Tak Sepaham dengan Pamannya

Keponakan Adolf Hitler Membelot ke AS

SEMUA orang pasti kenal Adolf Hitler. Dia  adalah seo­rang politisi Jerman dan ketua Partai Nazi (National­sozia­listische Deutsche Arbeiter­partei (NSDAP); Partai Pe­kerja Jerman Sosialis Nasio­nal) kelahiran Austria.

Hitler menjabat sebagai Kan­se­lir Jerman sejak 1933 sampai 1945 dan diktator Jerman Nazi (bergelar Führer und Reichskanzler) mulai tahun 1934 sampai 1945 dan men­jadi tokoh utama Jerman Nazi, Pe­rang Dunia II di Eropa, dan Holocaust.

Ternyata tidak semua orang de­kat, apalagi yang ma­sih punya hu­bu­ngan darah dengan Adolf Hitler, satu pi­kiran ter­kait ideologi nasio­nalisme-sosialisme (Nazi) Der Führer. Diktator Nazi itu ternyata me­miliki salah satu kerabat yang justru membelot mela­wannya.

Dia adalah William Patrick “Wil­ly” Hitler yang bahkan, ter­catat bergabung ke Ang­katan Laut Amerika Serikat (AS) sebagai opsir bagian medis pada 1944, saat Hitler masih berkuasa di Jerman.

Willy terhitung sebagai salah sa­tu keponakan Hitler yang meru­pakan putra dari adik tiri sang dik­tator, Alois Hitler Jr. Willy lahir da­ri pa­­sangan Alois Hitler Jr de­ngan seorang wanita Irlan­dia, Brid­get Dowling di Li­verpool, Inggris pada 12 Maret 1911.

Di masa mudanya, Willy ber­sama sang pelesiran keli­ling Eropa. Tapi keduanya tak bisa pulang lantaran sudah lebih dulu pecah Perang Du­nia (PD) I. Mereka baru bisa kembali pasca-PD I, tapi ke­mudian Alois dan Bridget bercerai.

Willy dikirim sang ibu ke Jer­man untuk bersama sang ayah di usia 18 tahun (1929) dan dari situ­lah Willy menge­nal ideologi Nazi yang dice­tuskan pamannya, Adolf Hitler.

Willy sendiri baru bisa ber­temu secara langsung dengan Hitler pada 1930 dan men­dapatkan “kado” be­ru­pa foto bertandatangan Hitler.

Tak lama setelah Hitler men­ja­bat Kanselir Jerman pada 1933, Willy meman­faat­kan posisi sang paman untuk bisa bekerja di sebuah bank di Berlin. Willy juga sempat pindah tempat kerja ke pabrik oto­motif Opel.

Adanya Konspirasi atau Jebakan

Tapi Willy merasa tak puas lan­ta­ran dia tak bisa mengirim uang un­tuk ibunya di Inggris. Hitler me­la­rangnya mengirim uang ke luar Jerman untuk siapapun. Willy yang ‘ngam­bek’, ditanggapi emosi oleh Hitler.

Hitler pun sempat menye­but Willy sebagai keponakan yang pa­ling memuakkan. Sebagaimana ar­tikel di to­dayifoundout.com, Willy me­respons dengan memeras Hitler, bahwa jika sang paman tak mem­berinya pekerjaan lain dengan po­sisi tinggi, Willy akan mem­bo­cor­kan rahasia bahwa Hitler meru­pa­kan cucu dari seorang Yahudi.

Namun begitu, aksi Willy ini jus­­tru tak membuahkan hasil. Pada saat itu, belum ada publik Jerman yang per­caya atau “berani” per­caya, bahwa Hitler masih ketu­ru­nan seorang pedagang Yahudi, Leo­pold Frankenberger.

Bukan karena Hitler tidak mau, tapi karena Willy sen­diri yang ak­hir­nya enggan menerima ta­waran jabatan tinggi di sebuah pekerjaan dari Hitler.

Pasalnya, Hitler bersedia mem­be­rinya pekerjaan de­ngan jabatan ting­gi, jika Willy mau melepas ke­war­ga­negaraan Inggris-nya.

Willy menolak lantaran men­cium adanya konspirasi atau je­ba­kan, atau karena tidak mau na­ma­nya tersangkut be­ragam kontro­ver­si kemanu­siaan yang dilakukan sang paman.

Jelang pecahnya PD II, tepatnya pada 1938, Willy memilih kembali ke Inggris dan sempat merilis se­buah artikel bertajuk, “Why I Hate My Uncle (Mengapa Saya Mem­benci Paman Saya)”.

Mengubah Namanya

Setahun kemudian, Willy ber­sama sang ibu melancong lagi ke AS, seraya mempro­mosikan buku­nya berjudul “My Uncle Adolf”. Tapi m­ereka lagi-lagi tak bisa kem­bali sesegera mungkin, karena PD II sudah ‘keburu’ mele­tus.

Usai Inggris menyatakan perang ter­hadap Jerman, Willy sempat ingin mengabdi di Angkatan Laut Ing­gris yang sayangnya, ditolak. Willy pun pindah ke AS dan me­nulis surat kepada Presiden ke-32 AS, Franklin D. Roo­sevelt (FDR), untuk diizinkan bergabung ke AL AS pada 1942.

“Semua kerabat dan te­man-te­man saya akan segera bertempur demi kebebasan dan kepatutan di bawah Stars and Stripes (bendera AS). Dengan hormat, saya meng­irim petisi ini kepada Anda agar di­izinkan bergabung dengan mere­ka dalam per­juangan melawan tira­ni penindasan,” tulis Willy ke­pada FDR, seperti dikutip NY Daily News, Agustus 2012 lalu.

Surat itu sempat lebih dulu di­periksa Badan Investigasi AS (FBI), di mana Direktur FBI, J. Ed­­gar Ho­over menya­takan catatan kri­mi­nal Willy bersih dan bebas dari masalah hukum. FDR pun me­ngi­zinkannya masuk AL AS pada 1944.

Tapi tidak sempat lama ber­­karier di AL AS sebagai petugas medis, Wil­ly menga­lami cedera yang men­g­­ha­ruskannya mengakhiri ka­rier di kemiliteran dengan dianu­gerahi medali Purple Heart.

Pasca-keluar dari AL AS, Willy mengubah namanya menjadi William Patrick Stuart-Houston dan menikahi kekasihnya, Phyllis Jean-Jac­ques dan menetap di Long Island hingga meninggalnya Willy pada 14 Juli 1987.

Tak seperti Hitler yang tidak pu­nya keturunan lang­sung setelah bunuh diri di akhir PD II, Willy punya em­pat anak, di mana dua di anta­ranya masih hidup hingga saat ini, yakni Alexander Adolf Stuart-Houston, Louis Stuart-Houston, Howard Ro­nald Stuart-Houston (me­ning­gal 1989) dan Brian William Stuart-Houston (me­­ninggal 1965). (lpt/wkp/tdfc/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi