Tirai Garap Naskah Gerilya Merah Putih

Analisadaily (Medan) - Berbagai peristiwa menyenangkan dan menyedihkan terus terjadi di negeri ini. Suhu perpolitikan memanas dan ekonomi bergolak, semua campur aduk dengan prilaku kriminalitas dan asusila yang seolah tidak menemui titik terang. Ketika kesadaran masyarakat mulai bangkit, di saat itu pula fitnah merebak bak penyakit.

"Tidak bisa tidak, kita harus gerilya. Sebagian besar, persoalan negeri ini karena semakin banyak orang tak ber-Tuhan dan ketidakadilan merajalela di sana-sini," kata salah seorang pendiri Tirai, sebuah unit kegiatan mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIK-P) Medan, Rama Dhanty, Senin (13/6).

Menurutnya, hal-hal di atas merupakan potret sebuah negeri yang terus berusaha beranjak dari keterpurukan dengan banyaknya jerat yang membelenggu kemajuan sehingga seolah menjadi negeri yang tidak pernah belajar. "Kami mencoba menggali persoalan-persoalan kemudian mencari solusinya. Semua yang kami dapatkan tadi kami kemas dalam sebuah naskah Gerilya Merah Putih," jelasnya.

Naskah Gerilya Merah Putih, kata dia, terdiri dari tiga episode yang akan dipentaskan mulai bulan Juli mendatang di Kampus yang berada di Jalan Sisingamangaraja Medan. Naskah ini bercerita tentang gambaran masyarakat dengan segala problematika-nya, yang mana sebagian apatis sebagian lagi terus bertanya dan mencari tahu akar permasalahan.

Dikatakannya, naskah yang akan ditampilkan nantinya merupakan pengembangan dari naskah yang secara kasar sudah disiapkannya sebelumnya. Nantinya, naskah tersebut tidak hanya ditampilkan dalam bentuk seni peran atau teater, melainkan beragam bentuk ekspresi seperti musik, monolog, pantomim, puisi dan instalasi dan akan dimainkan oleh anggota-anggota lama ditambah enam anggota baru, yakni Wesly Thionardo Tarigan, Rahmi Fauziah Nainggolan, Depreni Hervina Hutabarat, Ricky Febriansyah, Hardy Tri Prasetyo Bukit, Tya Eka Debriya dan simpatisan Tirai.

"Kita hidup berkelindan sangat erat dengan berbagai masalah. Di naskah ini kita coba benturkan dengan nilai-nilai Pancasila, bahwa ternyata kita sudah terperosok jatuh ke jurang yang tak mengenal diri, Tuhan, dan itu yang menjadikan kita sosok yang rakus, saling mencakar," ucapnya.

Dia mencontohkan, bagaimana masyarakat kecil hidup terhimpit, kemudian penguasa sibuk pencitraan dan korupsi anggaran pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan. Kemudian, lanjutnya, sekian banyak koruptor masih bisa tersenyum dan seolah tak bersalah ketika digelandang menuju bui. "Ada ketidakadilan di negeri ini," ujarnya.

Dia menambahkan, cara-cara yang bisa dilakukan oleh kalangan yang jengah dengan perkembangan negeri ini adalah dengan melakukan gerilya. "Gerilya yang kita maksud di sini adalah, sebisa mungkin kita mengetahui persoalan yang terjadi di negeri ini, kita bincangkan bersama. Kita harus lebih sering berinteraksi dengan masyarakat, sebagai bentuk pengabdian masyarakat lah, di situ kita menggali dan menguatkan potensi serta energi positif yang kita punya untuk memperbaiki negeri ini, dimulai dari diri sendiri," tambahnya.

(JW)

Baca Juga

Rekomendasi