SETIAP kejahatan pasti meninggalkan jejak. Terlihat atau tak kasat mata. Masalahnya, bagaimana melacak jejak untuk bisa menangkap pelaku? Pakar kriminologi Jerman kembangkan teknik baru untuk kejar pelaku kriminal.
Sidik jari yang tertinggal di tempat kejadian perkara bisa terlihat berkat serbuk magnet.Cara lama yang masih ampuh untuk membuktikan tindak kejahatan.
Dengan lembaran khusus, Uta Schleifer mengkopi sidik jari itu. Siap untuk pengecekan data. Pakar kriminal ini menerangkan, seringnya jejak tak terlihat yang mengarah pada penangkapan pelaku tindak kejahatan.
Korban tewas akibat jatuhnya pesawat atau tabrakan kereta api biasanya jumlahnya ratusan dan tidak utuh. Metode klasik identifikasi adalah dactyloscopy alias pelacakan sidik jadi. Nyaris tidak ada orang yang sidik jarinya identik. Dengan membandingkan sidik jari antemortem dan postmortem biasanya dapat dilacak jati diri korban.
Misalnya pintu rumah yang didobrak paksa, akan memasok bukti penting. Alat kejahatan meninggalkan jejak mikroskopis pada rangka pintu.Bahan kimia khusus melindungi bukti penting bagi pelacakan pelaku kejahatan.
Uta Schleifer, Kommisari Polisi unit Kriminal menjelaskan : "Setiap obeng memiliki bentuk individual. Tergantung bagaimana perkakas digunakan sehari-hari. Parut yang terbentuk pada perkakas, di bawah mikroskop ibaratnya seperti kode garis yang unik."
Yang paling penting adalah di tempat kejadian perkara ini semua bukti harus diamankan. Setelah itu penyidikan akan dilanjutkan. Petugas polisi bagian kejahatan ini menjelaskan mengapa pekerjaannya menarik:
"Ini pekerjaan teknik, dari yang tidak nampak, menemukan pelaku, yang tidak ada yang melihat dan mengenal. Menyenangkan karena pekerjaan membantu manusia."
Lima kasus pencurian sehari, satu kasus pembunuhan dalam seminggu, itulah rata-rata kasus yang ditangani penyidik berpengalaman ini. Hari ini menyidik kecelakaan mobil. Pengamanan barang bukti hanya perlu 30 menit. Komisaris polisi bagian kriminal itu memainkan peranan menentukan, untuk menemukan pelaku tabrak lari.
"Lampu ini memancarkan spektrum cahaya, yang bisa membuat unsur yang tidak kasat mata berpendar dan jadi terlihat", ujar Uta Schleifer
Pada pintu mobil, penyidik polisi ini menemukan sisa serat tekstil. Dengan lembaran plastik berperekat, temuan penting itu diamankan. Serat tektil nantinya akan dibandingkan dengan bukti lain yang berhasil dikumpulkan.
Alat tes dari kapas mula-mula dibasahi air suling, dan dilakukan ujicoba cepat untuk mengidentifikasi jejak cairan misterius di kursi pengemudi. Apakah itu darah? Lembaran alat tes menunjukan warna kebiruan. Ini membuktikan bahwa di kursi pengemudi terdapat jejak darah.
Dalam darah, rambut dan sel kulit terdapat kode genetika individual. Material yang ditemukan diarsip dengan bersih dan rapih. Barang bukti ini juga masih bisa berguna beberapa tahun ke depan, untuk melacak pelaku kejahatan.
Bahkan jika pelaku menggunakan sarung tanganpun, jejak kulit bisa jatuh dari wajah atau lengan. Pelaku bisa saja mencoba mencegah adanya jejak, tapi nyaris tidak ada yang berhasil melakukannya.
Artinya, setiap kejahatan pasti meninggalkan jejak. Mengamankan barang bukti, lebih dari sekedar mengambil jejak sidik jari. Semua data dari lokasi kejadian, akan dianalisa oleh pakar kejahatan lainnya, yang menerima semua hasil kerja yang dilakukan Uta Schleifer .
Forensik DNA
Semenara itu,wajah manusia dari beragam etnis dan warna kulit terdiri dari ribuan puzzle berikan mimik individual. Pakar genetika Jerman kembangkan forensik DNA untuk rekonstruksi sosok korban kejahatan.
Dalam banyak kasus kejahatan, polisi penyidik hanya menemukan sisa tulang belulang korban. Tentu para petugas akan bertanya, siapa korban kejahatan ini? Untuk memastikan siapa korban, harus dilakukan rekonstruksi wajah.
Marion Sabo adalah ahli rekonstruksi wajah korban kejahatan di Jerman. Ia membuat rekonstruksi model wajah dari tengkorak korban secara manual.
Rekonstruksi dibuat berdasar data statistik, yang dihimpun dari penyeledikian kedokteran forensik selama puluhan tahun. Prosedurnya perlu pengetahuan forensik dan antrophometri sekaligus ketrampilan tangan.
Namun Manfred Kayser seorang pakar genetika memiliki sebuah visi. Merekonstruksi berdasar analisa kode genetika. "Dilema dari analisa DNA forensik saat ini adalah, hanya orang yang dikenal yang bisa diidentifikasi, lewat pembanding. Mula-mula dibuat profil DNA tempat kejadian dan dibandingkan dengan referensi." ujar pakar genetika ini.
Kayser dan tim-nya hendak mengembangkan metode baru untuk membuat foto buronan. Dari kode genetika merekonstruksi sosok wajah seseorang.
Pakar genetika Manfred Kayser menjelaskan : "Kami mencoba menggantikan saksi mata. Dengan mengembangkan saksi mata molekuler. Ini bisa dimanfaatkan jika ada cukup material biologis di tempat kejadian."
Sebuah sidik jari, mengandung cukup material DNA untuk dianalisa. Para peneliti sudah bisa menetapkan warna rambut dan mata dari material sidik jari.
Sekitar tiga juta ciri khas genetika membedakan satu individu dengan yang lainnya. Kayser menemukan 24 kode genetika yang menentukan warna rambut dan pupil mata. Ini hasil yang diperoleh dari riset sidik jari.
"Untuk warna mata, analisa menunjukkan akurasi tinggi, di sini untuk mata biru hingga 96 persen. Juga analisa warna rambut amat bagus. Untuk warna pirang 93 persen. Dari sini kami bisa menyimpulkan, orangnya bermata biru dan berambut pirang", jelas Kayser.
Analisa tepat. Sampel memang bermata biru dan rambut pirang. Tapi Kayser tidak mau berhenti hanya sampai analisa warna mata dan rambut. Para pakar genetika terus berusaha menganalisa tinggi badan dan umur.
Mereka juga ingin memahami bagaimana kode genetika membentuk sosok wajah. Dengan itu, di masa depan, mereka dapat menggunakan penanda genetika, untuk membuat morfologi wajah.
Untuk itu, masih dibutuhkan banyak rangkaian penelitian, hingga dari kode DNA bisa dibuat reka wajah seseorang. Masalahnya, rancang bangun genetika yang membentuk wajah, amat kompleks.
Hingga metode analisa genetika diciptakan, Marion Sabo masih harus bekerja dengan sabar, dengan ketrampilan tangan serta pengetahuan anatomi, untuk memberi wajah pada korban pembunuhan. (dwc/id/ar)











