Intususepsi, Usus yang Masuk ke dalam Usus

Oleh: Wiedya Kristianti Angeline, S.Ked

Intususepsi yang merupakan salah satu kegawatdaruratan yang sering terjadi pada anak, adalah suatu penyakit berbahaya yang melibatkan usus-usus kecil atau usus besar. Pada intususepsi, sebagian usus melipat (usus yang lebih atas masuk ke usus yang lebih bawah), sehingga satu bagian menyelip ke dalam bagian lain, seperti teleskop. Usus dapat menjadi tersumbat dan akhirnya makanan dan cairan tidak bisa lewat. Aliran darah menuju usus mungkin juga terganggu sehingga berujung bagian usus tersebut terluka atau mati.

Intususepsi paling sering menjangkiti bayi dan anak-anak berusia di antara 3 bulan dan 2 tahun. Anak laki-laki dua sampai tiga kali lipat lebih sering terserang penyakit tersebut daripada anak perempuan, dan jarang di kalangan orang dewasa. Kondisi anak yang mengalami intususepsi biasanya terlihat baik dan sehat.

Penyebab dari sebagian besar kasus intususepsi tidak begitu jelas. Penyakit itu terkadang muncul setelah infeksi usus oleh virus sehingga terjadi pembesaran jaringan limfoid usus. Penyebab lain adalah benjolan nonkanker di dalam usus atau, dalam kasus langka, kanker di dalam usus. Pada anak-anak yang lebih besar, seringkali disebabkan oleh adanya sesuatu pada usus, misalnya polip, divertikulum Meckel, hemangioma, limfoma usus atau tumor. 

Anak dengan gangguan fibrosis kistik juga beresiko untuk mengalami intususepsi. Pemberian makanan selain susu ketika umur kurang dari 4 bulan juga akan berakibat buruk pada sistem pencernaan bayi pada usia tersebut (pemberian makanan tidak sesuai usia) danberpeluang menimbulkan invaginasi usus halus.

Tanda dan gejala dapat berupa adanya riwayat infeksi saluran cerna pada anak beberapa hari sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya diare serta demam. Kemudian pada tahap awal terjadinya intususepsi, anak mungkin mengeluhkan nyeri dan kram perut. Anak mulai mendadak menangis keras karena sakit di bagian perut, dan mereka biasanya akan menarik lutut mereka sampai di atas dada. Sakit di bagian perut yang parah muncul silih berganti. Anak akan menjerit-jerit kesakitan kemudian diam, menjerit-jerit kesakitan dan diam kembali. 

Anak mungkin juga muntah dan menjadi pucat dan berkeringat. Ketika penyumbatan usus semakin menjadi, usus mengalami kekurangan aliran darah dan nyeri menjadi menetap.Beberapa anak mengeluarkan tinja yang mengandung darah dan lendir (currant jelly stool)dan perut mungkin membesar. Anak mungkin menjadi lesu dan lemah. 

Tanda dan gejala lainnya meliputi diare, demam, dan dehidrasi. Gejala-gejala ini bisa terjadi berulang kali dan berlangsung selama 1-2 menit dan terjadi setiap 15-20 menit. Anak tampak cukup baik diantara masa serangan. Anak-anak yang mengalami perforasi usus juga tampak sakit dan merasa nyeri saat perut disentuh. Terkadang bisa dirasakan adanya massa berbentuk seperti sosis pada perut, yang merupakan intususepsinya sedangkan perabaan pada perut kanan bawah terasa kosong.

Diagnosis dapat ditegakkan dari riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, serta dipastikan dengan pemeriksaan foto sinar-X, ultrasonografi, ataupun CT-Scan.

Jika hasil ultrasongrafi menunjukkan adanya intususepsi, maka dilakukan enema dengan udara ataupun barium. Udara akan diberikan melalui selang kecil yang dipasang pada rektum anak dan kemudian dilakukan foto sinar-X. Tekanan dari udara yang diberikan biasanya akan mendorong usus yang mengalami intususepsi, sehingga kembali seperti semula. Foto sinar-X akan menunjukkan apakah prosedur ini berhasil atau tidak. Jika berhasil, maka anak bisa dipulangkan setelah dirawat di rumah sakit. 

Orang tua disarankan untuk memperhatikan apakah gejala muncul kembali, karena intususepsi bisa berulang dalam waktu 1-2 hari kemudian. Intususepsi yang berhasil diatasi dengan enema udara, dan tidak dengan tindakan pembedahan, bisa berulang kembali pada sekitar 5-10% anak. Bila dengan barium enema, barium enema dapat membantu diagnosis juga bertindak sebagai pengobatan. Namun, tindakan ini tidak dapat dilakukan bila anak telah mengalami syok atau telah ada tanda-tanda peradangan menyeluruh di perut (peritonitis).

Pada kasus ada tanda-tanda perforasi usus, kekambuhan, operasi diperlukan dan tidak hanya untuk memperbaiki gangguan yang ada, tetapi juga untuk melihat apakah terdapat polip, tumor, atau kelainan lain yang bisa menjelaskan mengapa intususepsi terjadi lagi. Pertimbangan lain mungkin bila anak terlihat sangat sakit, demam, atau kehilangan darah, atau jika gejala-gejala itu berlangsung selama beberapa jam, operasi akan dilakukan lebih cepat untuk mengatasi masalah. 

Terkadang bagian usus yang mengalami intususepsi bisa kembali normal tanpa terapi. Namun, jika tidak kembali, bagian usus yang mengalami intususepsi ini dapat menyebabkan sumbatan pada usus dan menghambat aliran darah pada bagian yang terkena. Jika aliran darah berhenti lebih dari beberapa jam, maka bagian usus yang terkena bisa mati. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya lubang (perforasi) pada usus yang memungkinkan bakteri untuk masuk ke dalam rongga perut dan menyebabkan infeksi berat. Intususepsi yang tidak diobati hampir selalu fatal bagi bayi dan anak kecil.

Sayangnya, pencegahan yang pasti untuk dapat mencegah intususepsi masih belum diketahui sampai saat ini.Untuk masyarakat awam, yang penting adalah memeriksakan bayi atau anaknya secepat mungkin bila terdapat gejala yang telah disebutkan. Semakin cepat keadaan ini dikenali, akan semakin baik kemungkinannya untuk memperbaiki keadaan ini dan dapat mempertahankan usus dari kematian atau pembusukan, sehingga bagian usus dapat diselamatkan dari kemungkinan dipotong.

()

Baca Juga

Rekomendasi