Limbah Kerang Disulap Jadi Kerajinan Indah

Oleh: M. Zuchri Nasuha Lubis

APA yang kita pikirkan saat me­li­hat cangkang kerang? Jijik? Ko­tor? Bau? Limbah tak berguna? Umum­nya orang memandang remeh cangkang keras yang dihasil­kan oleh salah satu hewan golongan mo­luska ini. Cangkang kerang yang keras, kerap dianggap sebagai lim­bah yang biasanya hanya dijadikan sebagai penimbun jalan yang becek atau malah terbuang begitu saja.

Berbeda halnya dengan apa yang ditunjukkan oleh Nur Adilla lewat kreativitasnya. Di tangan terampil mahasiswa Ekonomi Manajemen Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UINSU ini, cangkang kerang yang dianggap sebagai limbah dapat ia sulap menjadi beragam kerajinan tangan yang indah. Ia memanfaatkan cangkang kerang yang dikumpulkannya menjadi bunga hiasan, bros jilbab, tepak sirih, tempat tisu serta ragam kerajinan lain sesuai permintaan pelanggannya.

Adat Membawa Berkat

Mahasiswa kelahiran Tanjung Be­ringin, 9 Juli 1996 ini mengaku telah memulai usahanya sejak 2014 h­ingga sekarang. Ia turut mence­ri­ta­kan latar belakangnya da­lam men­jalankan usaha ini. Ba­gi­nya,  usaha ke­rajinan tangan dari cang­kang ke­rang tak pernah terfi­kir­kan sama se­kali, “Pada awalnya tak ter­fi­kir­kan sama sekali bahwa lim­bah dari cangkang kerang dapat di­ja­dikan ke­rajinan yang cantik nan mo­­lek,” ujar­nya.

Lebih lanjut dikatakan si sulung dari dua bersaudara ini, keterta­ri­kan­nya pada kerajinan cangkang ke­rang bermula dari kekagumannya pada keindahan beragam kerajinan tan­gan yang dihasilkan oleh adat di daerahnya. “Sewaktu saya masih SMA, saya sering berkunjung ke acara tahunan di kampung kelahiran saya. Tepatnya di Kabupaten Ser­dang Bedagai di Replika Istana Per­baungan. Disana saya melihat ba­nyak sekali kerajinan dari cangkang ke­rang seperti bros jilbab, bunga dan lain sebagainya,” tutur putri pa­sangan Budi Syahman dan Yus­mah ini.

Lihat-lihat Berkhasiat

Pengamatannya terhadap keraji­nan dari cangkang kerang tak ber­henti hanya sekedar lihat-lihat saja. Ia terkejut saat mendengar harga dari masing-masing kerajinan yang di­pamerkan. “Ketika saya bertanya har­ganya, saya kaget ternyata harganya lumayan mahal. Berhu­bung saya anak pesisir, menurut saya harga tersebut berada dalam ki­saran yang sangat mahal. Lebih ba­gus buat sendiri. Fikir saya sejenak,” ucapnya.

Dari situlah muncul keinginan da­lam benaknya untuk membuat usaha kerajinan tangan dari limbah cangkang kerang. “Setelah berdis­kusi dengan keluarga, ternyata ibu saya setuju dan akhirnya saya dan ibu bekerjasama untuk mengem­bang­kan usaha kerajinan tangan dari cang­kang kerang tersebut,” ujar Dila.

Bermodal Tangan Terampil

Menurut Dila, proses pembuatan kerajinan tangan ini lumayan sederhana dan tentunya membutuh­kan tangan yang terampil, “Saat ini, untuk cangkang kerangnya saya beli per karung. Prosesnya lumayan sederhana dan tentunya membutuh­kan kesabaran. Awalnya bersihkan cang­kang kerang hingga benar-be­nar bersih. Selanjutnya bentuk cang­kang kerang tersebut sesuai deng­an ke­inginan kita untuk dijadikan produk apa, dibantu dengan bahan pen­du­kung lem dan alat-alat lainnya. Se­telah terbentuk, maka warnai sesuai de­ngan selera. Akhirnya cangkang kerang juga diberi zat pengkilap agar terkesan mewah,” jelasnya.

Tetap Berjuang

Bagi pengusaha pemula seperti dirinya, ragam kendala dan hamba­tan tentunya kerap ia hadapi. “Ken­dala dari usaha ini ialah kurangnya relasi yang dapat menghubungkan produk yang saya hasilkan untuk dikembangkan dan dipasarkan di masyarakat. Selama ini saya masih menjualnya kepada keluarga sendiri dan teman-teman di kampus, dengan alasan untuk hiasan di kos mereka.

Tak hanya itu, saya juga mengh­ubungi setiap penaggung jawab ke­las di fakultas agar mau membeli bu­nga saya sebagai hiasan di meja dosen,” ucap Dila.

Pengalaman inspiratif dari usaha ini pun pernah ia torehkan. “Dengan ke­terampilan ini, saya diundang di­berbagai acara. Baru-baru ini saya diun­dang oleh Bank Indonesia Wi­la­yah IX Sumut untuk meng­hadiri aca­ra WUBI (Wirausaha Bank In­do­nesia). Disana saya memamerkan hasil kerajinan saya,” terangnya.

Baginya, lika-liku perjuangan yang ia lakukan sangat berarti dengan kehadiran keluarga yang tetap memotivasi dirinya, “Saya sangat senang semua keluarga saya mendukung dan selalu mengins­pi­rasi saya agar terus mengembangkan usaha yang saya buat. Meskipun te­rkadang banyak sekali liku-liku yang dilalui,” ucapnya haru.

Tak hanya itu, bagi Sumatera Uta­ra ia mempunyai impian yang cu­kup besar dari keterampilannya ini, “Saya punya impian agar hasil ke­rajinan tangan dari limbah cang­kang kerang ini dapat dijadikan icon souvenir di Sumatera Utara. Kita tahu, sebagai salah satu provinsi yang memiliki wilayah pesisir, Su­mut sangat banyak menghasilkan lim­bah cangkang kerang. Sangat ber­manfaat tentunya jika potensi ini be­nar-benar diolah. Tak hanya ra­mah lingkungan, potesi ini dpaat mem­buka lapangan pekerjaan baru bagi Sumut yang terus berkem­bang,” tutupnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi