Gunungsitoli, (Analisa). Gelandangan, pengemis (gepeng) dan orang gila bertaburan di sejumlah sudut Kota Gunungsitoli, seperti di SPBU, terminal, pelabuhan, dan rumah ibadah.
Selain menganggu keindahan kota, keberadaan gepeng dan orang gila ini dikhawatirkan dapat menurunkan minat berkunjung wisatawan ke Pulau Nias, serta bertolakbelakang dengan promo Kementerian Pariwisata RI "Nias Pulau Impian" yang baru-baru ini diluncurkan di Jakarta.
Banyak yang masih anak-anak. Mereka meminta-minta uang dengan mengiba, padahal setelah itu di kawasan eks Pelabuhan Gunungsitoli, terpantau Analisa Kamis (9/6), anak-anak itu sedang menghirup lem kambing.
Sebagai contoh, seorang wanita yang tinggal di gapura Lapangan Merdeka (Alun-Alun) Kota Gunungsitoli. Saat ditanya, masyarakat sekitar mengatakan wanita tersebut adalah orang gila dan sudah mendiami gapura sejak bulan Januari 2016.
Saat diwawancarai, wanita yang mengaku bernama Muni Zebua itu mengatakan dirinya mendiami gapura karena keluarganya tidak menerima kehadirannya di rumah. Saat ditanya, wanita kelahiran tahun1968 itu mengaku mandi di parit depan gedung Pendopo Rumah Dinas Bupati.
Untuk mandi dan buang air, ia tetap melakukannya dalam gapura. Kotorannya ia tampung dalam kantongan plastik, kemudian ia buang ke jalan raya.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Gunungsitoli, Drs Basrah Zebua, saat ditemui Analisa di ruang kerjanya, Kamis (9/6), mengatakan pihaknya tidak berwenang menertibkan dan menangani masalah gepeng dan orang gila.
Menurut pria yang mengaku mantan wartawan ini, wewenang pihaknya adalah menangani mantan gepeng, mantan orang gila, dan mantan pecandu narkoba, dengan memberikan keterampilan sebelum mereka dikembalikan ke masyarakat.
Menurutnya lagi, masalah itu sesungguhnya tanggung jawab Satpol PP, karena pihaknya tidak memiliki rumah singgah tempat rehabilitasi/penampungan para gepeng dan orang-orang gila. (lase)