Oleh: David Siagian
Masyarakat perkotaan di bisa dipastikan tidak pernah melihat, apalagi menikmati, jernihnya air sungai yang mengaliri pemukiman padat penduduk. Sebab, memang, bila kita amati sungai yang mengalir di kota sebagian besar airnya keruh, penuh sampah, berwarna coklat kehitaman dan berbau.
Tidak dapat dipungkiri, fakta-fakta di atas disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan. Sungai yang seharusnya membawa manfaat, malah dijadikan tempat pembuangan sampah dan segala sesuatu yang bernama sisa-sisa yang tak berguna dan kotor. Sungai yang sedianya menjadi berkah, sering berubah menjadi malapetaka.
Memang sungguh ironis, sepanjang tahun fungsi dan manfaat sungai hampir dilupakan dengan menjadikannya sebagai tempat pembuangan segala macam limbah, baik rumah tangga maupun industri. Segala sesuatu yang dianggap tak berguna lagi dibuang ke dalam sungai. Orang baru mengingat sungai justru setelah terjadi bencana.
Banjir yang menjadi agenda rutin setiap tahun hampir dipastikan datang, merupakan menjadi peringatan, namun cepat dilupakan. Padahal bencana banjir sering terjadi akibat ulah masyarakat yang tidak memedulikan kelestarian sungai. Akibatnya, sungai menjadi penuh sesak dengan berbagai macam benda, dan tidak mampu lagi menyerap debit air hujan. Namun “anomali” ini seakan sudah dianggap lumrah atau biasa.
Persoalan Pelik
Sampah memang sudah menjadi persoalan pelik, terutama di perkotaan, yang tak kunjung teratasi. Setiap hari, berton-ton sampah dihasilkan dari sisa-sisa pembuangan makanan, plastik, limbah rumah tangga maupun industri.
Jika satu hari saja sampah-sampah rumah tangga tidak diangkut ke pembuangan, maka bisa dibayangkan sampah akan menggunung. Sempitnya lahan pembuangan serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan membuat persoalan sampah semakin rumit.
Gaya hidup masyakarat modern yang hedonis memicu persoalan sampah semakin parah. Meningkatnya taraf hidup masyarakat kelas menengah mendongkrak tingkat konsumsi barang dan makanan. Ditambah dengan gaya hidup boros dan kurang menghargai produk. Bayangkan, segala macam produk yang dipasarkan, baik makanan maupun non makanan, laris manis di pusat-pusat perbelanjaan.
Sistem kapitalisme yang merangsek jauh ke seluruh sendi-sendi kehidupan terus menawarkan produk-produk terbaru yang dibungkus dengan slogan-slogan sangat menarik. Kemasan-kemasan barang pun dibuat begitu menarik untuk memikat konsumen. Tanpa kita sadari, kemasan produk yang dibuat begitu menarik dan terlihat sangat indah itu, dalam jangka beberapa menit atau bahkan hanya dalam hitungan detik akan berubah jadi sampah yang tidak berguna. Bumi sepertinya dipenuhi sampah.
Persoalan lain yang sama peliknya adalah perilaku masyarakat perkotaan yang “menduduki” hampir semua bantaran sungai di perkotaan. Pemukiman yang dibangun liar (kebanyakan) di sepanjang tepi aliran sungai menjadi persoalan amat klasik yang entah kapan dimulai.
Bantaran sungai yang seharusnya bersih dari pemukiman malah dijadikan kompleks perumahan “asri” yang murah. Bukan sebatas bantaran, badan sungai pun dijadikan lahan pemukiman penduduk.
Lagi-lagi, ini merupakan persoalan rendahnya kesadaran warga akan lingkungan ditambah dengan kedegilan hati yang kerap menentang penggusuran, meski sadar tanah yang diduduki bukan hak milik. Sungai manjadi sasaran empuk pembuangan limbah rumah tangga.
Butuh Perubahan Mental
Harus disadari bahwa sungai merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sungai memberi banyak manfaat bagi manusia segala makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Salah satu yang sangat vital adalah manfaat sungai untuk pengendalian banjir. Banjir tahunan yang dialami penduduk perkotaan selalu membawa dampak negatif bagi semua pihak. Tetapi, bukan mustahil bencana banjir dapat diatasi atau dicegah sebelum terjadi.
Dalam hal ini, manfaat sungai sebagai penampung debit air yang turun ke tanah melalui hujan menjadi sangat penting. Air hujan yang turun akan berkumpul dan mengalir ke suatu tempat dan sungai menjadi tempat penampungan dari air hujan. Apabila sungai berfungsi dengan baik akan dapat mengendalikan banjir, paling tidak, mengurangi genangan di jalan-jalan atau pemukiman penduduk.
Sungai sedianya dapat mengalirkan air dari hulu atau sumber air menuju ke hilir, alias tempat di mana sungai itu bermuara. Dengan demikian, penumpukan air dapat dicegah. Faktanya, kebanyakan sungai di perkotaan tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai pengendali banjir karena pendangkalan dan penyempitan badan sungai akibat disesaki dengan sampah.
Di kota-kota besar di negara-negara maju, sungai dijadikan sebagai rumah bagi kehidupan beragam hayati. Sungai menjadi tempat terjalinnya hubungan ekosistem yang baik antara lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya. Di Jepang misalnya, terdapat sungai-sungai yang indah karena dipelihara dan ditata dengan baik, sehingga air yang mengalirinya terlihat begitu bening. Selain menjadi pemandangan yang indah, ikan-ikan yang hidup di sungai bisa mejadi sumber mata pencaharian masyarakat.
Selain itu, sungai dapat dijadikan sebagai objek wisata yang murah dan mudah dijangkau. Sempitnya lahan di perkotaan membuat sungai-sungai yang membelah pemukiman sangat berpotensi dijadikan tempat berlibur keluarga. Banyak sekali hiburan yang didapat ketika berlibur di pinggiran sungai, tentunya bila sungai ditata dengan baik.
Nah, yang tak kalah pentingnya, sungai memiliki manfaat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain seperti yang sudah disebutkan sebelumnya -sungai dapat menjadi objek wisata keluarga dan sumber mata pencaharian- manfaat sungai yang tak kalah vital adalah untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yakni sebagai sumber air bersih untuk mandi, cuci, bahkan untuk air minum.
Menjadikan sungai menjadi berkah dan bermanfaat bagi kehidupan, dan bukan malah membawa petaka, perlu kerja keras semua pihak baik pemerintah di pusat hingga di daerah-daerah dan juga masyarakat. Ini bukan pekerjaan mudah mengingat buruknya perilaku warga terhadap kelestarian telah berlangsung lama.
Upaya beberapa kapala daerah mengembalikan sungai telah menunjukkan kemajuan. Oleh sebab itu, butuh perubahan mental masyarakat agar fungsi dan manfaat sungai dapat dirasakan secara nyata. Mulailah dari sekarang tidak membuang sampah ke dalam sungai.
(Penulis adalah pemerhati lingkungan dan masalah-masalah sosial)