Kyat Myanmar Mata Uang Terbaik Asia

Singapura, (Analisa). Kyat Myanmar kini menjadi mata uang terkemuka di Asia untuk 2016, se­buah pertanda yang jelas mulai bang­k­itnya negara itu dari isolasinya selama puuhan tahun.

Dipicu oleh kemenangan Aung San Suu Kyi di dalam pemilu terbuka perta­ma negara tersebut sejak 1990, kyat naik lebih 10%, hingga akhirnya diha­rap­kan mengalami kenaikan tahunan se­telah anjlok setiap tahun sejak di­biar­kan mengambang secara terkendali dalam2012.

Serangkaian reformasi telah me­re­vitalisasi ekonomi Myanmar dan ma­syarakatnya sejak junta militer secara re­mi dibubarkan dalam 2011, dan ke­ter­bukaan negara itu makin terpacu se­jak partai Liga Nasional untuk De­mokrasi pimpinan Suu Kyi meme­nang­kan pemilu dalam No­pember. Uang kini mengalir ke da­lam negeri, hingga me­letakkan fondasi bagi apresiasi se­lan­jutnya.

Bagi Andrew Lee, yang kembali ke kampung halamannya di negara itu empat tahun lalu guna membuka bisnis General Electric di sana, rally kyat men­­jadi bukti bahwa dia telah mela­ku­­kan pilihan yang benar. Kuatnya mata uang perlu bagi ekonomi yang se­dang berkembang, karena membuat impor lebih murah di samping mengu­ra­ngi biaya berbagai proyek infra­struktur pemerintah yang dibiayai dengan dolar.

“Apresiasi (kyat) bagus untuk eko­nomi,” kata Lee yang pindah ke AS dengan keluarganya ketika berumur 12 tahun dalam 1979, sewaktu Myan­mar berada di bawah cengkeraman ke­diktatoran militer. “Kami optimistis akan pemerintah yang baru. Kami sadar bah­wa memang masih bannyak peker­jaan yang harus dilakukan di sektor infrastruktur negara,” katanya.

Kepemimpinan baru negara mem­bantu membangkitkan kepercayaan. Bank Pembangunan Asia (ADB) mem­perkirakan ekonomi Myanmar akan tum­buh lebih cepat dibandingkan ne­gara-negara tetangganya, dengan eks­pansi melebihi 8% dalam 2016 dan awal 2017 karena negara itu mulai me­­narik US$80 miliar yang dib­utuh­kan untuk proyek tenaga listrik, trans­por dan teknologi hingga 2030.

Investasi langsung asing naik US$1,48 miliar menjadi US$9,48 mi­liar di dalam tahun keuangan yang berakhir 31 Maret, kata sebuah surat ka­bar pemerintah. Aliran masuk dana di­perkirakan bertambah setelah AS men­cabut sanksi atas 10 perusahaan dan bank milik negara dalam Mei, wa­lau sejumlah pembatasan perda­ga­ngan lainnya masih diberlakukan. (Blmbrg/sy.a)

()

Baca Juga

Rekomendasi