Mengapa Pergi ke Universitas?

Oleh: Roy Martin Simamora

Barangkali, ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benak para siswa sebelum mereka memutuskan memilih universitas yang mereka minati. “Kenapa saya harus kuliah?, kenapa saya harus memilih universitas ini?, apa tujuan saya pergi ke universitas?, apakah ada gelar universitas yang dibutuhkan untuk sukses di kemudian hari?, apakah biaya universitas sekarang sudah terjangkau?, apakah setelah memiliki atau tidak memiliki gelar akan membuat perbedaan yang signifikan dalam hidup saya?.” Bagi para siswa mereka akan berlomba-lomba masuk universitas favorit, dan memilih jurusan favorit dengan harapan universitas dan jurusan yang mereka pilih nantinya dapat mengubah hidup mereka. Lalu, setelah mereka memutuskan memilih universitas mana yang akan mereka kejar dan mungkin mereka akan memilih universitas-universitas dengan standar yang tinggi dianggap yang terbaik dari semuanya, lantas muncul lagi pertanyaan, tapi berapa biayanya yang harus saya keluarkan?. 

Pada satu titik atau hal lain dalam kehidupan sekolah tinggi, siswa dihadapkan dengan satu pertanyaan besar: “apakah mereka harus pergi ke universitas?” Beberapa siswa memutuskan untuk tidak pergi ke universitas. Mereka mungkin berpikir bahwa pendidikan tinggi tidak penting bagi mereka atau mereka memiliki sesuatu yang lebih bermakna untuk dilakukan. Sebagian siswa lainnya barangkali memutuskan untuk pergi ke universitas. Meskipun siswa ini berpikir bahwa sangat layak menghabiskan empat tahun ke depan di kelas, alasan mengapa mereka berpikir begitu karena berbeda dengan siswa yang lain. Ada beberapa alasan mengapa para siswa pergi ke universitas: alasan kepentingan akademis, karir masa depan, atau kehidupan sosial.

Pertama, banyak mahasiswa memilih pergi ke universitas untuk belajar topik tertentu secara mendalam. Kurikulum universitas memungkinkan mahasiswa untuk memilih sebuah jurusan favorit. Ini adalah perbedaan yang signifikan dari sekolah tinggi, yang mengharuskan mahasiswa untuk mengambil berbagai kelas terlepas dari kepentingan mereka. Selain itu, universitas menawarkan sejumlah program khusus dalam satu disiplin, dan kursus ini diajarkan oleh para ahli di bidangnya masing-masing. Jadi, misalnya, mahasiswa yang tertarik dalam politik bisa mengambil jurusan di ilmu politik dan mengambil kursus tentang sistem politik, filsafat politik, perbandingan politik, dan mata kuliah yang spesifik lainnya adalah topik yang terkait dengan politik. 

Selain itu, universitas memiliki berbagai fasilitas penelitian yang membantu mahasiswa belajar, seperti perpustakaan, laboratorium, dan ruang komputer. Seperti kurikulum, program, fakultas, dan fasilitas memungkinkan mahasiswa untuk mengejar tujuan akademis mereka dalam bidang pilihan mereka, dan ini adalah salah satu alasan mengapa mereka pergi ke Universitas.

Alasan yang lain mengapa pergi ke universitas adalah bahwa pendidikan tinggi sering mengarahkan siapapun ke karir yang lebih baik di masa depan. Di banyak negara maju, perusahaan cenderung mencari lulusan universitas untuk mengisi posisi-posisi yang memiliki tanggung jawab lebih besar dan gaji yang lebih tinggi, seperti manajer dan supervisor. Selanjutnya, untuk profesi tertentu termasuk dokter, pengacara, dan guru di sekolah, gelar universitas adalah suatu kebutuhan. Sebagai tambahan, beberapa universitas menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh keterampilan praktis yang bisa berguna di dunia nyata. Misalnya, mereka menawarkan kursus di bidang akuntansi, pengolahan data, dan bahasa asing, serta program magang di mana mahasiswa dapat merasakan pengalaman bekerja di sebuah perusahaan dan belajar bisnis keterampilan. Singkatnya, beberapa mahasiswa memilih pergi ke universitas karena gelar universitas dan keterampilan praktis mereka dapat memperoleh akan membawa mereka kesempatan kerja yang lebih baik di masa depan.

Pada akhirnya, untuk beberapa mahasiswa, membuat teman-teman dan menikmati kehidupan sosial dengan aktif dapat menjadi alasan yang cukup untuk tinggal di sekolah selama empat tahun. Di universitas, mahasiswa memiliki kesempatan untuk bertemu orang-orang yang datang dari tempat yang berbeda dengan beragam latar belakang. Mereka mungkin berada di kelas yang sama dengan mahasiswa yang bekerja saat menghadiri sekolah, orang tua yang sudah pensiun kembali ke kuliah, atau mahasiswa yang berasal dari negara-negara lain. Selain itu, universitas memiliki berbagai klub dan organisasi-organisasi kemahasiswaan, seperti tim olahraga, kelompok hobi, kelompok teater, dan kelompok kesadaran sosial. Karena bergabung dengan mereka, mahasiswa dapat menghabiskan waktu dengan orang lain yang memiliki kepentingan yang sama. Demikian, universitas menjadi tempat yang pas untuk memenuhi berbagai kelompok orang dan membina sebuah hubungan, dan kesempatan ini juga menarik beberapa mahasiswa untuk memilih pendidikan tinggi.

Test dan Tujuan

Adalah hal yang lumrah dibeberapa Negara, sebelum para siswa masuk ke sebuah universitas yang idamkan, mereka lebih dulu menjalani tes yang panjang dan melelahkan. Tes inilah yang akan menjadi standar kelulusan para siswa di seluruh universitas yang mereka tuju. Lulus. Setelah lulus, mereka kemudian disebar diberbagai universitas, para calon mahasiswa diwajibkan mengikuti segala peraturan administratif dan akademik kampus. Mulai dari mengikuti acara penerimaan mahasiswa baru sampai acara yang menguras dan melelahkan, testimoni dan ramah tamah antar mahasiswa baru dengan senior. 

Seminggu kemudian, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan dikelas. Dosen membagi kontrak kuliah, memberi intruksi, memberi tugas kuliah. Mahasiswa harus rajin berdiskusi, rajin bertanya-menjawab, membaca, menulis, mengerjakan tugas/laporan kuliah, pergi ke perpustakaan dan seterusnya. Semua kebiasaan ini dilakukan secara rutin dan berulang-ulang. Mahasiswa memiliki ekspektasi yang tinggi agar mendapat hasil yang maksimal. Bagi mahasiswa yang bekerja keras akan mendapat nilai yang baik atau justru sebaliknya. 

Setiap semester mahasiswa harus menyelesaikan semua persyaratan akademik. Melewati rangkaian tes dari dosen. Ujian terakhir. Menyelesaikan total kredit dalam tiga atau empat tahun. Wisuda. Tamat. Mencari lapangan pekerjaan yang cocok dengan bidangnya. Begitu seterusnya, siklus pendidikan dalam perguruan tinggi berputar.

Saya merasakan bahwa pendidikan yang saya jalani memberi ruang berpikir yang sangat sempit dan cenderung melihat hasil bukan proses dalam menjalani kuliah. Semua mahasiwa atau sebagian mahasiwa yang berhasil melewati masa kuliah di universitas memiliki tujuan yang berbeda-beda. Tidak peduli apakah mereka paham atau tidak dengan yang mereka pelajari. Atau mungkin sedikit paham dengan yang mereka pelajari. Barangkali, beberapa mahasiswa tidak akan ingat dengan sesuatu yang mereka telah pelajari di semester pertama. Atau mahasiswa hanya mengingat nama, tanggal, tempat lalu kemudian lupa. Saya merasa tidak semua yang saya dapat ketika kuliah di universitas. Ada yang beranggapan kalau kuliah adalah jalan yang sangat ampuh menuju masa depan. Makanya mereka berlomba pergi ke universitas. 

Saya teringat dengan pidato seorang mahasiswa yang baru saja menamatkan kuliahnya dari universitas. Tulisan ini tentu saja menohok batin saya, dan mungkin bagi siapa saja yang membacanya. Dia menuliskan teks pidato itu dalam sebuah blog pribadinya berjudul “coxsackie-athens-valedictorian-speech”. Isi teks pidato itu tentu saja mengkritisi sistem pendidikan Amerika yang masih diliputi dilemma. Saya terenyuh pada bagian isi teks pidato tersebut. Saya nukil: “The saddest part is that the majority of students don't have the opportunity to reflect as I did. The majority of students are put through the same brainwashing techniques in order to create a complacent labor force working in the interests of large corporations and secretive government, and worst of all, they are completely unaware of it. I will never be able to turn back these 18 years. I can't run away to another country with an education system meant to enlighten rather than condition. This part of my life is over, and I want to make sure that no other child will have his or her potential suppressed by powers meant to exploit and control. We are human beings. We are thinkers, dreamers, explorers, artists, writers, engineers. We are anything we want to be - but only if we have an educational system that supports us rather than holds us down. A tree can grow, but only if its roots are given a healthy foundation..”

Apa makna yang hendak disampaikan pada tulisan itu. Tentu saja tulisan itu mewakili perasaan penulis. Dan saya menyimpulkan tidak semua mahasiswa memiliki keberanian dan berpikir jernih seperti itu. Merangsang pemikiran kritis. Meruntuhkan dinding-dinding kemunafikan. Pendidikan yang dia alami cenderung meninggalkan esensi manusia, yang pada dasarnya memanusiakan manusia. Pendidikan yang tidak mengajarkan bagaimana menjadi seorang pemikir, mengajarkan kehidupan, kasih sayang, kemanusiaan atau hidup. Pendidikan yang mengajarkan manusia sebagai pekerja. Dia merasa bahwa semua yang dijalani hanya mengajarkan tentang tes. Yang pada akhirnya, test dan mendapat nilai tinggi tak gunanya dimasa depan. Bagaimana dengan pendidikan kita saat ini?. Saya kira itu menjadi pertanyaan dalam benak kita sebagai guru, dosen, guru besar, bahkan professor yang bergiat di dunia pendidikan. 

Hemat saya, terlepas dari itu semua, siswa-siswa yang pergi atau tidak pergi ke universitas mungkin memiliki alasan yang berbeda. Siswa yang memilih pergi ke univeristas, memiliki alasan utama, yaitu untuk mengeksplorasi bidang akademik yang mereka minati. Beberapa siswa memilih pergi ke universitas untuk memperoleh pekerjaan yang layak di masa depan. Lainnya, beberapa siswa memilih pergi ke universitas untuk bertemu orang-orang dengan latar belakang yang berbeda dan memperbanyak relasi/persahabatan. Namun, bagi yang tidak memilih pergi ke universitas, memiliki alasan karena pendidikan tidak menjamin sukses, pergi ke universitas butuh biaya besar serta embel-embel yang lain. Apapun alasannya, penting bagi siswa untuk mengingat mengapa mereka pergi ke universitas dan tidak memilih pergi ke universitas, harus melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan mereka. ***

Penulis adalah Alumni Universitas Negeri Medan. Kini sedang melanjutkan Studi Master di National Dong Hwa University, Taiwan

()

Baca Juga

Rekomendasi