Studi Anatomi Manusia Si Senirupa

Oleh: Dr. Agus Priyatno, M.Sn

ANATOMI manusia dipe­lajari oleh seniman maupun ka­langan kedokteran. Di dunia senirupa, seniman atau maha­siswa senirupa studi anatomi ma­nusia berdasarkan rupanya (visual).

Di perguruan tinggi seni di In­donesia, studi anatomi ma­nusia disebut dengan istilah stu­di anatomi plastis. Istilah ana­tomi plastis, hingga kini ma­sih digunakan di Indonesia sebenarnya istilah yang sudah sangat usang.

Dalam bahasa Inggris kata plastis (plastic art) sudah lama tidak diguna­kan. Istilah yang se­karang digunakan ada­lah vi­sual art (senirupa). Untuk studi anatomi, istilah anatomi plas­tis sudah lama ditinggalkan. Dewasa ini sudah muncul is­tilah baru, yaitu morfologi ma­nusia. Ilmu yang mem­pelajari tentang bentuk manusia.

Istilah morfologi manusia di­guna­kan dalam studi seni­rupa, untuk membedakan de­ngan studi di bidang kedokte­ran yang juga mempelajari ana­tomi manusia.  Di senirupa, yang dipelajari adalah bentuk. Proporsi, tekstur,  gesture, war­na dan ekspresi manusia ber­dasarkan rupa (visual). Di ke­dokteran, studi anatomi mem­pelajari struktur tubuh ma­nusia dan sistem kerja organ-organ di dalam­nya. Ada per­bedaan signifikan studi ana­tomi manu­sia di senirupa dan di kedokteran.

Tujuan mempelajari anato­mi manusia, agar mahasiswa se­nirupa mam­pu menggambar atau melu­kis­kan manusia se­te­­pat-tepatnya. Se­perti terlihat oleh mata. Anatomi ma­nusia me­miliki tingkat keindahan ting­­gi, juga kompleksitasnya. Se­dikit saja berbeda dalam me­lukiskannya, kesalahan mu­dah kelihatan. Melu­kis­kan ba­gian wajah manusia umpa­ma­­nya, jika tidak mirip, orang de­ngan mudah mengenalinya.

Jika seseorang mampu me­lukis­kan anatomi manusia se­cara tepat, bisa dipastikan ke­mampuannya melukiskan ana­tomi mahluk lainnya juga te­pat. Karena itu, studi anatomi manusia menjadi pelajaran da­sar dalam senirupa.

Sejak zaman dahulu, para pe­rupa (pelukis, pematung, dan sebagainya) melakukan stu­di anatomi manusia sebagai bagian penting. Para maestro me­lakukan studi anatomi ma­nusia sejak awal karier mere­ka. Anatomi ma­nusia yang di­pelajari terbagi ber­dasarkan je­nis kelamin dan usia. Bentuk tu­buh manusia berbeda cukup sig­nifikan berdasarkan jenis ke­lamin dan usia.

Berdasarkan jenis kelamin­nya, bentuk tubuh manusia pe­rempuan dan lelaki berbeda pro­porsinya. Tinggi lelaki de­wasa secara umum me­lebihi ting­gi perempuan dewasa. Mes­­kipun secara proporsio­nal, ting­ginya sama-sama 7 ½ hingga 8 kali kepala.

Studi anatomi manusia juga mempelajari aspek keindahan tu­buh manusia. Agar tampak lebih indah, lukisan manusia atau patung manu­sia, tinggi­nya dibuat dengan proporsi 9 kali kepala. Dengan proporsi ini, figur yang digambar atau di­lukiskan tampak lebih mena­rik dan  anggun. Melukiskan fi­gur heroik pahlawan, biasa­nya menggunakan proporsi ini, figur yang dilukiskan akan tampak lebih perkasa dan berwibawa.

Berdasarkan usianya, ben­tuk tubuh manusia berbeda sa­at masih kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Pada usia satu ta­hun, tinggi anak-anak empat ka­li kepala. Usia tiga tahun, ting­ginya lima kali kepala. Usia lima tahun, tingginya enam kali kepala. Usia sepuluh tahun, tinggi­nya enam kali ke­pala. Usia limabelas tahun atau lebih (dewasa dan tua), tinggi­nya tujuh setengah, hingga de­lapan kali kepala.

Selain mempelajari propor­si, juga teks­tur dan warna tu­buh manusia. Teks­tur dan war­na kulit manusia ber­beda-beda berdasarkan usia maupun et­nik. Tekstur kulit ada yang ha­lus dan kasar. Warna kulit, ada warna kulit cenderung pu­tih, coklat, ku­ning, dan hitam. Perupa harus bisa meng­gam­­bar­kan atau melukiskan orang berwarna kulit putih, coklat, ku­ning, atau hitam.

Hal lain yang juga dipelaja­ri adalah gerak tubuh dan eks­presi wajah manusia. Bentuk tubuh manu­sia ketika   berja­lan, berlari, melom­pat, duduk, berbaring, dan berdiri ber­be­da-beda. Demikian juga eks­presi wajahnya. Wajah terse­nyum, tertawa, sedih, mena­ngis, atau takut berbeda secara visual.

Mampu menggambarkan atau melukiskan anatomi ma­nu­sia secara tepat merupakan bagian penting da­lam studi se­nirupa.

Ketika ber­karya, pe­­ngetahuan dan ketrampilan ten­­tang anatomi manu­sia men­jadi basis bagi penciptaan karya lainnya.  Tinggi dan be­sar­nya po­hon, rumah, ba­ngu­nan, hewan, atau benda-benda lain­nya akan di­buat berdasar­kan per­bandingan uku­ran manusia.

Penulis dosen pendidikan senirupa FBS Unimed dan Pengelola Pusat Dokumentasi Senirupa Sumatera Utara.

Foto Diambil dari berbagai sumber, termasuk dari internet

()

Baca Juga

Rekomendasi