Oleh: Sari Ramadhani
KOLEKTOR gemstone pasti mengetahui apa yang disebut Batu Edong. Edong merupakan jenis batu pancawarna yang berasal dari Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Batu ini tergolong jenis pancawarna paling bagus kualitasnya dibanding jenis lainnya. Sayangnya, Batu Edong saat ini sudah tergolong langka. Hal itu dibuktikan dengan semakin sedikitnya Batu Edong yang bisa dijumpai di daerah asal maupun wilayah lain di Indonesia.
Selain Edong, sebenarnya masih banyak jenis pancawarna di Indonesia yang juga berasal dari Garut. Di antaranya, Darson, Ciangel, Ohen, Kalhi dan Erwin. Ciangel dan Darson merupakan jenis pancawarna yang saat ini ramai di pasaran. Batu pancawarna sama-sama berasal dari Garut. Tetapi pengaruh letak, kondisi alam dan nama penggali berbeda menjadikan nama batunya pun ikut berbeda.
Kata Edong sendiri berasal dari nama seorang pria yang pertama kali menggali batu tersebut, yaitu Ki Edong , atau biasa dipanggil Abah Edong. Sebelumnya, pada 1990-an warga di sekitar daerahnya telah lebih dahulu menggali dan menemukan batu-batu berwarna hijau. Namun, lelaki berusia 80 tahun itu pertama kali menggali pada 1994. Ia menggali di desanya yang terletak di Kampung Cikarawang, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dan menemukan batu warna-warni yang disebut pancawarna itu. Karena hasil galiannya, batu itupun diberi nama sesuai namanya oleh pembeli batu yang berasal dari Jakarta waktu itu.
Ketua Asosiasi Pecinta Batu Permata Sumatera Utara (APBPSU), Marojahan Batubara mengatakan,
pancawarna terbaik saat ini memang Batu Edong yang berasal dari Garut. Warna dasar Edong biasanya hitam pekat dengan corak warna menarik, seperti merah cabai, hijau, biru, kuning dan putih tulang. Material Edong merupakan yang terbaik dibanding pancawarna yang lain. Hal itu karena Batu Edong lebih padat, lebih berat dan saat dipoles warnanya lebih mengkilap dan menyala.
Corak Edong
Batu Edong terkadang memiliki corak seperti urat-urat dan membentuk seperti garis retak pada batu. Tetapi, hal itu justru membuat Edong menjadi menarik. Marojahan mengungkapkan ada beberapa kolektor batu yang menyukai Edong dengan satu pola dengan berbagai macam warna. Ada pula yang menyukai warna hitam solid saja tanpa ada campuran unsur warna lain di dalamnya. Tetapi, adanya perpaduan warna lebih baik karena saling mendukung dan menguatkan untuk terlihat indah, menonjol dan kontras.
"Lihat saja kalau kita sudah melihat pancawarna yang bagus pasti biasanya Batu Edong. Batu ini lebih menonjol dibanding pancawarna lain. Dengan ragam warna yang begitu banyak, membuat Edong terlihat sangat indah," tuturnya sambil menunjukkan Batu Edong berbentuk cincin.
Nilai lebih dari Edong adalah ketika satu Batu Edong membentuk suatu motif abstrak ataupun menggambarkan sesuatu. Edong paling indah jika warna hitam berkombinasi dengan merah menyala, hijau, lalu kuning atau seperti warna telur kepiting agak orange. Ia mengatakan setiap Edong belum tentu memiliki kesemua unsur warna itu, yang paling langka unsur warnanya merupakan kualitas terbaik.
Koordinator Medan Gemstone Market (MGM), Adi Suwandi menerangkan, tak hanya kumpulan warna-warni dalam satu batu, dari Batu Edong juga bisa ditemukan pola seperti pemandangan, gambar orang ataupun gambar-gambar lainnya yang tidak disangka dapat dijumpai dalam sebuah bongkahan batu. Untuk Edong bermotif atau bergambar, lebih banyak warna akan menunjukkan kualitas Edong semakin baik.
Nilai jual Edong terletak pada motif, warna dan materialnya. Adi menyampaikan corak batu jenis ini tak ada duanya di dunia. Hal itu yang membuat harganya relatif mahal. Batu-batu ini tergantung dengan alam, jadi setiap daerah memiliki kelebihan dan ciri khas masing-masing. Namun, pancawarna lain memang warnanya cenderung redup dan kurang menonjol dibandingkan Edong. Harga Edong untuk jenis liontin saat ini dibanderol Rp3 juta. Satu bongkahan dengan berat 1kg mencapai harga Rp90 juta. Sedangkan untuk Edong kualitas terbaik yang sudah berbentuk cincin atau liontin mampu mencapai ratusan juta rupiah untuk harga satu batu.
Marojahan bercerita, untuk melihat pola Edong yang bagus, dahulu ia pernah melakukan eksperimen. "Saya beli bongkahan Edong, kemudian saya belah, lalu diapungkan di air agar terlihat transparansi warnanya. Kemudian saya panggil seniman lukis untuk melihat motif yang bagus dari batu yang sudah dibelah tersebut. Setelah itu, barulah saya bawa ke penggosok batu," ceritanya.
Batu pancawarna dari Garut umumnya berasal dari fosil kayu. Tekstur batunya seperti ada unsur tembaga. Jika seseorang terus menggali dan menemui tembaga, maka penggalian sudah selesai. Hal itu berdasarkan kepercayaan warga sekitar yang menganggap tembaga adalah akarnya. Sedangkan batu jenis lain ada dari hasil timbunan vulkanik letusan gunung merapi ataupun dari penimbunan cangkang kerang selama ribuan tahun.
Warna-Warni
Warna-warni memang merupakan daya tarik tersendiri bagi seseorang yang melihat batu pancawarna dari Garut. Tak ayal, pehobi Batu Edong dari Kabupaten Deliserdang rela datang jauh-jauh ke Medan untuk melihat-lihat pancawarna yang mungkin menarik perhatiannya di Pasar Batu, Jalan Kapten Maulana Lubis, Medan.
"Saya suka Batu Pancawarna karena keindahan warnanya yang menarik di mata saya. Kelangkaan batunya yang sudah sulit ditemukan saat ini. Apalagi hanya satu ditemukan di dunia, motif yang saya punya belum tentu dimiliki orang lain. Batu ini punya daya tarik tersendiri bagi saya," kata Thomas Darwin Sembiring, anggota DPRD Kabupaten Deliserdang dari Fraksi Partai Golkar.
Ia mengatakan batu jenis lain, terutama batu satu warna dapat dibandingkan kekristalannya ataupun kekhasan warnanya. Tetapi hal itu tidak dapat dilakukan pada pancawarna. Awalnya, Thomas hanya mengoleksi batu satu warna. Tetapi seiring berjalannya waktu, pancawarna, terutama Edong memang sangat membuatnya tertarik dengan motif dan keabstrakan gambar yang dihasilkan batu tersebut.
"Harapannya ke depan, semoga pemerintah dapat memfasilitasi agar batu khas Indonesia dapat merambah dunia internasional. Pedagang batu juga perlu diperhatikan, karena ini juga bisnis menarik. Mungkin kalau pemerintah mampu memberikan fasilitas untuk gemstone ini, kita dapat mengurangi angka pengangguran dan juga menambah penghasilan masyarakat dan negara," tutupnya.