HEWAN civet, musang luak atau disebut luak saja adalah mamalia yang bisa ditemukan di wilayah tropis Afrika dan Asia. Binatang ini tampak seperti persilangan antara kucing dan cerpelai yang berbulu belang- belang gelap serta menghuni pohon-pohonan. Makanannya adalah buah-buahan, serangga, cacing, dan binatang kecil, seperti tupai, tikus, dan burung.
Ternyata setelah dilakukan pengamatan, ternyata luwak tidak hanya membuat kopi menjadi bermutu tunggi, tetapi juga nama yang diberikan kepada bebauan yang dihasilkan oleh kelenjar perineum musang.
Kalau biji kopi menjadi bermutu tinggi setelah ia makan dan mereka keluarkan dalam keadaan tidak pecah atau masih tetap bulat tetapi kulitnya telah hilang atau telah menjadi tinja luwak. Sedangkan kelenjar perineum musang yang menghasilkan parfum itu letaknya tepat di samping anus.
Musang membalurkan minyak dan kelenjar ini pada tumpukan kotorannya yang mengering, bebatuan, dan cabang-cabang pohon di wilayahnya, sebagai tanda kepemilikan untuk memperingatkan pesaingnya.
Selain itu, sebagai kelenjar perinum, civet adalah zat kental berminyak dengan bau tak sedap yang sangat kuat. Bau busuknya sedikit saja bisa membuat seseorang benar-benar sakit.
Banyak mamalia kecil lain, termasuk kucing, luak, sigung, dan cerpelai, punya sekresi zat sisa yang dikeluarkan sebagai kotoran, kelenjar, atau cairan yang mirip dengan civet ini dan digunakan untuk menandai wilayahnya.
Untuk tujuan tadi, tak heran jika kelenjar perineum ini telah sangat penting artinya dan bisa bertahan dalam waktu yang lama. Minyak musang yang dihasilkan kelenjar itu dianggap sangat bernilai tinggi bagi para pembuat parfum.
Walaupun berbau busuk, ternyata jika dikombinasikan dengan wangi-wangian lain, minyak civet akan “memuliakan” wewangian tersebut.
Memperkuat
Artinya, minyak tersebut bisa memperkuat bau harum dari wewangian lain tadi, membuat bau busuknya menjadi “hidup” sehingga tercipta bau wangi yang justru enak dicium. Minyak ini juga membuat wewangian melepaskan baunya dengan sangat lambat sehingga parfum tersebut bisa bertahan lama.
Para pembuat parfum tak diwajibkan mencantumkan unsur - unsur pembuat dalam produknya sehingga rahasia bahan-bahan pembuat wewangian paling baik ini, yang berasal dan kelenjar perineum musang, tetap tersimpan baik.
Walaupun, hingga saat ini, minyak civet dianggap telah digunakan secara luas dalam banyak parfum populer dengan merek mewah seperti Chanel, Lancome, dan Cartier. Semuanya mengakui telah memanfaatkan civet dalam produk mereka.
Chanel No. 5, ditemukan dalam tes laboratorium mengandung civet, walaupun Chanel menyatakan bahwa sejak 1998 mereka menggunakan minyak civet sintetis (buatan), bukan yang alami.
Salah satu alasan meningkatnya penggunaan minyak civet sintetis karena saat ini konsumen dan penguasaha lebih menyadari kekejaman yang terjadi dalam praktik pengumpulan civet alami.
Pada masa lalu, civet sering diburu dan dibunuh demi baunya. Sekarang, mereka cenderung dipelihara di kandang kecil dan minyaknya diambil secara teratur dengan cara mengeroknya dari kelenjar perineum, yang pasti cara tersebut menyakitkan bagi para civet. (utw/ar)