Langkah Pemerintah Bangun Listrik Sumatera Tepat

Jakarta, (Analisa). Langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meresmikan dimulainya pembangunan pembangkit listrik bergerak (Mobile Power Plant/MPP) berkapasitas 35.000 Mega Watt (MW) untuk memperkuat sistem kelistrikan Regional Sumatera sangat tepat dan diapresiasi banyak kalangan.

Pengamat Energi yang juga pen­siunan dosen FMIPA UI, Hadidjojo Nitimihardjo, dalam keterangan tertu­lisnya, di Jakarta Sabtu (4/6), menga­takan, belum pernah dalam sejarah Indonesia, seorang Presiden RI keliling ke banyak tempat untuk meresmikan pembangkit-pembangkit listrik, dari Bangka ke Aceh, terus ke Kalimantan Barat.

“Saya sudah melihat bahwa Presi­den Jokowi benar dalam mengambil langkah soal kelistrikan ini,” kata Ha­didjojo.

Apalagi, langkah Presiden Jokowi tersebut tak sejalan dengan proyek HVDC (High Voltage Direct Current) atau Kabel Tegangan Tinggi Bawah Laut, yang diusulkan oleh Menteri ES­DM Sudirman Said untuk mengaliri listrik dari Sumatera ke Jawa.

Menurut Hadidjojo, ide proyek HDVC usulan Menteri ESDM itu per­lu dipertanyakan, sebab saat ini pulau Sumatera masih kekurangan pasokan listrik.

“Sudirman Said harus jujur soal HD­VC ini sebenarnya proyek ini un­tuk siapa? Kenapa listrik dibawa ke Ja­wa, sementara di Sumatera kekura­ngan listrik. Tiap hari ada pemadaman listrik di Sumatera, permintaan listrik di Sumatera sangat tinggi, sementara di Jawa sudah ‘over supply’ listrik,” ujar Hadidjojo.

Ia juga menuturkan, langkah direksi PLN yang akhirnya menghapus pro­yek HVDC tersebut dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RU­PTL) juga perlu diapresiasi. Se­bab, pembangunan MPP berkapasitas 35.000 Mega Watt (MW) jauh lebih bermanfaat untuk masyarakat dan pem­bangunan di Sumatera.

“Sebaiknya permintaan direksi PLN kita apresiasi dan justru kita du­kung penuh sepanjang memang tidak ada korupsi, kolusi dan nepotisme. Akan banyak suara sumbang yang mung­kin saja menyerang jajaran Di­reksi PLN oleh mereka yang dirugikan akibat mulai ketatnya kebijakan PLN,” imbuhnya.

Oleh karena itu, ia berharap jangan sampai optimisme Presiden Jokowi yang ingin menjalankan program un­tuk pembangunan dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia malah terb­entur oleh tender-tender yang tidak benar karena intervensi kekuatan poli­tik untuk menggolkan proyek-proyek yang ada di pemerintahan.

“Optimisme Presiden Jokowi da­lam menjalankan program Nawaci­ta­nya harus kita kawal jangan sampai hal tersebut dirusak oleh tender-tender yang tidak benar,” tutup Hadidjo­jo. (Ant)

()

Baca Juga

Rekomendasi