinna
3) Mereka ditahbis sendiri oleh Sang Buddha dengan cara Ehi Bhikkhu Upasampada
4) Mereka hadir tanpa diundang dan tanpa kesepakatan.
Pada pertemuan yang agung tersebut Sang Bhagava membabarkan Ovadapapatimokkha yang merupakan inti dari Ajaran Buddha;
Khanti paramang tapo titikkha Nibbanam paramam vadanti Buddha Na hi pabbajjito parupaghati Samano hoti param vihethayanto yang artinya kesabaran merupakan pelaksanaan Dhamma yang tertinggi, para Buddha bersabda Nibbana adalah yang tertinggi, jika seseorang yang telah menjadi Samana masih menyakiti dan merugikan orang lain maka sesungguhnya dia bukanlah seorang Samana. Sabba Papassa akaranam Kusalassa upasampada Sacitta pariyodapanam Etam Buddhanasasanam; Janganlah berbuat jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran para Buddha”.
Makna hari Magha Puja dapat menjadi media perenungan bagi umat Buddha untuk menghayati, memahami, membina diri dan mawas diri terhadap ajaran Buddha. Agar dapat menjadi panduan untuk diterapkan didalam diri demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Poin pertama dalam isi Ovadapapatimokkha yaitu tentang pentingnya kesabaran, kesabaran merupakan suatu tatanan yang dapat membantu dalam mengendalikan suatu amarah didalam diri, jika hal tersebut tidak dikendalikan maka akan dapat mendorong pada tindakan buruk yang membuat penderitaan dan kerugian yang dihasilkan pada akhirnya tidak hanya akan berdampak buruk pada orang lain saja namun juga akan berdampak buruk pada diri sendiri. Batin dan pikiran juga akan tercemari oleh hal-hal yang buruk sehingga kesengsaraan dan penderitaan tidak dapat terhindar lagi. Melatih diri agar tenang dan sabar memiliki pengaruh besar terhadap tindakan yang lebih terarah, upaya untuk menyakiti maupun merugikan orang lain pun dapat lebih terminimalisir dengan baik.
Kita harus ingat bahwa, setiap makhluk juga memiliki hak yang sama dalam merasakan kebahagiaan, mengembangkan sifat welas asih kepada siapapun merupakan suatu hal yang sangat mulia, yang dipuji para bijaksana. Pada poin pertama ini setiap umat Buddha juga dapat belajar dalam meningkatkkan Bodhicitta didalam diri.
Poin kedua dalam isi Ovadapapatimokkha yaitu janganlah berbuat jahat, tambahkan kebajikan, sucikan hati dan pikiran. Dari uraian tersebut tentu sudah jelas bahwa Buddha Gotama sudah menunjukan tahapan yang harus dimiliki dan dilakukan oleh para sekha untuk memperoleh kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan perlu didahului dalam peningkatan kebajikan bukan sebaliknya (kejahatan), karena dengan banyaknya kebajikan yang telah dilakukan secara otomatis akan dapat membantu mematangkan dan memberikan efek peningkatan pikiran dan kesadaran semakin lebih eling terhadap tindakan buruk yang akan dilakukan, dengan demikian pikiran dan kesadaran baik akan tetap terjaga selalu sehingga ketenangan hati pun secara otomatis akan muncul. Memiliki rasa malu dan takut pada tindakan-tindakan buruk, terkendali dalam berperilaku (memiliki moralitas) akan menambah dorongan kuat pada diri dalam mengkondisikan hal-hal baik semakin lebih mendominasi pada pola pikir, berucap dan berbuat. Dari tahapan ini juga upaya pengembangan bhavana kita akan dapat semakin lebih maju lagi. Utthanavato satimato sucikammassa nisammakarino sannatassa ca dhammajivino appamattassa yasobhivaddhati yang artinya seseorang yang penuh semangat dan selalu sadar, murni dalam perbuatannya serta memiliki pengendalian diri dan selalu hidup sesuai dengan dhamma, selalu menjaga kewaspadaan maka kebahagiaannya akan semakin bertambah” (Appamada Vagga II-24).
Tetaplah selalu berusaha untuk mengoptimalkan prinsip kebaikan, karena kebaika-kebaikan yang telah kita lakukan akan semakin menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran luhur semakin bertambah. Satu kunci sederhana dalam usaha mewujudkan kebahagiaan adalah dengan selalu mengingat prinsip Hukum Kamma yaitu “Sesuai dengan benih yang ditaburkan, demikian pula buah yang akan dipetiknya (Samyutta Nikaya I-22). Ye keci osadha loke, Vijjanti vividha bahu Dhammosadhasamam natthi, etam pivatha bhikkhavo “Dari semua obat didunia ini, yang banyak dan beraneka jenis tidak ada satu pun yang menyamai obat dhamma. Karena itu, O…para Bhikkhu minumlah obat ini. (Millinda Panha.335)
Selamat Hari Raya Magha Puja 2559 BE/ 2016, Semoga kita semakin maju dalam Buddha Dhamma, semoga semua makhluk turut berbahagia.
Saddhu…Sadhu…Sadhu…