Sebagai makhluk ciptaan Allah Swt, manusia tidak terlepas dari ragam cobaan dalam hidupnya, diantaranya adalah sakit. Ketika sakit, mereka mengalami kendala atau bahkan tidak bisa beraktifitas secara normal, seperti bekerja, beribadah, dan bersilaturahmi. Kondisi sehat maupun sakit adalah dua hal berbeda, namun akan membawa keberkahan jika disikapi dengan baik.
Bagaimana sebaiknya cara menyikapi cobaan sakit, itulah yang dibahas buku ini. Buku terdiri dari 5 bab. Bab I mengantarkan pembaca pada pemahaman bahwa kehidupan itu merupakan cobaan. Cobaan hidup untuk manusia merupakan sunnatullah, bisa berupa sesuatu yang berat dan menyakitkan, namun adakalanya berbentuk kebaikan dan kenikmatan yang menyenangkan. Tujuan Allah Swt memberikan cobaan itu tidak lain untuk mengetahui secara lahiriah di antara kita yang bersyukur atau kufur, sabar atau putus asa. Ketika mendapatkan nikmat dari Allah Swt selayaknya kita bersyukur, begitu pula ketika mendapatkan cobaan seperti sakit, kita dianjurkan untuk senantiasa bersabar.
Bab II memaparkan perihal sakit sebagai cobaan hidup. Apabila sakit disikapi dengan bijak, sakit merupakan nikmat Allah Swt kepada makhluk-Nya. Sakit merupakan wujud kedekatan atau perhatian Allah Swt yang ingin melihat kesabaran dan ketulusan seseorang dalam sakitnya. Rasulullah melarang umatnya berfikir negatif dalam menyikapi penyakit yang diderita, sebab penyakit merupakan karunia Allah Swt (hal. 43-45).
Bab III menyajikan bagaimana cara memburu pahala di kala sakit. Orang sakit yang paling baik adalah berusaha mencari kesembuhan dengan cara halal dan tetap bersabar menerima cobaan, selanjutnya bertawakkal kepada Allah Swt. Orang sakit akan mendapatkan pahala apabila ia bersabar dalam menghadapinya. Karena itu, hal penting yang perlu dilakukan ketika sakit hendaknya semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Rasulullah bersabda: “Tidak ada musibah yang menimpa, seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah, dan gangguan sekadar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Allah sebagian dari dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada beberapa cara bagi orang sakit memperoleh pahala, yaitu dengan berpikir positif kepada Allah Swt, bersabar, memperbanyak bersyukur kepada Allah Swt, memperbanyak istighfar dan menghisab diri sendiri, dan tawakkal kepada Allah Swt. Dalam bab ini juga dijelaskan cara beribadah orang sakit, mulai dari wudlu, shalat, puasa, dan haji (hal. 81-96). Sakit itu tidak menggugurkan kewajiban menjalankan ibadah, namun Islam tidak memberatkan pemeluknya, sehingga ada rukhsah (keringanan) bagi orang sakit sesuai dengan kemampuannya.
Pada bab IV, disebutkan etika dan doa menjenguk orang sakit. Mengujungi orang sakit merupakan bentuk persaudaraan antarsesama muslim. Karena itu, mengunjungi orang sakit merupakan ibadah, serta memperoleh ganjaran dan ampunan dari Allah Swt (hal. 183). Mengunjungi orang sakit bertujuan memberikan ketenangan, optimisme, dan ketabahan bagi si sakit dan keluarga. Ada beberapa etika dalam mengunjungi orang sakit, yaitu: memilih waktu yang tepat untuk berkunjung, tidak terlalu lama berkunjung, bersikap sopan dan ramah, menghibur orang yang sakit, menanyakan keadaan dan penyakitnya, tidak menyakiti perasaan si sakit, tidak menakut-nakuti si sakit, memberikan dukungan kepada si sakit, berikan anjuran untuk beristighfar dan berdoa, dan terakhir mendoakannya. Buku ini juga menyertakan beberapa doa ketika menjenguk orang sakit.
Pada bab terakhir, buku menerangkan bagaimana meraih pahala saat kita tak berdaya. Kondisi sakit bukan berarti menjadi penghalang untuk meraih pahala layaknya ketika sehat. Allah Swt telah memberikan kemudahan bagi orang sakit dalam beribadah. Selain itu, bisa mendapatkan pahala dengan cara bersabar dan berdoa memohon kesembuhan atas penyakit yang kita derita.
Buku ini penting bagi orang yang saat ini sedang diberi cobaan sakit, supaya tetap bersabar dan optimis. Sedangkan bagi yang sehat, membacanya akan menambah rasa syukur atas kenikmatan yang diberikan Allah Swt.
Peresensi: Fakhruddin Aziz, Alumnus UIN Yogyakarta