Oleh: Jekson Pardomuan.
Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. – 2 Timotius 3 : 12 – 15
Di dalam kehidupan sehari-hari, ada berbagai bentuk penganiayaan yang kita terima. Ada yang hanya berbentuk caci maki, ejekan, dan penghinaan, atau ada yang mencakup tekanan ekonomi, siksaan fisik, pemenjaraan, kebencian, dan bahkan kematian. Bentuk-bentuk penganiayaan yang kerap terjadi belakangan ini adalah akibat tekanan ekonomi. Dimana banyak orang saat ini yang lebih memilih jalan pintas demi untuk mendapatkan sejumlah uang. Caranya, menganiaya orang lain hingga mati hanya untuk mendapatkan uang atau harta kekayaan.
Roma 8 : 35 menuliskan “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”
Segala bentuk penganiayaan yang kita alami, modusnya sangat beragam. Ada yang didukung oleh para pemimpin agama, atau mungkin dilakukan oleh orang-orang yang hanya menerima informasi sepotong-sepotong, dan orang-orang yang kurang pengetahuan atau oleh gerombolan massa yang tidak bernalar dan fanatik. Namun sering kali, pihak-pihak ini hanyalah antek para penghasut yang lebih berkuasa dan jahat—kumpulan roh fasik yang tidak kelihatan dan berusaha memecah belah agar kita teraniaya.
Dalam 2 Timotius 3:12 seperti dituliskan diatas, Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.
Ayat ini dengan tegas mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya. Kenapa menderita aniaya ? Namun satu hal, jika saudara lebih memilih tidak mengikuti Yesus maka kebinasaan dan penderitaan kekal siap menanti. Apalah artinya kita berbahagia dan lepas dari aniaya di bumi ini jika nantinya kita menderita selamanya di alam maut sana. Oleh sebab itu, jika saudara sedang mengalami aniaya, bersabarlah dan berdoalah bagi mereka. Ikutilah teladan Paulus yang memberkati mereka yang menganiaya dia.
Roma 12:14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
Melalui ayat ini Paulus memberikan teladan bagi kita bagaimana cara menghadapi aniaya. Paulus mengajak kita untuk memberkati mereka, bukan mengutuk. Bahkan dalam kitab Matius Tuhan Yesus meminta kita untuk berdoa bagi mereka yang menganiaya kita.
Matius 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Dalam prakteknya Tuhan Yesus bukan hanya sebatas kata-kata saja. Apa yang di ucapkan Yesus Ia buktikan ketika Ia berdoa bagi mereka yang menyalibkan dia. Lukas 23:34 menuliskannya Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Ayat yang dituliskan diatas mengajak kita melihat kenapa kita harus mengampuni mereka, itu karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Seandainya mereka tahu bahwa apa yang mereka perbuat itu salah pastilah mereka tidak akan melakukannya. Memang, dalam kenyataan yang ada belakangan ini, banyak juga orang yang sudah tahu dampak dari perbuatannya, tetapi tetap saja melakukannya. Yang salah jadi benar dan yang benar jadi salah.
Paulus pernah mengalami hal demikian. Ia pernah menjadi penganiaya Jemaat, bahkan menganiaya dengan ganasnya. Ia mengajukan diri dan mendapat ijin dari mahkamah agama untuk mengejar dan membunuh orang Kristen. Artinya Paulus mendapat ijin untuk melakukan pembunuhan atas orang Kristen dan pembunuhan itu dianggap sah (legal).
Namun ketika Ia telah mengenal kebenaran, ia mengerti bahwa perbuatannya itu salah dan ia menganggap semuanya itu adalah sampah masa lalu. Intinya, Paulus melakukan kejahatan itu karena ia tidak tahu bahwa hal itu salah, bahkan ia menganggap hal itu benar dan suatu bakti bagi Allah.
Paulus sangat bersyukur karena orang-orang yang dianiayanya malah memberkatinya, bukannya mengutuk. Kata-kata berkat dari orang yang teraniaya itulah yang menggerakkan Tuhan untuk mengubah hati Paulus. Salah satu orang yang teraniaya yang memberkati adalah Stefanus.
Ayat firman Tuhan dalam 2 Timotius 12 : 10 menuliskan “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
Aniaya-aniaya yang kita alami belakangan ini wujudnya berbeda-beda. Ada yang tidak senang dengan ibadah dan kesungguhan kita dalam menyembah Tuhan, dengan sengaja membuat acara-acara kantor di hari dimana kita beribadah agar kita meninggalkan ibadah kita. Seringkali event yang digelar belakangan ini bersamaan dengan waktu ibadah di gereja. Hal ini menggiring kita untuk mulai menjauh dari Tuhan.
Aniaya lainnya adalah anak Tuhan sengaja dibiarkan dalam posisi pekerjaan yang itu-itu saja dan tidak diberi kesempatan untuk mendapat peningkatan karir. Upaya-upaya ini jangan dijadikan alasan untuk menjauh dari Tuhan, atau malah meninggalkan Yesus Kristus hanya karena jabatan. Kita harus berhikmat dalam menghadapi segala bentuk aniaya. Berhikmat dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Berdoalah senantiasa dan percayakan semuanya kepada Tuhan. Amin.