Oleh: Ramen Antonov Purba
Kelurahan Bahagia, Belawan I, Belawan II, Bagan Deli, Kampung Salam, dan Sicanang terendam banjir. Berdasarkan informasi beberapa media sebanyak 3.200 rumah terendam air. Tak hanya di Sumatera Utara, beberapa provinsi lain juga mengalami hal yang sama.
Banjir rob juga melanda Pantai Kuta, Karangasem, Selatan, Jembrana, Gianyar dan Sanur di Provinsi Denpasar Bali, Singkil Utara, Pantai Pulau Sarok, Meulaboh, Aceh Barat di provinsi Banda Aceh, Kecamatan Kraksaan Kab Probolinggo, Kabupaten Pesisir Selatan, Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Gresik, dan Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap di provinsi Jawa Tengah. .
Untuk daerah belawan baru pertama kali ketinggian air mencapai 2 Meter. Berbeda dengan Semarang dan Jakarta, serta beberapa daerah disekitar Pantura Jawa, yang sudah sering menghadapi banjir rob. Bahkan di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah sudah berlangsung sejak 27 Mei 2016 hingga sekarang. Tak terbayang berapa kerugian yang diderita masyarakat yang daerahnya dilanda banjir rob.
Warga tentunya kesulitan dalam menjalani keseharian terlebih masih dalam bulan puasa ramadhan. Aneh memang, mengapa sampai warga tak mengantisipasi banjir rob ini. Banjir rob bukan kejadian baru, namun sudah seringkali terjadi. Seyogianya sudah ada peringatan sehingga masyarakat bisa bersiap untuk pindah ke lokasi yang lebih aman.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan, jika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, banjir rob masih akan terjadi di pesisir laut Samudera Hindia, khususnya di sekitar selatan Jawa, selatan Papua, dan Sumatera sebelah barat. Jika demikian, sudah dipastikan kerugian akan semakin besar, mengingat aktivitas masyarakat yang terganggu. Selain itu, beberapa tambak pun gagal panen karena terjangan banjir rob.
Pemerintah sepertinya tak pernah belajar dari setiap bencana yang terjadi ditanah air. Perubahan senantiasa dilakukan setelah duka datang. Seharusnya setiap bencana menjadi evaluasi bagi pemerintah untuk segera berbenah, sehingga siap dalam menghadapi bencana.
Apa Itu Banjir Rob?
Rob atau banjir air laut adalah banjir yang diakibatkan air laut yang pasang yang menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka air laut. Oleh karenanya, banjir rob ini akan sering melanda atau sering terjadi di daerah yang permukaannya lebih rendah daripada permukaan air laut. Karena disebabkan oleh meluapnya air laut yang sampai ke daratan, maka air yang menggenangi karena banjir rob ini mempunyai warna yang cenderung lebih jernih daripada air yang pada banjir-banjir biasanya. Banjir rob sendiri mempunyai beberapa ciri khusus atau karakteristik khusus yang dimilikinya.
Beberapa karakteristik atau ciri-ciri banjir rob antara lain:
1. Terjadi pada saat air laut sedang pasang
2. Warna air tidak terlalu keruh
3. Tidak hanya terjadi pada saat musim penghujan tiba
4. Biasanya terjadi di daerah yang wilayah dataran lebih rendah daripada wilayah lautan.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir rob antara lain adalah:
1. Pemanasan global
Pemanasan global merupakan hal pertama yang disinyalir menjadi pendukung terjadinya banjir rob. Karena pemansan global merupakan peristiwa alam yang menyebabkan meningkatnya suhu dunia. Meningkatnya suhu udara yang ada di bumi akan berakibat kepada es yang berada di kedua kutub bumi.
2. Pemanfaatan air tanah secara berlebihan
Pemanfaatan air tanah yang berlebihan menyebabkan turunnya permukaan lapisan tanah. Pesisir pantai merupakan daerah yang membutuhkan jumlah air bersih yang banyak. Hal ini tentu saja membuat penduduk yang berada di sekitar pantai mencari sumber air bersih dalam jumlah yang besar, akibatnya terjadi penurunan permukaan tanah di daerah pesisir pantai.
3. Pembabatan hutan mangrove atau hutan bakau
Hutan bakau atau hutan mangrove berfungsi menahan air dari gelombang pasang. Apabila hutan magrove dibabat habis, maka yang terjadi adalah gelombang yang menerjang tidak akan bisa ditahan.
4. Membuang sampah di sungai
Sampah-sampah yang dibuang ke sungai dalam jangka waktu yang lama akan tertimbun di dasar sungai yang mengakibatkan sungai menjadi dangkal. Sungai yang mengalami pendangkalan akan menyebabkan berkurangnya debit air di sungai. Akibatnya ketika air laut pasang dan air dari laut mengisi sungai-sungai yang ada di sekitarnya dan sungai tersebut tidak cukup untuk menampungnya, hal ini akan menyebabkan air tersebut meluap dan akan mengaliri daerah di sekitar sungai tersebut.
5. Sistem Drainase Yang Tidak Terawat
Sistem drainase menjadi tonggak penting bagi pertahanan daratan dari banjir. Drainase merupakan kekuatan tanah untuk dapat menyerap air. Ketika sistem penyerapan tersebut terganggu, maka upaya untuk menyerap air agar masuk ke dalam tanah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan mudahnya banjir menyerang suatu daerah.
Jika ditelusuri, maka tak sulit sesungguhnya melihat penyebab terjadinya banjir rob. Jika demikian, seharusnya warga tak terkejut jika mendapat peringatan dari BMKG atau instansi terkait.
Pencegahan
Langkah pencegahan merupakan hal yang sangat penting. Sehingga ketika banjir rob melanda, masyarakat tidak akan dikejutkan. Terpenting masyarakat tidak akan mengalami kerugian dan aktivitasnya terganggu. Jika pemerintah sudah mengetahui apa penyebab terjadi banjir rob, maka solusi untuk pencegahannya pun tak akan sulit dilakukan. Terlebih di Indonesia, bagian-bagian kerja masing-masing instansi sudah ditentukan. Untuk masalah banjir, sudah ada pula instansi yang membidangi.
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan, seperti:
1. Menaikkan tanggul penahan yang ada di daerah-daerah pesisir
Hal ini sangat penting dilakukan karena tinggi banjir yang melanda, diprediksi akan semakin tinggi. Bahkan ada tanggul yang jebol karena kurang kokohnya pondasi.
2. Penghijauan
Penghijauan sangat penting untuk dilakukan guna mencegah pemanasan global terjadi. Kita dapat melihat di mana-mana penebangan pohon ilegal terjadi. Tentunya ini harus menjadi perhatian apabila ingin mencegah banjir rob terjadi.
3. Melestarikan hutan bakau (mangrove)
Kita disajikan informasi di media massa, ketika hutan bakau digarap menjadi lahan perkebunan sawit. Ini merupakan bukti lemahnya pengawasan terhadap tindakan ilegal di daerah. Ini tentunya harus menjadi pelajaran, agar kedepan fungsi kontrol dan pengawasan terhadap hutan bakau dapat dilakukan.
4. Melakukan konsep water front city
Dengan menjadikan air sebagai bagian kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Konsep ini dapat diterapkan di daerah yang mempunyai tingkat penurunan tanah yang tinggi. Konsep ini secara tak langsung menghendaki masyarakat untuk membuat rumah panggung dengan kondisi sekelilingnya adalah air bersih.
Masih banyak lagi langkah pencegahan yang dapat dilakukan. Namun langkah tersebut bukan hanya tugas dari pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab penting dari masyarakat. Masyarakat juga harus menjaga pola hidupnya, sehingga lebih bersahabat dengan lingkungan. Lingkungan dan alam harus kita sayangi jika tak ingin didera bencana besar secara berkelanjutan.
(Penulis pemerhati masalah sosial, kemasyarakatan, dan lingkungan hidup, Staf UPT Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Politeknik Unggul LP3M Medan)