Oleh: Azmi TS
PEREKAAN bentuk objek lukisan surealisme terlihat aneh, namun dari balik keanehan itu muncul pula keindahan seni. Terkadang bentuk itu memunculkan kejenakaan, tapi bisa juga seram. Umumnya pelukis surealisme memang selalu memunculkan objek yang berwujud seram dan aneh. Keanehan itu bukan berarti melalaikan keindahan seni, melainkan suatu bentuk kegilaan ide aliran seni yang satu ini.
Keanehan lukisan surealisme tersebut, bisa ditelusuri dari sisi pendekatan fotografi dan sudut pandang imajinasi. Sisi visual fotografi apabila objek lukisan diungkap mirip pengambilan objek dengan alat kamera. Perekaan objekpun masih mengambilkan secara pandangan mata biasa. Secara visual mimpi ungkapan objek sudah menjauhi dari kenyataan. Mereka lebih sering memunculkan objek baru bukan sesuai bentuk aslinya (amorfik).
Lukisan bercorak surealisme fotografis ada dalam karya Lucia Hartini, Hening Purnamawati dan I Wayan Cahya. Objeknya yang aneh diambil dari alam mimpi (bawah sadar) dibuat oleh F. Santosa, Soetjipto Adi,dan Asri Nugroho. Surealisme imajinasi Ivan Sagito, Agus Kamal, Amang Rahman, Koeboe Sarawan adalah nama sudah akrab. Bahkan ada tambahan khasana surelisme imajinasi yakni Isa Ansory, dan Susilo Budi Purwanto.
Ketika nama terakhir itu adalah penerus melahirkan kembali semarak surealisme membumi kembali di tanah air iniLukisan I Wayan Cahya “Elang, 1992” menampilkan gejala surealisme imajinasi (menggambarkan objek amorfik). Surealisme imajinasi I Wayan Cahya adalah bentuk lain ungkapan objek yang aneh. Lukisan “Sang Pencipta” 1992 karya I Wayan Cahya menegaskan, surealisme itu masih eksis sampai kini.
Penonjolan keanehan seakan menguatkan sufisme bacaan itu. Simbol sufisme itupun diolahnya dari tektur kayu pada kaligrafi tersebut. Kreativitas pelukis muda ini membuktikan stigma lukisan yang tak banyak peminatnya. Generasi baru penerus gaya surealisme penonjolan keanehan itu dahulu diperkenalkan Amang Rahman. Surealisme amorfik (alam mimpi) bergaya sufisme pada lukisan Amang Rahman murni mengungkap simbol kaligrafi.
Kalau gaya Hening Purnamawati penonjolan karakter objeknya cenderung surealisme imajinasi. Keindahan lain terlihat dalam karya Lucia Hartini yang banyak bermain-main dengan objek awan, air dan tumbuhan. Bahkan yang paling menakjubkan adalah merekayasa wajah atau benda alam. Objeknya sama, tapi berkreasi berbeda tak mengherankan karya mereka lebih banyak diminati mancanegara.
Surealisme imajinasi I Wayan Cahya memang lebih bebas mengungkapkan spirit berkreasi baru mereka yang militan. Adanya kebebasan tak berbatas dan terikat membuat mereka militan agar surealisme tak mati suri. Semangat itu masih tetap menyala meskipun tak banyak yang meyakininya. Salut buat I Wayan Cahya Cs, gagah berani menonjolkan keanehan simbol unik sekaligus indah tersebut.