Memanfaatkan Sampah untuk Penghijauan

Oleh: Suadi

Sampah seringkali di­anggap sebagai masalah oleh masyarakat. Selain mencipta­kan pe­mandangan tidak enak, menimbulkan bau tidak se­dap, sarang kuman dan bak­te­ri, sumber penyakit, juga penyebab banjir ter­utama ke­tika sungai, got, selokan dan parit dipenuhi sampah yang dibuang secara sembarangan. Namun, sampah juga dapat di­olah dan dimanfaatkan un­tuk mendukung program peng­hijauan.

Sampah-sampah organik seperti bekas lim­bah dapur memasak rumah tangga, de­daunan membusuk, sayur-mayur dan buah-buahan bu­suk di pasar, dapat diman­faatkan menjadi pupuk kom­pos. Pupuk tersebut mem­ban­tu menyubur­kan tanaman di sekitar rumah sekaligus meng­atasi problem sampah yang menggunung.

Untuk sampah non-orga­nik yang tidak bisa terurai se­perti styrofoam, kemasan plastik, kaleng, botol kaca dan kardus dapat dimanfaat­kan sebagai bahan baku pem­buatan kerajinan tangan dan souvenir.

Sampah non-organik lain­nya seperti span­duk, ban be­kas dan papan atau kayu bekas dapat dibuat polibag untuk tanaman. Jadi, sam­pah dapat diolah kembali atau didawur ulang, diman­faatkan un­tuk membuat tempat menanam tanaman seperti polibag dan pot yang bisa diletak­kan di atas penyangga atau digan­tungkan di depan rumah di ka­­wasan perumahan dengan area halaman sempit atau tidak ada halaman sama se­ka­li.

Polibag yang dibuat dari ba­han bekas span­duk, plastik, ban bekas, atau kayu dan pa­pan dapat ditanami berbagai macam bunga untuk mem­per­cantik dan memperindah rumah. Bagi ibu-ibu rumah tangga yang suka sayur ma­yur, dapat menanaminya dengan kembang kol, ba­yam, selada, daun bawang, sawi, cabai, tomat dan lain-lain. Mes­kipun hasilnya tidak banyak, namun setidaknya cukup untuk kebutuhan ke­luarga. Selain dapat sayur, sampah tidak ter­buang sia-sia, juga menambah positif sirkulasi oksigen dari pasok­an oksigen yang dihasilkan tanaman di sekitar rumah.

Untuk sampah non-orga­nik yang tidak dapat terurai, jika berlebih, dapat dijual kembali. Kertas, plastik, besi, botol kemasan adalah jenis sampah-sampah non-organik yang laku di pa­saran dan dapat didaur ulang. Sampah jenis tersebut dapat menam­bah pemasukan dan mengu­rangi masalah sampah yang berserak sembarangan.

Sementara itu, sampah-sampah non-organik berwu­jud spanduk, plastik, ban be­kas dan papan atau kayu juga dapat diperbanyak menjadi polibag atau pot dan didistri­busikan ke seluruh lorong, gang, kampung atau desa. Polibag dapat dijejerkan di pinggir jalan untuk ditanami tanaman hias, di halaman ru­mah, bahkan bisa juga di ta­man kota. Semakin banyak polibag yang tersebar, sema­kin banyak tanaman, semakin hijau lingkungan sekitarnya.

Dapat dibayangkan bila mulanya rumah-ru­mah war­ga tanpa tanaman hijau, kan­tor kepala lingkungan atau ke­pala desa tanpa ada polibag dan pot yang dipenuhi aneka tanaman, maka lingkungan sekitar tampak gersang, tidak hijau. Dengan adanya gerak­an tanaman di polibag dan pot untuk mensiasati minim­nya lahan, mem­bantu meng­hijaukan lingkungan sekitar seka­ligus membantu kese­hatan warga dengan pasok­an oksigen dari tanaman yang ter­sebar sekaligus memini­malisir limbah sampah.

Hal tersebut bisa dimulai dari individu, tetapi alang­kah lebih baik kepala desa atau kepala ling­kungan/lurah se­tempat di kota, mengge­rak­kan warga secara bersama pe­duli sampah dan me­man­faat­kannya untuk penghijauan lingku­ngan.

Sampah bukanlah masalah sepele. Selain sum­ber penya­kit, sampah juga berpotensi menim­bulkan efek negatif lebih besar seperti banjir. Ge­rakan sadar memilah mana sampah orga­nik dan non-organik, memanfaatkan sam­pah organik untuk pupuk kom­pos, sam­pah non-orga­nik untuk kerajinan tangan, souvenir, bahan baku pem­buatan polibag dan pot untuk tanam­an, menjadi so­lusi ma­salah sampah sekali­gus mem­bantu menghijaukan ling­kung­an sekitar dan meng­hin­darkan berbagai penyakit dari sampah busuk.

Pemanfaatan sampah or­ga­nik juga memban­tu me­ngu­rangi pencemaran air tanah. Air tanah yang diman­faatkan warga tidak tercemar jika sampah sudah dikelola dengan tepat. Jadi, sampah Selain itu dapat membantu penghijauan bila dimanfaat­kan dengan tepat dan maksi­mal.

Kota-kota di Indonesia me­­miliki sampah ra­tusan bah­kan ribuan ton per-hari. Sam­pah orga­nik dan non-organik membaur men­ja­di satu. Ku­rang sadarnya ma­syarakat terhadap sam­pah yang diang­gap hanya limbah akhir, dan mem­buangnya secara sem­ba­rangan, menimbulkan prob­le­matika seperti ban­jir, kare­na got, parit dan sungai dipe­nuhi sampah. Perilaku terse­but harus di­ubah.

Semoga masyarakat lebih peduli dan mau meman­faat­kan sampah untuk mencip­takan lingkungan yang ber­sih, asri dan hijau penuh ta­naman.

(Penulis alumnus UMSU Medan)

()

Baca Juga

Rekomendasi