Sipahalima Parmalim

Setiap tahunnya umat Parmalim dari berbagai pelosok nusantara berkumpul untuk merayakan Upacara Sipahalima di Desa Huta Tinggi, Lagu Boti, Kabupaten Tobasa, Sumut. Sipahalima artinya bulan kelima yang menandakan musim panen. Ada Sipahasada menandai awal tahun baru, Sipahadua yang tidak memiliki kegiatan berarti, Sipahatolu menandai mulai masuknya musim panen, Sipahaopat menandai kegiatan menjemur padi, dan Sipahalima musim panen tiba. 

Jadi Sipahalima adalah ritual adat Batak umat Parmalim dengan memberikan hasil panennya sebagai persembahan dan rasa syukur limpahan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan seluruh umat secara sukarela memberikan hasil panennya untuk persembahan dalam Upacara Sipahalima. Minimal mereka menyumbangkan satu kaleng padi untuk satu kepala keluarga. Bila tidak ada padi, bisa ditukar dengan uang yang nilai rupiahnya sama dengan sekaleng padi.  Kenapa padi? Karena pada umumnya umat Parmalim adalah petani.

Upacara Sipahalima baru-baru ini berlangsung di areal Rumah Ibadah Parmalim yang bernama ‘Bale Pasogit Partonggoan’ dari tanggal 18-19 Juli lalu. Ribuan umat Parmalim pun berkumpul. Bagi kaum pria terlihat dengan ciri khasnya mengenakan penutup kepala atau sorban berwarna putih. Tak lupa harus mengenakan kain sarung dan ulos. Bagi para wanita cukup mengenakan sarung dan kain ulos tanpa penutup kepala. Dihari pertama, para kaum pria mengusung batang pohon sekaligus mengitarin areal upacara. Batang pohon selanjutnya ditanam di tengah areal upacara yang berdekatan dengan altar persembahan yang dihiasi janur kuning.  Upacarapun dilanjutkan dengan makan siang bersama. Makan bersama ini didahulukan para wanita baru dilanjutkan para pria.  

Usai makan bersama, umat Parmalim dengan pakaian lengkap berupa kain ulos dan kain putih penutup kepala bagi kaum pria bersiap melakukan upacara utama. Pada rangkaian upacara utama ini kerbau sebagai persembahan dikeluarkan dari kandangnya dan selanjutnya diikatkan pada batang pohon yang telah disiapkan di tengah areal upacara. Sembari diiringi oleh musik adat Batak dan pemanjatan doa, sejumlah kaum pria mempersiapkan altar dengan berbagai persembahan berupa aneka makanan.

Doa demi doa dipanjatkan pemimpin upacara Raja Marnankkok Naipos-pos kepada ‘Debata Mulajadi Nabolon’ di tengah areal upacara. Sejumlah rangkaian upacara dilaksanakan secara khidmat dan khusuk yang diikuti para umat Parmalim. Hingga akhirnya kerbau sebagai pesembahan yang berada di tengah areal upacara siap untuk disembelih.

Pada hari kedua upacara ini diisi dengan pembagian daging kerbau yang telah disembelih kepada para umat yang mengikuti Upacara Sipahalima. (ferdy)

()

Baca Juga

Rekomendasi