Orang Pongah Akan Diludah

Oleh: Muhammad Idris Nasution

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pongah berarti sangat sombong dan angkuh. Orang pongah berarti orang yang sangat sombong dan angkuh. Sedangkan makna sombong sendiri adalah menghargai diri secara berlebih-lebihan. Dalam bahasa Arab dan bahasa Alquran, sombong disebut kibr dan takabbur. Menurut Al-Ghazali, sombong adalah ketenangan dan kemantapan rasa seseorang melihat dirinya di atas orang yang diperlakukannya dengan sombong. Dengan definisi ini, Al-Ghazali menegaskan kesombongan itu terdiri dari tiga keyakinan; anggapan seseorang bahwa dirinya memiliki suatu martabat, anggapan seseorang bahwa orang lain juga memiliki sebuah martabat, dan anggapan bahwa martabat yang dimilikinya berada di atas martabat orang lain itu. Dengan demikian, sesuai dengan definisi ini, sombong tidak sesederhana yang disebutkan dalam kamus bahasa Indonesia, yang sebenarnya lebih dekat dengan terma ‘ujub.

Sombong berbeda dengan ujub. Sombong memerlukan orang kedua, sementara ujub tidak. Bahkan seandainya hanya ada satu orang di muka bumi ini, orang tersebut masih dapat terperangkap sifat ujub, lain halnya dengan sifat sombong. Jadi, kalau ada seseorang menganggap dirinya besar atau mulia, belum bisa dikatakan sombong. Karena, bisa saja dia menganggap dirinya mulia tetapi melihat orang lain lebih mulia. Demikian pula apabila dia merendahkan orang lain, belum tentu dapat dikatakan sombong, karena bisa saja dia beranggapan dirinya sama atau lebih hina dari orang yang dihinanya. Tetapi sikap ini merupakan benih-benih kesombongan, atau dalam bahasa hadis disebut sebagai tiupan kesombongan. Sikap ini juga sudah cukup berbahaya. Nabi pernah berdoa: “Aku berlindung kepada-Mu dari tiupan kesombongan.” Umar juga pernah berkata kepada seseorang yang meminta izin untuk berceramah sesudah shalat Shubuh, “Aku takut engkau akan tertiup hingga mencapai bintang Tsaraya.”

Namun kesombongan itu bukan hanya bercokol di dalam hati. Kesombongan dalam batin sering memancar ke dalam perbuatan, kelakuan dan tindakan fisik. Kesombongan dalam batin sering disebut dengan kibr, sedangkan kesombongan yang nampak dalam amal perbuatan fisik disebut dengan takabbur. Kedua-duanya sama-sama tercela. Takabbur adalah buah dari kibr atau kesombongan di dalam batin. Terma yang lebih dekat dengan makna takabbur adalah arogan. Dalam kamus, arogan diartikan sebagai ‘mempunyai perasaan superioritas yang dimanifestasikan dalam sikap suka memaksa atau pongah’.

Paling tidak ada tujuh perkara yang dapat menimbulkan kesombongan: ilmu, amal, keturunan, kecantikan, kekuatan, kekayaan, dan banjir penolong, fans, pengikut, penyokong dan sejenisnya. Karena merasa sudah berilmu, dia tidak menerima pendapat orang lain, meskipun sudah terbukti kelemahan argumennya. Karena merasa sudah banyak beramal, dia menganggap dirinya paling layak masuk surga, lalu memandang orang lain dalam kecelakaan. Karena berasal dari keluarga terhormat, dia enggan bergaul dan berteman dengan orang-orang miskin. Karena didukung kekuatan, dia tak segan-segan memaksakan kehendaknya kepada orang-orang lemah. Karena memiliki harta kekayaan bergunung, dia merasa mampu membeli kehormatan dan kehidupan orang lain. Karena banjir pendukung, pengikut, teman, backing, pembantu, dan sejenisnya, dia mengaggap dirinya lebih layak mendapatkan kehormatan dan entang bertindak arogan.

Dalam Alquran kita dapat menemukan sejumlah kisah mengenai orang-orang sombong dan pongah. Misalnya, Fir’aun. Kita dapat menemukan kisahnya tersebar dalam berbagai surat Alquran, mulai dari surat Al-Baqarah, Yunus, Al’A’raf, Al-Qashash, Thaha, Hud, dan sebagainya. Fir’aun adalah seorang raja yang teramat sombong. Termasuk orang paling sombong yang dilahirkan bumi. Sampai-sampai dia pernah mengaku dirinya adalah Tuhan. (QS An-Nazi’at: 24) Dia amat sombong, karena merasa memiliki kekuatan, kekayaan, pendukung, dan pengikut. Mirip dengan Namrudz yang hendak menantang dan memerangi Tuhan. Menurut Al-Ghazali, kesombongan terhadap Tuhan seperti ini adalah rupa kesombongan paling buruk.

