Dampak Styrofoam Terhadap Manusia dan Lingkungan

Oleh: Alda Muhsi

Dalam temuan seorang peneliti yang bernama Otis Ray McIntire dari Dow Chemical, pada 1941 styrofoam mulai dijual di Amerika Serikat. Namun, pemakaian itu harus terhenti terhitung mulai 1 Juli 2015. (http://news. detik.com/bbc-world/2957427/kota-new-york-larang-penggunaan-styrofoam)

Alasan dilarangnya produk tersebut karena berdampak buruk terhadap berbagai bidang. Misalnya terhadap kesehatan, lingkungan, dan laut. Tentu kita sudah mengetahui bahwa styrofoam terbuat dari bahan berbahaya yang dapat menyebabkan kanker. Untuk membuatnya, butiran-butiran polymer polystyrene dipanaskan dengan bahan kimia sampai mengembang. Lalu dilakukan pendinginan dan pengendapan. 

Setelah pendinginan dan pengendapan, butiran yang sudah diperbesar itu dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk gelas, kemudian dipanaskan dan diperbesar lagi sampai cetakan terpenuhi dan semua butiran melebur dan menyatu. Produk akhir yang dihasilkan adalah bahan ringan yang mengandung 95% udara.

Di Indonesia, awalnya styrofoam hanya digunakan untuk melapisi bungkusan barang-barang elektronik, tapi lama-kelamaan digunakan sebagai bahan pembungkus makanan. Harganya sangat murah dan praktis. Namun, kesalahan seringkali terjadi jika hanya ingin meningkatkan keuntungan dalam sebuah bisnis. Kesehatan kini harus dipertaruhkan. 

Ketika makanan dan minuman dibungkus dengan styrofoam, bahan kimia yang terkandung di dalamnya dengan cepat berpindah, terlebih pada makanan dan minuman yang panas. Di mana-mana styrofoam digunakan para pedagang untuk membungkus makanan yang baru selesai dimasak, dalam artian masakan yang masih panas. 

Selain berbahaya terhadap manusia, styrofoam juga berdampak buruk terhadap lingkungan dan laut. Sifatnya sulit terurai. Styrofoam, hanya dapat sekali pakai, lalu menjadi sampah dan mencemari lingkungan. 

Timbunan rata-rata sampah di Indonesia mencapai 1 kg/orang dengan proporsi styrofoam sekitar 10%. Itu artinya masing-masing orang menyumbang 0,1 sampah styrofoam per hari. Coba bayangkan berapa juta jiwa penduduk negeri ini? Bayangkan juga seberapa banyak tumpukan sampah styrofoam yang tak terolah?

Lalu bagaimana jika limbah pembuatan styrofoam itu menuju laut? Dampak apa lagi yang akan terjadi? 

Menurut seorang profesor Biologi Kelautan dari University of California, Douglas McCauley, busa-busa polystyrene yang mencemari merupakan kotoran terburuk bagi laut. Kemudian ditemukan busa polystyrene di usus hewan laut yang menyebabkan penyumbatan mematikan.

Jadi, ada dua kerugian yang disebabkan styrofoam dalam bidang kelautan, yakni pencemaran dan terancamnya kehidupan biota laut. Dalam jangka lebih panjang, ini kembali mengancam manusia. Bayangkan bagaimana kalau ikan-ikan yang memakan racun itu menjadi santapan kita?

(Penulis adalah peminat masalah lingkungan)

()

Baca Juga

Rekomendasi