Raih Mimpi Hingga ke Monash University

Oleh: Nur Akmal. Khairunnisa, begitu nama lengkapnya. Namun wanita kelahiran 1993 ini lebih akrab disapa Icha. Bagi teman-temannya Icha menjadi sosok pemimpi, bukan hanya semata-mata bermimpi, tapi juga pejuang, pejuang yang memperjuangkan mimpi-mimpinya. Salah satunya menjadi peraih beasiswa dan berkuliah di luar negeri.

Setelah lulus Sarjana di UMSU pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, ia mulai persiapan mengejar beasiswa, mengawali persiapan dengan belajar TOEFL dengan modal jaringan internet dan beberapa file yang diwariskan oleh kakaknya yang juga peraih beasiswa. Mengatur jadwal belajar dan bekerja yang sempit serta sering kali mengorbankan waktu berkumpul bersama teman-temannya. Fokus mempelajari poin-poin penting memperjuangkan beasiswa ke  luar negeri.

“Persiapan itu kira-kira setahun lebih, 3 bulan belajar TOEFL terus bulan Juli 2015 daftar LPDP dan pengumuman lulus di bulan September. Bulan Oktobernya alhamdulillah dapat program pelatihan dan ujian IELTS dri dompet dhuafa di Bogor. Semua biaya ditanggung, di sana saya belajar IELTS dengan sungguh-sungguh. IELTS jadi salah satu syarat masuk ke universitas,” ujarnya.

Perjuangan itu lalu membuahkan hasil, ia lolos beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sekaligus berhasil lolos ke Monash University, Australia pada tahun 2015. Ia baru saja berangkat ke Australia pada hari ketiga lebaran Idulfitri 1437 H, di antar oleh orangtua dan sanak-saudaranya ke bandara.

“Saya pilih Monash University karena untuk program studi pendidikan Bahasa Inggris, Monash memiliki peringkat yang bagus, masuk dalam 20 besar kampus terbaik di dunia dalam program studi pendidikan bahasa inggris,” ujarnya.

Menjadi mahasiswa di salah satu kampus ternama di dunia menjadi salah satu mimpi terbesar dalam hidupnya, itu pula yang kemudian menjadi motivasinya untuk terus berjuang. Ia mengaku ingin melihat negara-negara lain di dunia, mempelajari gaya hidup penduduk yang tinggal di neaera-negara maju, mendapatkan pendidikan yang baik, ingin mempelajari budaya masyarakatnya yang tepat waktu, membuka wawasan dan belajar hidup mandiri.

“Jadi saat pertama kali tiba di Australia saya sangat-sangat bersyukur, walaupun ada rasa takut juga tapi untungnya di pesawat itu ada beberapa teman yang sudah kenal. Dari pihak Universitas juga dijemput dari bandara dan diantar langsung ke rumah tempat tinggal kita dan disambut hangat oleh hostmate di sini. Rasanya masih amaze bisa berada di Australia sekarang,” ujarnya.

Ia bercita-cita setelah lulus dari Monash nantinya akan mengabdi menjadi dosen dan menjadi penulis buku. Juga ingin berkontribusi pada dunia pendidikan anak dan mengembangkan komunitas ADDICT, komunitas peduli pendidikan yang digagasnya bersama teman-teman di Medan. Serrta mengem­bangkan blog pribadinya, peju­angsubuh.blogspot.com.

Ia percaya, pada pepatah arab Man jadda wa jadda, siapa yg bersungguh-sungguh pasti berhasil! Ia yakin Allah maha mengabulkan doa-doa hambanya, walaupun terasa tidak mungkin. “Pesannya memang mainstream, tapi ampuh. Hehe” kelakarnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi