Oleh: Maulana Syamsuri
Samuel Jhonson, Bapak leksikografi Inggris menyatakan, fungsi kamus adalah memelihara kemurnian bahasa. Samuel Jhonson, penyusun kamus pertama di dunia yang berjudul Dictionary of the English Language di tahun 1755. Ini bermakna masyarakat di dunia sudah mengenal kamus sejak 261 tahun silam.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Noah Webster, Bapak Leksikografi Amerika, penyusun An American Dictionary of English Language di tahun 1828. Kamus ini menurunkan beberapa generasi kamus yang memakai nama Webster.
Ideologi bahasa yang normatif juga melandasi kamus-kamus modern, seperti A New English Dictionary on Historical Principles. Kamus ini lebih dikenal sebagai kamus Oxford dan Webster’s Third New International Dictionary.
Tradisi perkamusan di negara yang sudah maju memang dimulai dengan kamus baku dan kamus ekabahasa (monoligal). Dari kamus sumber itu diterbitkan kamus-kamus seprti Shorter Oxford Dicitionary. Van Dale Handwoordenboek dari Van Dale Greotwoordenbek der Nederlandse Taal. Berdasakan kamus-kamus baku itu disusun kamus dwibahasa (bilingual).
Sejatinya kamus adalah wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan bahasa yang tidak terhingga. Saat ini kamus merupakan khazanah yang memuat perbendaharaan kata suatu bahasa yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya. Setiap kebudayaan besar di dunia bangga akan kamus bahasanya. Pada kenyataannya kamus tidak hanya menjadi lambang kebanggaan suatu bangsa, juga memiliki fungsi dan manfaat praktis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bukan semata-mata menyiratkan ukuran atau bobot fisiknya. Lebih bermakna banyaknya informasi yang terkandung di dalamnya. Usaha pengembangan bahasa merupakan usaha meningkatan mutu bahasa agar dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya masyarakat penutur bahasa, yakni bahasa yang hidup selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Penyusunan kamus merupakan usaha kondifikasi bahasa yang menjadi bagian dari pembakuan bahasa. Kamus besar adalah kamus yang mencatat kekayaan suatu bahasa, disusun dalam bentuk lema, lengkap dengan segala nuansa maknanya. Nuansa makna kata diuraikan dalam bentuk definisi, deskripsi, contoh, sinonim atau parafresa. Uraian itu juga disertai dengan label pemakaian.
Misalnya penyebutan bidang kehidupan pemakaian sesuatu kata (label ragam bahasa) daerah atau kelompok sosial pemakaian sesuatu kata dan maknanya.
Dua jenis buku refrensi yang berbeda dalam kamus ialah ensiklopedia dan tesaurus. Ensiklopedia berbeda dengan kamus dalam hal memberikan penjelasan kata. Ensiklopedia memberikan uraian tentang berbagai cabang ilmu. Atau bidang ilmu tertentu dalam artikel terpisah dan biasanya tersusun menurut abjad.
Tesuarus berbeda dari kamus dalam hal tidak memuat kata-kata secara alfabetis. Kata-kata disusun atas dasar pengelompokan hiponim, sinonim atau antonim. Kata-kata yang berhiponim (yang maknanya saling bertindihan) dikelompokkan dengan superordinatnya sebagai judul. Atau kata-kata yang bersinonim dikelompokkan dengan salah salah satu bagian sinonim sebagai judul. Tesaurus bersifat monoligual dan tidak mengandung definisi.
Menyusun kamus merupakan proses panjang. Setiap tahapan dalam proses merupakan kumulasi dari penelitian dan analis bahasa serta kegunaan praktis kamus hasil proses sebelumnya. Setiap penerbitan kamus harus berdasar kecermatan pencatatan bahasa dan kesempurnaan penyusunan yang seteliti-telitinya.
Perkamusan di Indonesia berbeda dengan negara-negara maju di dunia. Sejarah leksikografi di negeri ini dimuilai dari daftar kata atau glosarium ke kamus-kamus dwi bahasa. Kemudian ke kamus-kamus ekabahasa.
Menurut catatan karya leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia, yakni daftar kata China-Melayu. Disusun pada permulaan abad ke-15 yang berisi 500 lema. Daftar kata Italia-Melayu yang disusun Pigafema di tahun 1522 termasuk pula karya leksikografi awal. Lebih awal dari karya Samuel Johson.
Kamus tertua dalam sejarah bahasa Indonesia adalah Spraeck ende woord-boek, Inde Malaysche ende Madagaskarsche. Tales met vela Arabische ende Turcasche Woorden (1603). Kamus ini disusun oleh Frederick de Houtman dan Vocabulariaium ofte Woortboek naer orde vanden Alphabet in’t Duysch-Maleysch ende Maleysche-Dirtchet di tahun 1623.
Kamus itu lebih tua daripada Lexicon Javanum (1706). anonim yang naskahnya tesimpan di perpustakaan Vatikan. Kamus ini adalah kamus tertua di Jawa dan jauh lebih tua dari kamus Sunda, Nederduitch-Maleischc en Soendach Woordenboek (1811) oleh A.de Wide.
Pada era kolonial Belanda di Indonesia, minat pada bahasa dan perkamusan sangat rendah. Peminatnya hanya terbatas pada orang-orang asing. Kamus yang disusunpun pada umumnya kamus bahasa asing-bahasa Melayu, Jawa, Bali, Sunda dan Makassar. Di tahun 1916 terbit kamus Melayu-Jawa berjudul Baoesastra Melajoe-Djawa karya R.Sastrasoeganda.
Tahun 1928 Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga yang pertama diterbitkan oleh Raja Ali Haji dari Riau. Tahun 1930 kamus yang disusun W.I.S Poerwadarminta dinilai sebagai pelopor perkamusan eka bahasa Jawa. Setara dengan Kamoes Bahasa Soenda karya R. Sarjadibrata.
Bangsa Indonesia boleh merasa bangga. PT (Persero) Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka telah menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Memuat tidak kurang dari 78.000 kata. KBBI setebal 1387 halaman dilampiri dengan daftar singkatan dan akronim.
Juga dilengkapi dengan aksara daerah. Juga aksara asing, daftar negara di dunia, ibu kota dan bahasanya. Juga daftar mata uang seluruh negara di dunia. Daftar Singkatan dan Timbangan serta isi. Juga ada daftar nama daerah tingkat II kabuapten/Kota/Kotamadya se Indonesia.
Daftar Bintang dan Tanda Kehormatan Negara juga ditampilkan dalam KBBI. Juga tanda dan lambang astrologi, lambang bilangan, lambang biologi, lambang fisika, lambang kedokteran dan farmasi. Juga lambang komunikasi serta lambang mate-matika dan lambang musik serta lambang unsur kimia.
Puluhan Kamus Diterbitkan.
Sampai saat ini di Indonesia sudah diterbitkan puluhan kamus. Kamus sangat populer, banyak digunakan oleh para mahasiswa, dosen,pejabat negara dan masyarakat umum adalah Kamus Inggris-Indonesia. Kamus ini ditulis oleh Jhon M. Echols dan Hasan Shadely terbitan Gramedia. Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris oleh Drs.S.Wojowacito dan W.J.S.Poerwadarminta Penerbit Hasta Djakarta.
Penulis memiliki semua kamus-kamus di atas. Dilengkapi dengna kamus Bahasa Arab-Indonesia Indonesia-Arab, beberapa kamus Indoneisa-Indonesia.
Sejak awal kemerdekaan hingga berakhirnya abad ke 20 berpuluh-puluh kamus sudah diterbitkan. Antara lain Kamus Istilah oleh St. Takdir Alisyahbana (1949), Kamus Teknik oleh B. Anwar (1974). Kamus Istilah Kimia dan Fisika oleh Institut Teknologi Bandung (1976). Juga Kamus Istilah Ilmu dan Teknologi oleh H.Johannes,
Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia oleh J. S. Badudu, Kamus Linguistik oleh Herimurti Kridalaksana. Kamus Peribahasa oleh Sarwono Pusposaputro. Kamus Singkatan dan Akronim Baru dan Lama oleh Atang Winarno. Kamus Biologi oleh Mien A. Rivai. Kamus Hukum Belanda-Indonesia oleh M. Thermorshuizen.
Juga sudah terbit kamus berkaitan dengan kedaerahan. Antara lain Kamus Dialek Jakarta oleh Abdul Chaer. Kamus Jawa Kuna-Indonesia oleh L. Mardiwarsito. Kamus Bali-Indonesia oleh Sri Reshi Anandakusuma dan puluhan kamus lainnnya.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional juga menerbitkan panduan Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing yang memuat tidak kurang dari 400.000 kata. Puluhan, bahkan mencapai jumlah ratusan jenis kamus sudah diterbitkan. Tidak ada yang selengkap KBBI. Sebaiknya setiap mahasiswa, guru,dosen, pejabat instansi pmerintah,perwira TNI/POLRI selayaknya memiliki KBBI sebagai pedoman berbahasa Indoneisa yang benar.
Bahasa Indonesia dalam perkembangannya telah memenuhi syarat sebagai bahasa nasional, maka wajiblah kita mengusahakan segala kelengkapannya demi kesempurnaan fungsinya. Berkaitan dengan hal itulah KBBI diterbitkan.
Butir ketiga sumpah pemuda 1928 dan pasal 36 UUD 1945 masing-masing mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi atau bahasa negara. Tidak kurang dari 500 bahasa daerah ada di Indonesia. Hanya bahasa Indonesialah yang mampu mempersatukan berbagai golongan etnis, sehingga dapat berkomunikasi dengan lancar. Untuk menggunakan bahasa Indonesia secara sempurna dan benar, ada baiknya memiliki berbagai kamus.
Medan 12 Juni 2016
Penulis novelis/sastrawan