Banyak Legenda Menyebut

Ada Dunia di Perut Bumi

BANYAK Legenda dari berbagai wilayah di dunia yang menceritakan mengenai adanya dunia lain di da­lam perut bumi. Tidak banyak yang menaruh per­ha­tian terhadap legenda-legenda ini sampai seorang il­muwan ternama meng­angkatnya ke dalam forum-fo­rum sains. Ide kalau bumi memiliki rongga sebenar­nya bukan sesuatu yang baru.

Pada masa Sumeria kuno, dunia ba­wah tanah sudah pernah di­sing­gung dalamEpic of Gilgamesh. Di Babylonia, ada kisah mengenai tu­runnya Ishtar ke du­nia bawah ta­nah. Dalam buku Mesir Kuno "Egy­ptian book of the Dead", dunia di bawah tanah juga disinggung ber­kali-kali.

Dalam legenda suku Indian Ho­pi, bahkan ada panduan bagi orang untuk bisa masuk ke dalam perut bu­mi yang berongga. Menurut su­ku ini, dunia yang orang diami ada­lah dunia keempat. Tiga dunia lainn­ya berada di dalam perut bumi dan salah satu pintunya berada di an­tara ngarai-ngarai raksasa Colorado.

Mungkin yang paling menarik dari semuanya adalah legenda Tibet mengenai Agharta yang secara harfiah berarti "Kerajaan bawah tanah di pusat bumi yang menjadi tempat raja dunia memerintah".

Menarik, karena masyarakat Tibet menggambarkannya dengan cukup lengkap. Bahkan menurut mereka, kerajaan Shambhala yang misterius juga berada di dalam perut bumi.

Setelah cukup lama dikenal di da­lam legenda-legenda kuno ma­sya­rakat dunia, ide bahwa bumi ini me­miliki rongga mulai mendapat tempat di dunia sains modern.

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Plato memang telah menying­gu­ng adanya lorong-lorong bawah ta­nah yang membentuk struktur bu­mi. Namun, pandangan ini baru men­dapatkan perhatian ketika dicetuskan oleh ilmuwan ternama bernama Edmund Halley.

Edmund Halley (1656-1742) adalah seorang astronom Inggris yang secara tepat berhasil meng­kal­kulasi orbit komet yang me­le­wati bumi setiap 76 tahun. Orang me­ngenalnya sebagai komet Halley.

Ia mencetuskan ide mengenai hol­low earth pada tahun 1692. Me­nu­rutnya, di bawah kerak bumi yang setebal 500 kaki, ada ruang be­­r­ongga yang di dalamnya me­miliki atmosfer yang mendukung ke­hidupan.

Bagi orang yang mendengarnya, mungkin mengira Halley terjebak ke dalam pseudo science yang men­da­sarkan teorinya pada legenda se­mata. Namun, ternyata ia punya ala­san sains yang cukup masuk akal.

Paper

Bahkan ia menuangkannya ke dalam sebuah paper yang memiliki judul cukup panjang, yaitu: "An account of the cause of the change of the variation of the magnetical needle with an hypothesis of the structure of the internal parts of the earth: as it was proposed to the Ro­yal Society in one of their later meetings".

Teori ini diambil oleh Halley ka­rena ia menemukan adanya va­riasi-variasi di dalam medan mag­net bumi. Salah satunya, me­nu­rutnya, adalah medan magnet yang berasal dari bola di dalam perut bumi. Ini membuatnya berkesim­pu­lan kalau ada empat bola kon­sentris berongga di dalam perut bu­mi. Bola-bola berongga ini me­mi­liki atmosfer yang bisa men­dukung kehidupan.

Menurutnya, Aurora borealis yang sering terlihat di kutub sebe­nar­nya adalah gas bercahaya di dalam perut bumi yang berhasil lo­los dari lapisan tipis kerak bumi di wilayah kutub. Teori yang diajukan oleh Halley kemudian diadopsi oleh ilmuwan ter­nama lainnya, seorang ahli ma­tematika bernama Leonhard Euler (1707-1783) danJohn Leslie (1766-1832).

