Pohon Aren, Investasi dan Konservasi Lahan

Oleh: Ferisman Tindaon

Beberapa waktu lalu, harian Analisa menyajikan tulisan tentang kelapa sawit kaitannya dengan  lingkungan. Berbeda dengan tanaman aren, ulasan tentang kelapa sawit ini sungguh menarik  dan menyita banyak perhatian, misalnya para pebisnis, petani, kehutanan, pemerintah, juga pegiat kemasyarakatan dan lingkungan. Kali ini kita tawarkan untuk menanam pohon aren.

Tanaman aren termasuk  tanaman perkebunan yang sudah banyak dikenal masyarakat karena memiliki banyak kegunaan. Pohon aren (Arenga pinnata) dikenal juga dengan enau atau berbagai nama seperti bagot, halto, kawung dan lain-lain. Hampir semua bagian tanaman aren berguna, baik untuk pangan, bahan baku industri maupun sebagai sumber energi terbarukan. Aren juga memiliki kemampuan fungsi menyimpan air yang tinggi sehingga sangat cocok untuk tanaman konservasi.

Berbeda dengan kelapa sawit yang tumbuh baik dari mulai garis pantai hingga optimum 500 meter di atas permukaan laut (dpl), meskipun ada yang masih ditanam hingga ketinggian lebih dari 800 m dpl. Maka pohon aren ini ternyata tumbuh baik  mulai dari  ketinggian 9m- 1400 dpl (terbaik di ketinggian 500-800 m dpl). Oleh karenanya bagi masyarakat yang tinggal di dataran tinggi juga dapat mengusahakan perkebunan aren yang multiguna, ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi ini. Sebab tidak semua orang dapat mengusahakan kebun sawit, karena biaya investasi perkebunan sawit ini sangat besar apalagi jika letak lahan kita berada di daerah dataran tinggi yang tidak sesuai bagi kelapa sawit.

Tetapi jangan dulu langsung tergesa-gesa hendak menanamnya sebab beberapa hal harus dipertimbangkan lebih matang. Sebaiknya tanaman aren tidak dibudidayakan pada lahan produktif, akan tetapi diutamakan untuk ditanam pada lahan-lahan marginal, kurang subur. Misalnya lahan yang memang terlantar atau tidak diusahai, lahan tidur dalam jangka waktu yang sangat lama. Lahan yang karena kondisi topografinya yang berbukit, kemiringan tinggi  atau terjal atau ditanam dekat dengan batas lahan milik, di pinggir daerah aliran sungai. Jika pertimbangan ekonomisnya lebih baik ditamani kopi atau tanaman lain, maka tanaman aren ini dapat ditanami sebagai tanaman pinggir, tanaman penyangga longsor tebing curam, atau sebagai tanaman tapal batas.

Pohon aren dapat pula ditumpangsarikan dan hidup berdampingan dengan pohon lain. Aren dapat bertumbuh subur di tengah perkebunan kopi, atau diselilingi pohon kayu hutan, tanaman buah yang sekaligus  untuk tujuan investasi. Aren yang dikombinasikan dengan tanaman kayu huta atau buah dapat dianggap sebagai tanaman investasi kelak. Aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan. Dengan akarnya sedalam enam sampai delapan meter sangat efektif menarik dan menahan air. Oleh karenanya aren dapat tumbuh baik di dataran, lereng bukit, dan gunung. 

Pohon aren dapat dikatakan tanaman perkebunan multiguna karena dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi. Fungsi konservasi lahan dengan perakarannya yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan kekuatan atau energi dari turunnya air hujan yang langsung ke permukaan tanah. Keuntungan lain dalam pengembangan jenis ini, tanaman aren tidak membutuhkan pemupukan yang intensif dan tidak terserang hama ataupun penyakit yang mengharuskan penggunaan pestisida sehingga aman bagi lingkungan.

Tanaman Investasi

Pernahkah anda melihat perkebunan aren yang ditanam secara teratur dalam ukuran luas yang besar? Misalnya terdapat dua ratus pohon dalam luasan satu atau dua hektar lahan. Mungkin hal ini hanya dapat ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.  Umumnya, tanaman aren yang tumbuh liar di hutan, atau tumbuh secara kebetulan di ladang/kebun kita hanya beberapa pohon sehingga kurang memberikan nilai ekonomi yang cukup berarti. Bagaimana kalau lahan-lahan tidur, lahan-lahan terlantar, lahan yang berada di bukit terjal, atau daerah aliran sungai kemudian kita tanami dengan pohon aren ini.

