Medan, (Analisa). Pimpinan Rumah Tasawwuf Baitul Mustaghfirin Al-Amir (BMA) Buya KH Amiruddin MS menegaskan, ada 5 penyebab membuat “tergelincir” hati manusia dari mengingat Allah.
“Jika 5 penyebab ini tidak dapat diatasi manusia, dia bisa menjadi sesat,” katanya dalam tausiahnya pada kuliah tasawuf di Rumah Tasawwuf BMA Jalan Suluh No 137 Medan Tembung, Minggu (27/3).
Hadir dalam acara itu, Ketua Umum Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut yang juga Nazhir Rumah Tasawwuf BMA Muhammad Dhuha Salihin, SE, Pembina Majelis Zikir Tazkira Sumut H Abdul Rahim dan Ketua Umum Majelis Zikir Tazkira Binjai Al-Ustaz H Muhammad Shiddik SAg yang memimpin Salat Sunat Tasbih, zikir dan doa.
Acara diawali pembacaan Alquran oleh Qori H Muhammad Syafi SSos. Acara diwarnai penyantunan 20 anak yatim-piatu yang bertempat tinggal di sekitar Rumah Tasawwuf BMA dalam rangkaian syukuran peresmian pemakaian “Ummi Collection” dan Klinik Pemeriksaan Umum, Perawatan Kulit dan Akupuntur Kesehatan dr Yunita Wulandari.
Dalam tausiahnya berjudul “ Menjaga agar Hati tidak Tergelincir”, Buya KH Amiruddin MS di hadapan jemaah mengatakan, dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 8, Allah berfirman yang maknanya “ (Mereka berdoa) : “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami.”
Memperhatikan konteks ayat ini, sambungnya, maka ada 5 penyebab ‘tergelincir’ hati manusia yang condong kepada kesesatan. Pertama, nama besar yang bisa ‘menggelincirkan’ hati manusia.
“Untuk tidak ‘tergelincir’, maka kembalikan nama besar itu kepada ‘pemberi’ nya, yakni Allah seraya mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil Alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam),” jelas Ketua Umum Majelis Zikir Tazkira Sumut yang juga ustaz dan ulama kondang berdakwah sejak tahun 1976 tidak saja seantero tanahair, tetapi juga ke mancanegara.
Penyebab kedua, lanjut dosen UIN Sumut dan Program Pascasarjana UMSU ini, kelebihan pada diri seseorang. Seperti, ketampanan, kecantikan maupun kemerduan/keindahan suaranya. Untuk itu, jika memiliki kelebihan seperti itu, maka itu merupakan karunia Allah dan mengembalikan karunia Allah kepada-Nya seraya mengatakan “La Haula wa La Quwwata illa billahi Aliyyul Azhim”(Tiada daya dan kekuatan kecuali Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung).
“Penyebab ketiga, ingin terkenal. Seperti, mengikuti MTQ atau kejuaraan lain yang pada akhirnya bisa menenarkan dirinya. Untuk tidak ‘tergelincir’ hati kita, kita kembalikan kepada Allah seraya berucap ’Subhanallah” (Maha Suci Allah),”tegas Buya KH Amiruddin MS yang menulis berbagai judul buku, termasuk mengenai zikir dan tasawuf.
Dikemukakannya, penyebab keempat adalah emosi/marah. Marah itu ada marah karena rasa sayang, mendidik dan emosi. Untuk itu, Rasulullah SAW melarang umatnya bersikap marah dan meminta jika terlanjur marah segera berwudu dan salat seraya mengucapkan “Astaghfirullahal Azhim” (aku memohon ampun kepada-Mu ya Allah Tuhan yang Maha Agung). (rel/hers)