Sidikalang, (Analisa). Penduduk di Desa Silalahi-Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, permukiman terdekat turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Renun mengeluhkan pelayanan PT PLN. Mereka sering dilanda pemadaman.
Bona Pintubatu, pengelola restoran di tepian Danau Toba tersebut, pekan lalu mengatakan, tidak ada manfaat nyata kehadiran power house penghasil energi terhadap penduduk sekitar. Toh pemadaman paling sering mendera masyarakat.
Dijelaskan, listrik juga mati, Kamis (3/3). Setiap minggu pasti ada jam gelap. Terkadang pagi, siang maupun malam. Bahkan, mau sampai 2 kali sehari. Dalam setiap minggu, minimal 2 kali mengulah.
Seorang guru di SMA Negeri Silahisabungan menyebut pelayanan belum optimal. “Di sini paling sering mati” kata guru.
Agustinus Sidabutar gelar Oppu Agung pengusaha ikan mujahir bakar menjelaskan, pengunjung juga mengungkapkan kekecewaan.
Bupati, KRA Johnny Sitohang Adinegoro pernah mengutarakan kekecewaannya. Sebagai wilayah penghasil energi, seyogianya mendapat prioritas.
Amat miris kalau di kampung dekat turbin malah kerap kegelapan. Bukan hanya untuk warga Silalahi-Paropo, Kabupaten Dairi wajar diatensi. Potensi sumber daya alam berupa hutan dan air merupakan modal PLN menghasilkan listrik.
Wakil Ketua DPRD, Benpa Hisar Nababan menerangkan, tanpa kesepakatan dengan masyarakat, PLN seyogianya menunjukkan kepedulian. Apapun dikata, warga terdekat yakni penduduk di Kecamatan Silahisabungan, Sumbul dan Parbuluan patut diutamakan. Itu tanggung jawab sosial.
Bukan hanya dalam hal penerangan listrik, bantuan CD dan CSR perusahaan sebaiknya dikonsentrasikan bagi mereka.
“Derita ini sungguh memprihatinkan. Manajemen PT PLN perlu bersikap proporsional” kata legislator PDIP. (ssr)











