AKU DI BULAN JULI
Amrin Tambuse
Aku di bulan juli
menata hati yang di buli
oleh orang- orang yang iri dengki
aku masih di bulan juli
menikmati segala prestasi
yang kuraih dengan semangat terpatri
dan jiwa yang sekuat besi
aku ada di bulan juli
bergelimang dengan semua prestasi
yang telah kuraih sekuat hati
Babalan, Juli 16
BERADA DI BULANMU
Amrin Tambuse
Aku berada di bulanmu, Juli
bersama hari kemenangan
setelah aku berjuang
dengan berpuasa sebulan penuh
menahan napsu, lapar dahaga
berada di bulanmu, Juli
kunikmati kebersamaan bersama famili
dengan saling kunjung mengunjungi
agar tak putus tali silaturahmi
Juli, berada di bulanmu
hidupku serasa penuh warna
Babalan, Juli 16
PASCA LEBARAN
Amrin Tambuse
Pasca lebaran aku kembali beraktifitas
seperti sediakala berkutat dengan kertas dan pena menciptakan tulisan yang bermutu lagi bernas
Babalan, Juli 16
JULI OH JULI
Amrin Tambuse
Juli oh Juli
apa yang kucari selama ini
telah berada di hati
meski ia tak secantik bidadari
namun cintaku akan abadi
untuknya yang telah merubah hidup ini
kembali berdenyar yang kukira telah mati
Juli oh Juli
engkau adalah bulan penyatu hati
antara kami
Babalan, Juli 16
Seminggu Lebaran
Harmen Azmi
Hari menggelinding
seminggu telah berlalu
sengal napas kita tutupi lubang
sebagian kita bertanya
kapan lubang itu kita gali
Hari Baru
Harmen Azmi
Mari sambut hari baru
tak selalu cerah
tak melulu kelabu
sepasang senyum kita lepas
telah lapang dada
cuaca bukan lagi peta tak terbaca
Melepasmu Pergi
Harmen Azmi
Tidak mudah melepasmu pergi
sedang pagi masih menguncup
buku yang kita ukir seharian kemarin
masih kosong
bagaimana kelak membacamu
bila rindu mengepak-ngepak dalam jantung kau
tetap saja kau pergi
sebab ini adalah perjalanan terakhir
tak ada tawar menawar
Di Batas Waktu
Harmen Azmi
Sejak semula kita sadari
akan tiba langkah di ujung pengharapan
aku tak mengerti hendak berbuat apa
sedang kau meragu apakah ada jalan lain kita biarkan waktu menggelepar
padahal kita sadari ia semakin tipis
semakin jauh
hingga tangan kita tak lagi bisa menggapai
SEPERTI MATAKU
Niken Kinanti
Seperti mataku yang bangun dengan kenangan betapa sulitnya aku berjuang untuk mengingat apa-apa yang milikku dan apa-apa yang bukan untukku aku mencoba merasakan jari jemari dimana disana tersembunyi wajahmu segala permintaan yang datang padaku untuk tetap membuatmu tinggal
tak ada kata setelah pertemuan kita
seperti meregang pada batas-batas rel kereta
aku telah sampai untuk memuisi padamu jua
pada kata yang tak bisa kehilangan makna
bagaimana dua bola mataku selalu tertekuk pada potretmu
bagaimana semua ini dapat terangkai jadi satu takdir
seperti jembatan Titi Gantung, namamu yang tetap menghubungkan aku dan cinta
00.53.10.07.16
TAK ADA COKELAT DI SAKU BAJUMU
Niken Kinanti
Tak ada cokelat di saku bajumu
sekedar kau simpan lalu kau berikan padaku
tak ada melodi untuk kita berdua bisa bernyanyi kembali
seperti hari-hari datang dan pergi
selalu kutengok saku bajumu
yang semoga saja menyimpan bunga-bunga tak layu
lalu aku memanggilmu dengan sesak yang luar biasa
0.53.10.07.16
KUTULISKAN PUISI PADA DINDING KOTA
Niken Kinanti
Kutuliskan puisi pada dinding kota
berharap di hari Minggu pagi, ada seorang pelancong yang mau membacanya
kutuliskan dengan tinta berwarna jingga
sebab warna hitam tak bisa mewakili kepekatan jiwa
betapa ringkihnya kemalangan dalam dada manusia
ada orang-orang terjatuh di lubang yang sama
ada orang-orang yang berjalan di tempat
kutuliskan puisi pada dinding kota
semoga bukan superioritas akan kata
hanya semoga kau suatu saat mengingat pada masa
00.54.10.07.16
PERJALANAN
Niken Kinanti
Betapa berharganya perjalanan
Dari jalan, segenap pembelajaran dimulai
Berkilo-kilo runtuh pada matamu
Mengisyaratkan semu dan juga haru
00.54.10.07.16
HUJAN DI SENJA STASIUN /1/
Sisi Rosida
Seperti sebelumnya,
hujan berkunjung menggandeng
rindu di tangan kiri
mengelilingi senja yang lahir di matamu
yang memandangi stasiun tua
tempat menyimpan kenang dan pulang
UMSU, 2016
HUJAN DI SENJA STASIUN /2/
Sisi Rosida
kereta itu bukan untuk berlalu lalang,
datang dan pulang
ia hanya sekadar cerita perpisahan
yang diayun-ayun hujan
untuk kau dengar di perlintasan
UMSU, 2016
HUJAN DI SENJA STASIUN /3/
Sisi Rosida
ada semacam bau lesap
setelah dengung yang semakin menjauh
namun senja terasa begitu dekat,
berangsur-angsur membaur
dengan suasana sepi di punggung
UMSU, 2016
HUJAN DI SENJA STASIUN /4/
Sisi Rosida
Ketika kereta tiba kembali
tak ada wajahmu yang turun
hanya beberapa kemiripan dari
tubuh yang paling kutandai
senja kembali pekat,
kereta kembali berangkat
UMSU, 2016
DOA HAMBA
Erlangga
Ya Allah ....
