Medan, (Analisa). Artikel opini dan tulisan ilmiah populer dari para dosen secara umum dinilai publik cukup berkualitas. Selain dengan referensi yang cukup, juga ditulis oleh dosen sesuai dengan ilmu yang digelutinya sehari-hari. Untuk itu, diharapkan para dosen lebih aktif menulis untuk dipublikasikan dalam media massa.
Demikian di antara butir kesimpulan dari Workshop Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Penulisan Karya Ilmiah Populer Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan (FE Unimed) yang diadakan di aula FE Unimed, Rabu (13/4).
Dalam kegiatan yang diikuti 45 dosen (S2 dan S3) itu, dihadirkan dua narasumber yakni War Djamil SH dari “Analisa” dan Dr.Dedy Sahputra MA dari “Waspada”, dengan moderator Armin Rahmansyah Nst serta dihadiri Wakil Dekan FE Unimed DR.Eko Wahyu Nugrahadi.
Dekan FE Unimed Prof. Indra Maipita,Ph.D saat membuka acara mengatakan, selama ini hasil penelitian umumnya dipublikasikan dalam majalah internal dan sedikit di dalam media cetak umum. Melalui kegiatan ini diharapkan ke depan, akan mulai mengalir sejumlah tulisan dari para dosen.
“Hal penting, agar tulisan itu, sampai atau dapat dibaca publik”, ucap Prof.Indra.
Pemikiran
Menurut Sekretaris Redaksi “Analisa” War Djamil, artikel opini dari dosen sesungguhnya memiliki nilai tambah di mata publik, begitu pula tulisan ilmiah populer.
“Penulisnya dari kalangan intelektual. Didukung aneka referensi, lahirlah artikel dengan isi yang memuat sumbangsih pemikiran yang bermutu”, ucapnya gamblang.
Artikel opini itu, mungkin berisi pendapat atas suatu pokok bahasan. Mungkin kritik konstruktif dengan sorotan tajam. Itu semua bermanfaat, karena pemikiran yang dituangkan dalam artikel itu, boleh jadi menjadi solusi atas isu yang hangat dalam masyarakat.
Hal penting, pemikiran tersebut mengandung nilai atau value. Sehingga, bahasan atas isu dirasakan publik ada manfaatnya, bukan tulisan kosong.
Tanggung Jawab
Menjawab pertanyaan peserta, War Djamil yang juga Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Sumut ini mengatakan, isi artikel dalam media cetak, yang mencantumkan nama penulis adalah tanggung jawab penulis itu sendiri.
“Kalau pun ada tertera nama institusi atau lembaga, misalnya Unimed, maka institusi tidak terikut dalam pertanggungjawaban itu”, ucapnya.
Dalam ilmu jurnalisme dikenal “by line story” yang bermakna tulisan dengan nama penulis, tetap tanggung jawab penulis, jika misal isinya masuk ke ranah hukum atau terkait SARA.
Namun, yang umum terjadi adalah beda pendapat dari dosen atau pembaca lain, sehingga mereka mengirim artikel yang semacam meng-counter artikel tersebut. Beda pendapat itu biasa, karena masing-masing punya argumentasi.
Ilmiah Populer
“Karya ilmiah populer bentuk tulisan khas yang dimuat dalam media massa cetak. Ini dibedakan dengan karya tulis fiksi seperti novel, cerpen dan cerbung”, ungkap Dedy Sahputra.
Dengan rinci, dijelaskan beberapa langkah dalam menulis karya ilmiah populer, antara lain: Pilihan media, yang menjadi tujuan publikasi tulisan yang akan dikirim. Tetapkan topik tulisan , yang semestinya sesuatu yang sedang hangat dibicarakan atau yang menarik perhatian.
Perhatikan momentum yakni peristiwa atau fenomena sebagai isu nasional atau lokal. Judul yang menarik perhatian. Terakhir, paragraf awal tiap tulisan yang sebaiknya menjauhi formalitas dan narasi yang panjang.
Dedy juga mengutarakan beberapa tips menulis karya ilmiah populer. Menjawab pertanyaan peserta, dikatakannya, sajian hendaknya dalam bahasa yang populer, dengan argumentasi dan pembahasan yang kuat. Pada acara penutupan kegiatan itu, Dekan FE Unimed menyerahkan plakat kepada dua narasumber. (ns)