Benda Purbakala di Museum Sumut

Oleh: Maulana Syamsuri.

Tidak kurang dari 7000 ben­da-benda purbakala tersim­pan di Museum Negeri Provinsi  Sumatera Utara. Benda-benda itu merupakan peninggalan se­jarah budaya. Mmulai dari masa prasejarah, klasik  Hindu-Bu­dha-Is­lam. Juga sejarah masa kolonial dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Di Museum ini juga tersim­pan  koleksi  benda yang berasal dari daerah lain di Indonesia dan negara lain seperti Thailand. Museum Negeri Provinsi Suma­tera Utara telah menerima peng­hargaan sebagai museum terba­ik di Indonesia. Penghargaan ini karena pelestarian Cagar Buda­ya dan Permuseuman yang di­lak­sanakan oleh Direktorat Pe­lestaraian  Cagar Budaya dari per­meseuman Kemendikbud. Penghargaan ini diberikan pada 2 Oktober 2015 di Jakarta.

Penulis  baru-baru ini sengaja mengunjungi Museum Negeri Pro­vinsi Sumatera Utara di Jalan HM Joni no.51 Medan. Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai daerah sedang berkunjung untuk mengenal lebih dekat museum tersebut. Setiap hari museum ini dipadati pengunjung, terutama para siswa dan mahasiswa dari berbagai daerah.

Museum ini diresmikan 19 April 1982 oleh Menteri pendidi­k­an dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesoef. Perletakan batu perta­ma berupa sepasang Arca Ma­kara yang menjadi koleksi per­tama dilakukan oleh Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno, pada tahun 1954. Arca Makara ber­asal dari Biara Sitopayung di Situs Percandian Padang La­was. Museum ini dikenal ma­sya­rakat dengan nama Museum Gedung Arca.

Makara adalah patung batu yang bentuknya seperti perpa­duan kepala binatang air dan gajah. Di tengah mulutnya ter­dapar relief manusia berdiri. Pa­da posisi sebenarnya Makara ter­dapat dalam bnagunan suci  (candi). Diletakkan di kiri kamar pintu masuk candi yang menurut kepercayaan berfuugsi sebagai penolak bala.

Sejak diresmikan hing­ga ta­hun 1999 Museum Negeri Pro­vin­si Sumut meru­pa­kan  Unit pelaksana Teknik. Dikelola di bawah  naungan Dirjen Depdik­bud. Setelah otonomi daerah pa­da tahun 2.000 pengelolaan museum diserahkan sepenuhnya kepada Pemda Provsu.  Sebagai pelaksana teknis Dinas  Kebu­da­yaan dan Pariwisata Provsu.

Bangunan museum ini me­nem­pati lahan 10.468 M2. Ba­ngu­nan terdiri dari 2 lantai dan bangunan pendukung. Bangu­nan induk berfungsi untuk ruang pameran tetap, ruang audio visual dan  ruang ceramah. Arsi­tektur bangunan melukiskan ru­mah tradisional Sumatera Utara.  Bagian atap depan dipenuhi de­ngan orneman dari Suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Angkola, Mandailing Pakpak dan Nias.

Ruang pamer tetap menem­pa­ti dua lantai di bangunan uta­ma. Pameran tetap diatur berda­sar alur sejarah yang dimulai da­ri ruang yang menampilkan koleksi prasejarah. Ruang Su­ma­tera Utara kuno, ruang Hindu-Budha, Ruang Islam, Ruang Kolonial, Ruang Sejarah Perjua­ngan.

Juga Ruang Gubsu dan Pah­la­wan Nasioanl serta Taman Pur­bakala. Ruang pamer tetap di lantai 2 terdapat ruang etno­grafi, Ruang kesenian tradisional dan ruang koleksi khusus negara lain.

Salah satu tugas dan fungsi mueum, melakukan pe­nge­lolaan. Meliputi pengumpul­an, perawatan, pengawetn, pe­neli­tian dan penyajian benda-benda yang memiliki nilai seja­rah. Ter­utama budaya dan ilmiah. Juga melakukan urusan perpustaka­an dan dokumentasi ilimiah. Termasuk publikasi penelitian koleksi dan memberikan bimbi­ngan edukatif kultural.

Keanekaragaman koleksi museum  Negeri Provinsi Suma­tera Utara, tidak terlepas dari ke­anekaragaman pendukung bu­da­ya di Sumatera Utara. Terdiri da­ri koleksi suku Melayu, Batak (Toba,Mnadailing/Angkola Si­ma­lungun, Karo, Pakpak). Juga Nias, Pesisir Sibolga dan Tapa­nuli Tengah serta suku penda­tang seperti Jawa, Minang, China, India dan lain-lain.

Sampai saat ini jumlah kolek­si ada 7000  benda purbakala. Se­bagain besar adalah benda as­li. Klasifikasi koleksi meliputi, geologika/Geografika, Biolo­gika, etnografika, arkeologika, his­torika, Numismatika, heral­dika, filologika, keramologika,  koleksi seni rupa dan teknologi modern.

Lantai 1 (lobhy) museum ini menampilkan koleksi kehidupan prasejarah. Koleksi yang meli­puti replika fosil manusia purba, beberapa jenis binatang yang diaewetkan. Juga diorama kehi­dupan prasejarah serta beragam perkakas prasejarah, antara lain kapak batu, kapak genggam, kulit kerang dan gerabah.

