Trick Art

Perpaduan Poster dan Fantasi 3D

Oleh: Rhinto Sustono. KAPAN terakhir kali Anda melihat poster film di bioskop? Seberapa besar poster film terhadap keinginan Anda untuk nonton? Bioskop yang dimaksudkan, bukan bioskop modern yang kini ada di mal/plaza, melainkan gedung bioskop yang 

berdiri sendiri.

Untuk mengetahui film terbaru yang akan diputar di gedung bioskop, dulunya poster film-lah satu-satunya yang menjadi sarana informasi. Tapi kini, poster film berukuran besar hasil lukisan tangan para seniman itu sudah digantikan poster hasil cetak digital.

Dengan melihat posternya saja, dulu kita langsung bisa merasakan kekonyolan Benyamin S atau Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro). Atau kegarangan Arnold Schwarzenegger sudah tergambarkan aksinya dari poster film yang terpasang.

Untuk kali pertama, film bercirikan Indonesia pengambilan gambarnya pada 30 Maret 1950. Besutan sutradara Usmar Ismail, film “Darah dan Doa” atau “Long March of Siliwangi” juga menjadi film pertama yang diproduksi perusahaan film milik orang Indonesia. Sebenarnya, jauh sebelum itu  ada film bisu “Loetoeng Kasaroeng” yang dibuat pertama kalinya di Indonesia pada 1926 dan disutradarai orang Belanda, G Kruger dan L Heuveldorp.

Hingga awal tahun 2000-an, masih banyak kita temukan bioskop hingga ke kota kecamatan. Sebelum akhirnya, bioskop hanya ada di pusat perbelanjaan, plaza dan mal. Khusus di Medan, Bioskop Olympia adalah bioskop pertama yang dibuka di plaza. Kemudian President Theater (Deli Plaza), Bioskop Plaza (Medan Plaza), Bioskop Thamrin (Thamrin Plaza), dan Bioskop Perisai (Perisai Plaza).  Dari kelima bioskop itu, kini hanya tersisa Bioskop Thamrin.

Sampai 1990-an terdapat 58 gedung bioskop (termasuk Panggung Hiburan Rakyat/ PHR).  Bukan tanggung, waktu itu pajak tontonan memberi kontribusi sepertiga dari total pemasukan kas daerah. Tidak hanya di Medan, bioskop juga menyebar ke beberapa kota lainnya di Sumut, seperti Tebingtinggi, Pematanag Siantar, Sibolga, hingga kota-kota kecamatan, Lubukpakam, Tanjung Morawa, dan lainnya.

Sebuah karya film tidak berdiri sendiri mengandalkan isi cerita dan akting pemainnya. Keterlibatan pembuat poster film turut berperan mendongkrak laku-tidaknya film di pasaran.  Poster film menjadi pintu masuk, menggoda penonton untuk datang ke bioskop.

Seiring perkembangan cetak digital dan semakin sedikitnya jumlah bioskop, pembuat poster film pun ditinggalkan. Poster film kini hanya ada di plaza dan mal, itu pun disematkan pada kotak kaca maupun  tv plasma.

Lukisan Dinding

Mengingat poster film yang dilukis di kain dulunya, jadi teringat dengan lukisan ukuran besar di dinding. Di sudut-sudut kota besar, lukisan yang biasa disebut dengan mural ini jika didesain khusus untuk mempercantik wajah kota, bisa menyulap kota menjadi lebih berkarakter, apalagi jika di dalamnya juga dilukiskan  ciri khas yang menjadi penanda sebuah kota.

Antara poster film dengan mural, sesungguhnya memiliki fungsi yang sama, sebagai karya seni dan untuk penyampai pesan. Sayang, kadang karena keterbatasan kesempatan, dinding-dinding kota pun banyak dilukisi para seniman jalanan dengan mural secara sembarangan.

Di banyak kota besar, para seniman mural ini diarahkan bahkan ditantang kreasinya untuk bersaing mendesain mural yang bisa dimanfaatkan memanipulasi daya pandang manusia atau sering disebut ilusi optikal (trick art).

Dengan perpaduan wana persepktif dan teknik pencahayaan yang akurat, trick art akan memunculkan efek tiga dimensi (3D) yang menganggumkan yang terbentuk dari rangkaian lukisan pada objek datar. Kekinian, trick art sudah menjadi seni popular, khususnya di daratan Asia.

Misalnya di Korea Selatan, sejak 2011 sudah berdiri Museum Trick Art pertama, persisnya di kota Sanya dengan nama The Korean Fantasy Art Museum. Hal sama pada Provinsi Chiangmai, Thailand dengan Museum Art in Paradise pada 2013, juga ada Art in Paradise Pattaya.

Malaysia tidak mau ketinggalan, dengan menghadirkan Trick Art Museum, i-City, Shah Alam. Sedangkan Singapore, dengan nama Trick Eye Art Museum Singapore 3D, berada di kawasan Sarina. Lalu bagaimana dengan di Indonesia?

Untuk bisa menikati lukisan ala trick itu, tidak perlu jauh-jauh ke lar negeri, di Pulau Dewata persisnya di Bali Gallery Trick Art di kawasan Seminyak, Bali dan di Mall Pasaraya, Blok M Jakarta. Kita hanya tinggal menunggu kapan galeri trick art ada di Medan.

Negeri Khayal

Lukisan trick art awalnya diperkenalkan di Jepang pada 1980.  Jauh sebelum itu, pada abad 14 mulai tercipta di Prancis dengan sebutan “Trompe Loeli” atau sebuah teknik ilusi gambar yang seolah-olah gambar dua dimensi menjadi hidup dan berubah jadi tiga dimensi.

Sejatinya, seni ini didukung tiga unsur utama untuk menghadirkan penciptaan ilusi penglihatan tiga dimensi.  Ketiganya, ilusi geometri yang mengacu pada struktur benda, ilusi psikologi yang diproses antara otak dan mata, serta ilusi yang mengedepankan rasa dan alasan yaitu ilusi psikologi.

Perpaduan antara tiga ilusi ini menciptakan sudut pandang, perasaan dan akhirnya timbul persepsi baru yang kadang tak terduga dan mengejutkan. Apalagi setelah diabadikan pada sebuah foto. Makanya, saat masuk ke museum trick art, hal paling tidak terlewatkan adalah ber-selfy atau ber-groupy.

Layaknya di negeri khayal, dengan berpose di depan lukisan yang tersedia, kita bisa berubah seolah-olah menjadi apa saja. Jadi peselancar yang menaklukkan gulungan ombak besar, terbang dan menempel di dinding vertikal, menjadi raksasa di depan seseorang yang terlihat kerdil, bersayap ibaratkan bidadari, terjebak masuk ke botol, atau berkhayal menjadi pelukis yang tengah menyelesaikan lukisan Mona Lisa.

Tidak perduli usia dan gender, untuk mendapatkan pose yang indah, kita tinggal menyesuaikan dengan desain lukisan 3D yang tersedia di dinding maupun di lantai. Bahkan kadang ada keangkeran seolah dimakan binatang buas atau seolah berjuang melewati jembatan yang di batasi dinding terjal berjurang.

Lukisan yang dibuat seolah memadukan lukisan poster pada bidang datar yang menipu mata menjadi 3D ini, merupakan salah satu seni desain yang kini semakin digemari. Meski teknologi cetak digital tidak terbendung lagi, tentu sebagai desain seni trick art tidak bisa dimasuki hasil cetak pabrikan.

()

Baca Juga

Rekomendasi