Perbanyakan tanaman aren dilakukan secara generatif, yaitu melalui biji. Biji yang dipilih untuk pembibitan harus berkualitas baik dan sudah matang sempurna. Misalnya, biji untuk pembibitan bisa berasal aren yang keluar dari perut musang, biji tua hasil pemetikan langsung dari pohon, dan biji aren tua dari pohon yang ditebang. Persiapan bibit berdasarkan asal benih dilakukan dengan cara pembibitan dari biji atau kecambah yang tumbuh di bawah pohon aren yang berkualitas baik. 

Bibit yang siap tanam dicirikan berumur 11-12 bulan, ketinggian 40-50 cm.  Perkembangan pertumbuhan batang dan daunnya proporsional. Akar sudah menembus keluar dari polybag, batangnya cukup kokoh dan daunnya membuka lebar dengan susunan daun yang merekah. Jumlah daun cukup banyak sekitar 6 lembar,  warna daun hijau segar dengan permukaan yang mengkilat.

Penanaman aren dapat dilakukan secara monokultur maupun tumpangsari. Untuk penanaman monokultur, bibit yang baik ditanam pada lahan yang sesuai dengan dengan jarak tanam 5 m x 10 m atau jika ditumpangsarikan dengan tanaman keras lainnya menjadi 10 m x10 meter. Jika kita berhitung sederhana dalam satu hektar kebun aren dapat ditanam 200 pohon. Misalkan saja yang produksi 100 pohon, dan satu pohon meneteskan minimal 10- 15 liter nira, maka dihasilkan 1500 liter nira perhari. 

Nilai rupiah setara produksi ini silahkan dihitung sendiri. Begitu seterusnya sampai masa produksi aren hingga sekitar usia 15 atau 20 tahun. Dengan demikian aren sangat menjanjikan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat, sekaligus dengan hasil sampingan dari tanaman kayu keras atau tanaman buah yang ditumpangsarikan.

Kendala dan Budaya Optimis

Kadang kita mendengar bahwa penyebaran tanaman aren secara alami dilakukan atau memang dibantu oleh akyivitas musang. Sehingga dalam suatu diskusi pemberdayaan masyarakat desa, terjadi lelucon bahwa “yang menanam aren di kebun kami adalah musang bukan manusia”. Nah, tinggal masalahnya, tidaklah elok atau “ apakah keinginan kita untuk memiliki kebun aren yang luas akan kita percayakan kepada musang?”.

Kemudian, kalau saat ini kita kelak menanam aren atau tanaman kayu, sedangkan usia saya sekarang sudah hampir lebih setengah abad, apakah saya masih ikut menikmatinya? Jawabannya menjadi sangat sederhana, tidakkah kita iklas mewariskan sesuatu yang baik dan mulia kepada generasi penerus kita?

Bagaimana kalau kita katakan bahwa tanaman aren yang ditumpangsarikan dengan tanaman kayu hutan atau tanaman buah tersebut menjadi sebuah polis asuransi Jaminan Hari Tua (JHT). Polis yang dapat ditarik kembali nilai investasinya setelah jangka waktu lebih dari 10 tahun kemudian dengan biaya premi awal yang sangat murah. Tanaman aren mulai berbunga, kita-kira setelah berumur 7-10 tahun. Tangkai malai bunga dapat disadap setiap hari, selama 2-3 bulan, menghasilkan sekitar 10-30 liter nira setiap harinya hingga berumur 15 sampai 20 tahun.

Kendala lain, dikatakan bahwa perluasan areal tanaman aren akan memacu masyarakat atau generasi muda untuk cenderung bermabuk-mabukan dengan meminum tuak yang dihasilkan oleh tanaman aren. Sebuah pemikiran yang kurang bijak dan membiasakan diri berpikir dilingkupi oleh kendala dan pada akhirnya memacu sikap  menjadi pesimis. 

Usaha pengembangan budidayatanaman aren ini di Indonesia sangatlah memungkinkan. Di samping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif, lahan tandus dan terjal khususnya bagi daerah di dataran tinggi, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup. Di samping itu perlu dikembangkan teknologi dan  berbagai kegiatan penelitian untuk menunjang agribisnis aren ini.

Teknologi yang sudah siap pakai misalnya: pemilihan pohon induk tanaman, pesemaian, pembibitan, budidaya, penyadapan, pengawetan nira, pengolahan gula, gula semut, gula kristal, pengolahan pati aren ataupun untuk bahan pembuatan etanol. Inventarisasi cadangan lahan yang tersedia disetiap provinsi termasuk lahan kritis, padang alang, dapat ditanami tanaman aren. Adanya gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan dapat mempergunakan tanaman aren yang ditumpangsarikan dengan tanaman kayu  maupun tanaman buah untuk program konservasi dan reboisasi. 

(Pemerhati lingkungan, domisili di Kota Medan)

()

Baca Juga

Rekomendasi