Di samping Fir’aun, kita mendengar nama Haman. Kisah Haman juga terlampir dalam Alquran (QS Al-Qashash, Al-‘Ankabut dan Al-Mu’min) Haman adalah seorang ilmuwan dan arsitektur Fir’aun. Dia disimbolkan sebagai model ilmuwan yang sombong. Sedangkan simbol kesombongan dalam kekayaan, kita mengenal nama Qarun. Namanya begitu terkenal, bahkan orang yang tidak tahu-menahu dengan kisah dirinya juga sering meneybutkannya. Kisahnya terpampang dalam Alquran, terutama dalam surat Al-Qashahs: 76-82. Qarun adalah orang yang sangat kaya. Alquran menggambarkan kekayaannya, “Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta, yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang-orang kuat.” Barangkali tidak ada lagi orang sekarang yang melebihi kekayaan dirinya.

Satu nama yang sangat melegenda sebagai simbol kesombongan adalah Iblis. Sebelum menjadi Iblis seperti sekarang, dia dikenal sebagai seorang panutan. Dia rajin beribadah. Bahkan dikatakan andai diukur tidak akan ada sejengkal tanah pun di dunia ini kecuali telah menjadi tempatnya bersujud. Beribu tahun dia beribadah dan beribu tahun dia menjadi pemimpin dan pengajar para malaikat. Namun, ketika Allah memerintahkan dirinya untuk bersujud kepada Nabi Adam, dia enggan dan berlaku sombong. Dia mengaku dirinya lebih baik daripada Adam, sebab dia diciptakan dari api sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Dia sombong dengan asal-usul dirinya.

Kasus Iblis ini sungguh menggetarkan hati siapa pun yang merenungkannya. Iblis yang sudah sedemikian lama beribadah dan menjadi panutan, ternyata tidak otomatis mampu melepaskan diri dari sikap angkuh dan sombong. Lalu bagaimana dengan kita? Suatu kali Hudzaifah memimpin shalat satu kaum. Ketika sudah selesai salam, dia berkata kepada jamaahnya: “Cari kalianlah seorang imam selain diriku atau hendaknya kalian shalat sendiri-sendiri saja, karena di dalam diriku terlintas pandangan bahwa tidak ada di kaum ini yang lebih afdal daripada diriku.” Kalau Hudzaifah saja, seorang sahabat utama Nabi tidak bisa selalu selamat dari jerat kesombongan, lalu bagaimana dengan kita, orang-orang lemah di akhir zaman?

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang-orang yang di dalam hatinya bercokol kesombongan seberat biji zarrah.” (HR Muslim)

Tinta sejarah mencatat, kehidupan semua orang-orang sombong yang dikisahkan oleh Alquran tersebut berakhir dengan tragis. Fir’aun dan orang-orang pongah arogan di sekitarnya disiksa dan ditenggelamkan ke dalam laut. (QS Al-Qashash: 40) Sementara Qarun dibenamkan ke dalam bumi berikut dengan rumah-rumahnya. (QS Al-Qashash: 81) Umat sebelum mereka juga mendapatkan siksaan yang sangat beragam. Benar kata Allah, “Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat dan lebih banyak mengumpulkan harta daripada dirinya.” (QS Al-Qashash: 78) Sedangkan Iblis akhirnya diusir dari surga dan menjadi musuh bebuyutan manusia.

Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, “Sombong adalah selendang-Ku dan kebesaran adalah pakaian-Ku. Siapa yang menentang-Ku dalam dua hal itu, Aku akan menghancurkannya.” Sabda Nabi SAW, “Siapa yang bersikap tawadhu’ akan ditinggikan oleh Allah, siapa yang sombong akan dijatuhkan Allah.” Orang angkuh bersiap-siaplah jatuh. Orang yang meninggikan diri bersiap-siaplah dikebiri. Orang sombong bersiap-siaplah ditodong. Orang pongah bersiap-siaplah diludah. Wallahu a’lam.

Penulis adalah Alumni UIN Sumatera Utara

()

Baca Juga

Rekomendasi