Kerja Dunia yang Berekses Akhirat

Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan esok kamu tiada.” Ungkapan populer yang terlontar dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ini memperlihatkan sinkronnya antara kerja dan ibadah. Kerja, seolah memiliki makna ganda yang tak hanya berekses pada hasil duniawi saja, tapi juga bisa berujung pada akhirat. Semua hanya soal pada titik yang hendak dituju. Sayyid Qutb dalam Fi Zhilalil Quran berkata, seseorang bebas mengambil dari apa yang dikehendakinya. Barang siapa menginginkan keuntungan akhirat, maka ia akan mendapatkannya, dan Allah Swt. akan menambah keuntungannya. Demikian juga jika seseorang menginginkan keuntungan dunia, maka ia pun akan mendapatkannya, meskipun belum tentu keuntungan akhirat ia dapat.

Penyinkronan antara kerja dengan ibadah adalah keniscayaan. Kita tak bisa menafikan pentingnya bekerja, sebab dunia adalah ladang yang memang diciptakan untuk bekerja. Seseorang yang hanya beribadah tanpa didukung usaha, atau seseorang yang hanya bekerja tanpa fondasi ibadah akan mendapati diri dalam keadaan timpang. Karena itulah agama pun mengatur segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

Memantapkan niat adalah hal dasar penting dalam segala tindakan. Aktivitas kerja akan bernilai ibadah jika diniatkan untuk hal-hal mulia, semisal menafkahi keluarga, melindungi diri dari meminta-minta apalagi mencuri. Bahkan dengan niatlah kita akan bisa teguh dan selalu termotivasi. Kehalalan pekerjaan juga harus menjadi pertimbangan lantaran hal itu bisa dijadikan tolok ukur ibadah, dan bisa berperan sebagai garis batas atas hukum yang telah ditetapkan.

Etos kerja menjadi hal urgen selanjutnya lantaran hal itu adalah rajutan nilai-nilai yang membentuk kepribadian seseorang dalam bekerja. Menurut Musa Asy’arie, etos kerja dibentuk dan dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianut oleh seseorang dalam bekerja, yang kemudian membentuk semangat yang membedakan antara satu dan lainnya (hal. 47). Esensi etos kerja terletak pada cara kita memaknai kerja dan hasilnya. Menghargai waktu juga menjadi hal penting yang tak boleh diabaikan. Orang yang menghargai waktu bisa dipastikan bahwa ia mempunyai manajemen yang baik. Manajemen yang baik akan membuat segalanya menjadi lebih efisien dan tepat sasaran.

Kerja keras menjadi sebuah keharusan. Dalam beberapa hadits, Rasulullah Saw. bahkan menunjukkan bahwa kerja keras merupakan modal untuk sebuah perubahan. Berpikir realistis dan menyegerakan diri untuk berbuat menjadi jalannya. Amanah dan jujur menjadi nilai utama yang wajib dijunjung. Tak hanya terkait dengan pertanggung­jawaban akhirat, dua nilai tersebut dapat menjadi nilai tambah untuk menjala kepercayaan pihak lain, sehingga kesuksesan pun mudah dicapai.

Komitmen pun harus terus dijaga. Keterlibatan penuh pada suatu pekerjaan tentu akan menda­tang­kan hasil maksimal. Apalagi jika dibarengi de­ngan istiqamah. Rasa syukur juga layak dita­namkan agar kasadaran akan nikmat tak mudah membuat patah arang. Demikian pula etika kerja sebab hubungan dengan sesama manusia akan tercapai baik jika dilandasi akhlak mulia.

Lantas bagaimana dengan amalan-amalan yang terkesan hanya berimbas pada ibadah akhirat semata? Mungkin pemahaman ini perlu diluruskan sedikit. Amalan-amalan ini sebenarnya juga akan membawa ekses ke kehidupan duniawi kita, baik langsung maupun tak langsung. Sebagai perumpamaan, Rasulullah pernah ditanya akan pentingnya sikap tawakal.

Suatu hari salah seorang sahabat berkunjung ke rumah Rasulullah Saw. dengan berkendara keledai. Dia pun ditanya oleh Rasul, apakah sudah mengikat keledainya? Sahabat tersebut menjawab bahwa ia melepaskan keledainya begitu saja, dan sudah bertawakal. Maka apa jawab Rasul? “Ikat dulu keledaimu, baru bertawakal kepada Allah Swt. (HR. Tirmidzi). Kejadian tersebut sebenarnya bisa dijadikan amsal tentang betapa dua aktivitas tersebut tak bisa dipisahkan. Kerja dunia akan selalu membawa ekses pada hasil akhirat, demikian juga sebaliknya.

Yang jadi persoalan selanjutnya adalah bagaimana kita mengatur porsinya agar seimbang? Buku ini akan memberikan jawabannya. ***

Peresensi: Nur Hadi

()

Baca Juga

Rekomendasi