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
ini adalah doaku yang paling tinggi
tiada yang aku inginkan lagi
ini adalah permintaanku yang paling besar
aku meminta dengan ketulusan hati
kerendahan hati, menghinakandiri dihadapan-Mu
memohon sebagai seorang hamba yang
tiada artinya bagi-Mu
kabulkanlah ya Allah sebelum kematian
ini adalah permintaan terakhirku
tiada artinya hidup bila Engkau tidak
mengabulkannya
ya Allah .....
Tuhan Yang Maha Pemberi
jadikanlah aku seorang hamba yang soleh
agar aku bisa merasakan bagaimana nikmatnya
bila sedang beribadah kepada-Mu
tiada yang kuinginkan lagi
kabulkanlah ya Allah ....
KEMATIAN DATANG
Erlangga
Bumi terus berputara
mengganti siangnya dengan malam
dan mengganti malamnya dengan siang
waktu terus berlalu tanpa pernah berhenti
dari detik ke menit
ke jam, hari, minggu, bulan, tahun
semakin cepat
siapa yang berada di ujung sana ........
kematian !
datang mendekat, terus mendekat
bumi terus berputar, dia terus mendekat
kematian dengan sakaratul mautnya
pasti akan menemui kita, menunggu waktu memisahkan roh dengan jasad
dengan sakitnya yang teramat sangat, perih tiada terkira, bagaikan sayatan ratusan pedang bagaikan duri-duri besi yang melekat kuat
di setiap sel tubuh kita
lalu ditarik keluar secara paksa
ya Allah ....
Tuhan pemilik kematian
mudahkan aku bila dia telah datang
mudahkan aku untuk mengucap kalimah
Laailahaillallah ......
TUHAN BERSAMA KITA
Erlangga
Emak tak bersama kami lagi
di hari kemenangan ini
emak telah pergi
meninggalkan sejuta kenangan manis
yang tak bisa kami lupakan
terasa sepi, tahun-tahun yang lalu
emak masih disini
menemani kami merayakan Idul Fitri
tapi Tuhan selalu bersama kami
dihari yang fitri ini
bapak, engkau jangan bersedih
walau sepi menusuk hasti
kita tak bersama emak
tapi Tuhan bersama kita
Gunung Emas
Riduan Situmorang
Aku menunggangi mimpi, menawan sejuta rindu pada gunung-gunung yang meleleh dari dasarnya tercerabut segala kemurnian
aku menunggangi mimpi, menerima sejuta rindu pada gunung-gunung yang tua dari dasarnya menyembur segala panas
aku ditunggangi mimpi, ditawan sejuta rindu di atas gunung-gunung yang bermerah-merah dari dasarnya menyembur kau
aku tak bermimpi, tak punya kerinduan
oh, lagi
Debat Sungsang
Riduan Situmorang
Sementara langit menawarkan biru
kau masih rebah dengan mimpimu yang sungsang
katamu langit selalu biru
malam hanya biru yang baru
awan hitam hanya biru yang tidur
aku mendebat dan kau berkelebat
sejak itu, kita tak bertukar kata
kita menukar bacaan koran dengan cerita pembunuhan
kita menghabiskan malam dengan menebak mahluk di balik langit
kita sibuk meramal di balik semua peristiwa sehingga kita lupa
di balik matamu ada aku
di balik hatiku ada kamu
kau masih mendebat
baiklah, biar aku mengalah
pada debatmu yang sungsang
sebab apalah arti debat tanpa penerimaan
apalah arti kata-kata tanpa persetujuan
apalah arti cinta tanpa mengalah
wah, langit menumpahkan air bercampur batu
awan meliuk-liukkan petir
sudahlah, aku mengerti, itu langit biru