Bacha Bazi, Praktik Perbudakan di Afghanistan

BACHA Bazi (secara harfiah berarti "bermain dengan anak laki-laki") adalah praktik perbudakan dan prostitusi anak-anak yang banyak dilakukan di Afghanistan. 

Anak lelaki dijual kepada orang yang kuat atau kaya untuk hiburan dan layanan seksual. 

Bacha bazi adalah tradisi  yang ditemukan di Afghanistan, dimana anak-anak lelaki berdandan seperti perempuan dan menari. 

Siapa sangka Afghanistan yang dikenal sebagai salah satu negara religius, ternyata ada sisi gelap tradisi yang kerap disembunyikan dari dunia luar. 

Tradisi yang dimaksud melibatkan bocah lelaki yang menari menggunakan pakaian wanita ketika menari di hadapan sejumlah penonton.

‘Bacha bazi’ yang berarti ‘mainan bocah lelaki’, juga mengalami pelecehan seksual oleh kaum pria seusai pesta. Pada kenyataannya,  ini semacam perbudakan seks.

Daily Mail awal tahun ini yang dikutip belum lama ini, mengkisahkan pengalaman bocah lelaki bernama Shukur yang diambil dari keluarganya dan dipaksa menjadi penari. Butuh waktu sekitar lima tahun  agar dirinya bisa terbesar dari praktik ini.

Kemiskinan di Afghanistan menjadi salah satu pemicu maraknya bacha bazi dalam 15 tahun terakhir. Para pemangsa berkeliling mencari bocah-bocah ‘cantik’ dan membujuk keluarganya dengan janji pekerjaan ataupun pendidikan.

Ternyata, bocah-bocah lelaki tadi malah dilatih menjadi penari, dipaksa tampil dengan pakaian wanita di hadapan sejumlah pria berumur, lengkap dengan lonceng-lonceng pada pakaian terusan mereka, dan wajah ber-make up.

Usai pesta, tarianpun selesai, dan datanglah kengerian itu. Bocah-bocah lelaki itu diedarkan di antara pria-pria yang menonton dan dibawa ke kamar-kamar hotel sehingga mengalami pelecehan seksual.

Sungguh Memalukan

Suatu dokumenter tahun 2009 bertajuk ‘Bocah Lelaki Penari Afghanistan’, menuliskan isi syair lagu demikian, “Dia menyentuh bocah itu dengan pakaian katunnya. Di manakah kau tinggal, supaya aku bisa berkenalan dengan ayahmu.”

Seorang jurufoto yang meluangkan waktu berbulan-bulan supaya dipercaya merekam kehidupan bocah-bocah itu, bilang, “Bocah-bocah lelaki itu tidak mendapatkan apapun dalam pesta.”

“Tapi mereka hidup seakan memiliki hubungan dengan majikan mereka, jadi sang majikan merawat mereka, memberi tempat tinggal, membelikan makanan dan barang-barang. 

Dr. Soraya Sobhrang, anggota Komisi Independen HAM Afghanistan dan pimpinan penyidikan terhadap praktik ini, menyatakan, “Praktik ini, yang dikenal sebagai ‘bacha  bazi’, sungguh memalukan.”

Di negara-negara lain, hal ini dipandang sebagai paedofilia. Tapi, di Afghanistan, para tersangkanya malah dilindungi polisi yang takut mengganggu para laskar perang dan pebisnis yang kuat.

“Seorang pimpinan laskar memiliki banyak, mungkin hingga 10 bocah,” ujar Dr. Sobhrang kepada Mail Online.

Lebih 40 persen bocah itu berusia antara 13 hingga 15 tahun. Bagi mereka, terpilih sebagai ‘bacha bareesh’, yang artinya 'lelaki tanpa janggut', seakan seperti dijatuhi hukuman seumur hidup dan diasingkan oleh keluarga serta dikucilkan oleh masyarakat.

Banyak di antara mereka kemudian terlibat narkoba.

Kata juru foto tadi kepada MailOnline, “Saya teringat seorang bocah bernama Faraidoon, yang masih berusia 13 tahun ketika saya temui. Dia sudah dibawa ke dan dimanfaatkan dalam pesta-pesta.”

“Dia mulai menggunakan heroin supaya tabah menghadapinya, tapi masih terus saja dibawa ke pesta-pesta. Dia akhirnya kabur dan berpindah-pindah supaya tidak bisa dilacak. Dia kemudian mengemis di jalanan kota Kabul.” (wkp/dm/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi