Oleh: Faisal Pardede
Legenda tinju dunia Muhammad Ali tutup usia. setelah dirawat akibat masalah pernafasan, ia akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (4/6) pagi WIB.
Kabar ini telah mengundang duka. Petinju dunia langsung mengucapkan belasungkawa mendalam atas meninggalnya Ali.
Ali yang memiliki filosofi bertarung "Terbang Bagai Kupu-kupu, Menyengat Bagaikan Lebah", itu sudah menjadi figur penting di dunia tinju.
Sebelum tutup usia 74 tahun di rumah sakit di Phoenix, Amerika Serikat, setelah beberapa hari dirawat akibat masalah pernapasan. Selama tiga dekade terakhir petinju legendaris itu juga sudah menderita penyakit Parkinson.
"Kata-kata tidak bisa menjelaskan apa yang sudah dilakukan Ali untuk olahraga tinju," kata Floyd Mayweather kepada ESPN.
Ali, yang lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr adalah salah satu sosok yang sudah merintis jalan buat petinju muda lainnya untuk bisa berada di sini hari ini.
"Kita sudah kehilangan seorang legenda, seorang hero, dan sesosok pria hebat," sebutnya.
Di awal kariernya, Ali dikenal sebagai sosok kontroversial dan karismatik, bukan cuma di dalam ring melainkan juga di luar ring. Ia dinobatkan sebagai "Sportsman of the Century" oleh Sports Illustrated dan "Sports Personality of the Century" oleh BBC.
Orang tua Ali berasal dari lingkungan ekonomi kelas menengah. Hidupnya pun biasa-biasa saja. Tetapi memang sejak kecil mental dia sudah ditempa menjadi petarung. Maklum saja, saat itu warga kulit hitam di tempat tinggalnya mendapat perlakuan diskriminatif dari warga kulit putih. Mulai dari tempat duduk di dalam bus kota sampai kantor pos dipisahkan. Dia pun sering diejek dengan panggilan kasar.
Ali mulai belajar tinju pada usia 12. Berawal dari kegeraman dia lantaran sepedanya dicuri orang. Dia lalu datang ke kantor polisi dan bertemu petugas bernama Joe Martin. Dia mengatakan ingin memukuli pencurinya jika ketemu. Joe hanya tersenyum dan mengatakan, "Sebaiknya kamu belajar berkelahi sebelum menantang orang lain." Selain menjadi polisi, Joe adalah pelatih tinju. Dia yang mengasah bakat bertinju Ali.
Setelah merasakan asyiknya bertinju, Ali mulai mencoba peruntungan di kompetisi amatir pada 1954 sampai 1956. Perlahan tapi pasti prestasinya mulai meningkat. Empat tahun kemudian namanya makin harum saat menyabet medali emas di Olimpiade Italia. Saat dia mengalahkan petinju Polandia Zbigniew Pietrzkowski.
Setelah menggondol emas di Olimpiade, dewi fortuna sepertinya enggan jauh-jauh dari Ali. Dia kembali ke kampung halamannya dan mulai memasuki dunia tinju profesional. Sebelum bertanding biasanya dia selalu memberikan komentar terhadap lawannya, bahkan kadang sembari mengejek. Bahkan di depan wartawan dia sering bergaya menunjukkan keahlian bertarungnya. Tidak jarang dia membuat perumpamaan dengan bahasa sendiri. Sekilas memang tampak sombong, tapi itulah Ali.
Sederet nama petinju kelas berat tangguh pun takluk di tangannya. Henry Cooper, Sonny Liston, Joe Frazier, dan George Foreman adalah beberapa sosok legenda tinju dunia yang dikandaskan perlawanannya oleh Ali. Maka pantaslah dia masuk ke jajaran olahragawan masyhur. Pada 1987, dia dinobatkan masuk ke dalam Hall of Fame. Kisah hidupnya pun diabadikan dalam film berjuluk "Ali", dibintangi oleh Will Smith.
Ternyata, semasa hidupnya Ali pernah meninggalkan kesan untuk Indonesia. Dia pernah bertanding di Tanah Air, pada 20 Oktober 1973.
Saat itu, Ali menghadapi petinju asal Belanda, Rudie Lubbers. Dia sukses menang angka, setelah melalui pertarungan dalam 12 ronde di Istora Senayan, Jakarta.
Oleh publik dan pers Indonesia, pertandingan Ali melawan Lubbers disebutkan sebagai pertandingan eksibisi. Namun, nyatanya ini adalah pertandingan resmi, walau tidak memperebutkan gelar.
Ali memberikan kesan yang positif mengenai Indonesia. "Sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat, dan selalu tersenyum kepada siapapun," ujarnya kala itu.
Ali yang sudah pensiun dari tinju kembali mengunjungi Indonesia pada 23 Oktober 1996. Saat itu, dia sempat bertemu pejabat tinggi di negeri ini.
Pilosofi Terbang Bagai Kupu-kupu dan Menyengat Bagai Lebah, diwujudkan Muhammad Ali dalam gaya bertinju yang lincah sehingga sulit dipukul lawan, Namun, ia mampu melontarkan pukulan membahayakan yang mampu membuat lawannya KO. (*)