Bedanya, Euler menolak ide adanya beberapa bola konsentris seperti yang diajukan Halley dan menggantikannya dengan satu bola berongga yang memiliki matahari berdiameter 600 mil yang me­nye­diakan cahaya dan panas un­tuk pe­ra­daban luar biasa yang hidup disana.

Di lain pihak, John Leslie me­mang memiliki pendapat yang mirip dengan Euler. Bedanya, ia per­­caya kalau matahari yang ada di dalam bola berongga itu ada dua, bukan satu. Ia memberi ke­dua­­nya nama Pluto dan Proserpine.

Lalu, teori hollow earth kembali diadopsi oleh John Cleves Symmes (1780) yang sampai akhir hayatnya memperjuangkan teori ini tanpa kenal lelah.

Symmes adalah mantan ten­tara dan pengusaha. Ia juga percaya kalau bumi ini memiliki rongga dan jalan masuk menuju rongga itu berada di kutub utara dan sela­tan. Ia memperkirakan jalan masuk ini memiliki lebar 4.000 mil dan 6.000 mil.

Berhasil

Perjuangan Symmes bahkan sampai membuatnya berhasil me­lobi kongres Amerika sehingga pre­siden Amerika saat, John Quin­cy Adams, menyetujui pen­danaan ekspedisi menuju Antartika. Na­mun, sebelum sempat dikucur­kan, presiden berikutnya, Andrew Jackson, membekukan pendanaan itu.

Setelah kematian Symmes, salah seorang pengikutnya yang ber­nama Jeremiah Reynolds, ber­hasil me­ya­kinkan pemerintah Ame­rika untuk melakukan eks­pedisi ke Antartika pada tahun 1838.

Memang para penjelajah tidak menemukan lubang raksasa disana, namun mereka menemukan bukti kalau Antartika bukan cuma seke­dar wilayah es, melainkan benua bu­mi yang ke-7.

Teori Hollow Earth kembali mendapat perhatian pada tahun 1846 karena adanya penemuan ba­ngkai utuh seekor Mammoth di Siberia.

Dalam tubuh mammoth itu dite­mukan tanaman yang belum ter­cerna. Ini menunjukkan kalau he­wan ini mati dengan tiba-tiba ke­tika sedang makan.

Beberapa orang percaya kalau makhluk itu awalnya hidup di wila­yah hangat di dalam hollow earth. Lalu, tanpa sengaja tersesat keluar lewat lubang di kutub utara. Ketika bertemu de­ngan wila­yah dingin, hewan ini mati seketika.

Tentu saja, ini cuma teori yang tidak bisa dibuktikan. Tapi paling tidak penemuan ini membuat antusiasme mengenai Hollow earth terus berkembang hingga menarik perhatian Jules Verne, seorang penulis fiksi sains.

Pada tahun 1864, ia menerbitkan buku berjudul Journey to the Center of the Earth yang menceritakan mengenai sebuah lubang di Islandia yang menuju ke dalam perut bumi.

Pada tahun 1869, teori Hollow earth mulai berkembang menjadi semakin mengada-ngada.

Cyrus Reed Teed, seorang her­balis dan alkemis, mengaku kalau ia mendapatkan penglihatan me­nge­nai seorang wanita yang mem­beritahukan kepadanya kalau ia be­rasal dari dalam rongga di dalam perut bumi.

Penglihatan ini cukup mem­pe­ngaruhi hidup Teed. Empat puluh tahun berikutnya, ia mem­pro­mo­sikan ide ini ke seluruh dunia. Bah­kan ia mendirikan sebuah sekte ber­nama Koreshans yang penga­ja­rannya berkisar kepada dunia Hollow Earth.

Tidak sampai disitu, Teed ke­mu­dian memperkenalkan modi­fi­kasi baru dari teori hollow earth yang sering disebut Concave Sp­here. Menurutnya, “kita” lah yang se­dang hidup di dalam rongga bu­mi. Jadi, ada manusia lain yang hi­dup di dunia atas. (adc/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi