Jangan Lupa Diri

Oleh: Jekson Pardomuan

Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. – 1 Yohanes 2 : 16

Bagaimana rasanya kalau ketemu teman atau sahabat yang tiba-tiba berubah menjadi angkuh, sombong dan merasa sudah di atas angin ? Sebagian dari kita mugnkin akan merasa kesal, marah atau langsung menegurnya. Ada juga yang hanya mengelus dada dan mengucap sesuatu di dalam hatinya saja.

Orang-orang yang angkuh, sombong dan merasa di atas angin saat ini sangat banyak jumlahnya. Baru punya mobil, punya rumah atau punya sesuatu yang menurutnya berkat dari Tuhan, tetapi perilakunya sangat bertolak belakang dengan ucapannya. Katanya berkat dari Tuhan, akan tetapi sikapnya bukan seperti anak Tuhan.

Suatu ketika, ketika seorang yang merasa harus meminta tolong kepada seseorang yang hartanya sangat berlimpah, boleh dikatakan termasuk orang kaya berat. Saat orang yang membutuhkan pertolongan tadi datang dan menemuinya, jawaban yang terlontar adalah, kenapa harus cari saya ? Kan masih banyak orang lain yang lebih kaya ?

Padahal, kalau orang kaya tersebut memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan tersebut mungkin jumlahnya tidak seberapa. Permohonan bantuan yang disampaikan mungkin untuk membayar kebutuhan keluarganya, atau menambah uangnya yang kurang untuk menebus obat salah seorang dari anggota keluarganya. 

Kalau memang kita benar-benar merasa segala sesuatu adalah bersumber dari Tuhan, dan kita mengucap syukur pada Tuhan atas berkat yang diberikan, kenapa begitu berat kita untuk berbagi dengan sesama ? Kita terkadang lupa diri saat harta sudah berlimpah, lupa pada proses kita dibentuk oleh Tuhan untuk mencapai segala sesuatu yang kita miliki saat ini. 

Taka da salahnya kita belajar dengan kehidupan Daud dalam ketaatan dan takut akan Tuhan. Namun, pada masa kejayaannya, Daud malah jatuh ke dalam dosa. Tuhan mengutus Natan mendatangi Daud. Ia menceritakan perumpamaan tentang orang kaya yang memiliki banyak kambing domba dan lembu sapi dan orang miskin yang hanya memiliki seekor anak domba betina, yang dibeli dan dipeliharanya seperti anak perempuan. Ketika orang kaya itu kedatangan tamu, ia merasa sayang mengambil hewannya untuk dimasak dan dengan seenaknya mengambil domba betina kepunyaan si miskin. 

Mendengar kisah itu, Daud marah dan dengan tegas hendak menghukum si kaya. Natan menyatakan, orang kaya itu tidak lain Daud sendiri. Ia memang telah mengambil isteri Uria dan tanpa merasa bersalah menyusun strategi perang yang akhirnya membuat Uria meninggal. Tampaknya Daud lupa diri. Karena merasa Tuhan di pihaknya, ia malah berbuat sesuka hatinya tanpa memikirkan akibatnya.

Siapa pun dari antara kita pasti pernah lupa diri. Lupa bahwa kita dulu orang berdosa dan kini telah ditebus oleh darah-Nya yang kudus. Lupa bahwa hidup kita seutuhnya adalah milik Allah. Lupa bahwa kita hidup untuk melakukan kehendak-Nya, yaitu mewartakan kabar baik. Oleh karena itu, janganlah sampai kita lupa akan jati diri kita. Jika kita lupa diri, dosa telah mengintip di depan mata kita.

Amsal 29 : 23 menuliskan “Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.”

Firman Tuhan dalam Alkitab sesungguhnya sangat banyak memberikan perumpamaan dan peringatan kepada kita agar tidak angkuh, sombong dan lupa diri. Ketika kita mulai merasa diberkati Tuhan dengan kelimpahan, maka disaat itu pula perasaan sombong dan keangkuhan mengikuti kita. Kalau kita tidak kuat dalam menjalankan perintah Tuhan dalam kehidupan kita maka godaan untuk menjadi orang yang sombong sangat mudah merasuki kita.

Amsal 15 : 16 menuliskan “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan.” Dalam kehidupan nyata pun kita bisa saksikan, ketika seseorang semakin banyak hartanya, maka kecemasan besar akan menyertainya. Saat orang yang sangat membutuhkan meminta tolong, maka orang-orang seperti ini akan sulit untuk berbagi. Ia merasa harta benda yang ia peroleh adalah hasil jerih payahnya sendiri. Terkadang orang-orang seperti ini lupa kalau harta dan kekayaan yang diperoleh berasal dari Tuhan.

Kita haru sadar, bahwa kita lahir ke dunia ini dengan telanjang. Saat kita mati pun kita juga telanjang. Kalau pun tubuh kita dibungkus, paling juga hanya dengan baju yang melekat dan peti mati yang membungkus tubuh kita yang sudah tak bernyawa. Ketika kita sudah menemui ajal atau kematian, apakah harta yang kita tumpuk selama kita hidup bisa kita bawa ke liang kubur ? Kiranya firman Tuhan ini dapat menggugah kita untuk lebih menguatkan iman percaya kita. Jangan lupa diri saat kita memperoleh sesuatu yang sangat berharga. Bersyukurlah senantiasa dan belajar untuk menjadi berkat bagi orang lain. Karena kita diberkati untuk memberkati. Amin.

 

()

Baca Juga

Rekomendasi