Lantai 1 Sisi Barat menam­pil­kan peradaban awal masya­rakat Sumut. Meliputi temuan budaya megalitik yang berhubu­ngan dengan kepercayaan ben­da-benda religi. Berupa peti ma­ti Nias, benda-benda berupa pa­tung kayu dan patung batu. Juga tongkat tunggal penaluan, sahan serta koleksi naskah Batak Karo yang disebut pustaha lak-lak.

Di ruang ini ditampilkan ko­leksi peninggalan budaya  Hindu-Budha, arca Dewa Wisnu, arca Dewi Laksmi. Koleksi lainnya be­rupa arca batu dan acra pe­runggu yang ditemukan  di situs percandian  Padang Lawas, pa­da abad 8-14 M. Terdapat juga koleksi  berbagai artefak pening­galan  masa Islam. Seperti ber­ba­gai batu nisan berasal dari Ba­rus, nisan Syekh Rukunuddin da Syekh Mahmud di abad 14-15. Koleksi lainnya berupa keramik  yang ditemukan di kota China La­buhan Deli, diperkirakan ber­asal dari  abad 11-14 M.

Di ruang ini juga dipamerkan Al Qur’an yang ditulis tangan serta replika Masjid Azizi Lang­kat. Juga dipajang  tentang ko­lonialisme. Koleksi berupa ko­mo­diti perdagangan masa kolo­nial, alat alat dan mata uang per­kebunan, perdagangan mau­pun rempah-rempah,. Foto-foto ba­ngu­nan bersejarah, model figur kolonial serta replika dari kehi­dupan kota Medan tempo doe­loe.

Lantai II Barat. Menyimpan koleksi alat-alat pertukangan, alat makan sirih, replika proses pembuatan senjata/pandai besi, transportasi tradisional. Juga je­nis-jenis senjata tradisional, tim­bangan,tumba ,alat berburu dan peti mati Batak Toba.

Lantai II Timur, menampil­kan seni budaya. Antara lain pa­kaian, kerajinan tradisional, berupa keramik, anyaman dan tenun. Juga ditampilkan hasil tenunan Melayu berupa kain songket. Tenun dari Toba (Ulos). Tenunan Batak Karo (Uis),  te­nun Batak Angkola/Mandiling  (Abit) Batak Simalungun (Hiou). Juga tenun Batak Pak-pak/Dairi (Oles). Juga dipamerkan alat-alat pertenunan tradisional.

Topeng juga dipamerkan. Pa­da masa lalu topeng berkaitan dengan kepercayaan.  Dipamer­kan topeng suku Batak laki-laki dan perempuan. Di Simalungun topeng disebut hoda-hoda. Di Karo disebut gundala-gundala. Dipamerkan juga di ruang ini pa­tung Si Gale-gale.

Di ruang ini juga dipamerkan alat musik tradisional, antara lain Gundang Sembilan dari Tapsel, Gong dari Karo, Sarune dan Ga­rantung  dari Toba.

Lantai I Timur. Memamer­kan koleksi  foto para pahlawan na­sional berasal dari Sumatera Utara. Juga foto mantan Guber­nur Sumut yang sudah memba­ngun daerah ini. Juga ditampil­kan display tentang perjuangan  ma­syarakat Sumatera Utara se­jak 1908 sampai masa revolusi fisik  1945-1949.  Juga ditampil­kan sejarah perjuangan pers tra­disional dan modern. Obat-obatan tradisional dan  peralatan komunikasi.

Di halaaman dalam bangunn  museum ini terdapat taman yang digunakan untuk tempat pena­taan beberapa koleksi dari batu. Di antaranya adalah artefak can­di berupa makara. Ada pra­sasti  terbuat dari batu yang meng­gunakan haruf Jawa kuno berasal dari Candi Sitopayan Pa­dang Lawas. Koleksi lainnya  be­rupa stamba, arca singa, arca kepala buaya. Terdapat juga ko­leksi berupa nisan yang beraal dari Barus, Tapanuli Tengah dan patung batu dari Nias Selatan berbentuk manusia laki-laki dan perempuan serta osa-osa.

Filateli atau perangko juga di­pamerkan di museum ini. Ber­bagai jenis mata uang juga di­pamerkan di museum ini. Juga berbagai jenis keramik. Kera­mik berasal dari kata  Caramos, nama dewa Yunani yang meng­u­a­si benda-benda, tanah dan alat bakar. Benda dari tanah liat ini sudah dikenal sejak masa prase­jarah.

Di Sumatera Utara benda-benda tembikar yang berusia  tua ditemukan di situs bersejarah. Antara lain di Situs Lobu Tua dan Makam di desa Bukit Ha­sang di Barus.  Juga di Situs Kota China Medan Marelan.

Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Rupa Universitas Negeri Medan banyak membarikan bahan-bahan untuk  museum ini.

Ingin mengetahui pola kehi­dupan manusia prasejarah dan benda-benda purbakala? Ayo ramai-ramai ke Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Ketika pulang akan membawa segu­dang ilmu pengetahuan.

Penulis; sastrwan/novelis.

()

Baca Juga

Rekomendasi